Susah Nggak Sih Cari Makanan Halal di Toraja?
Mencari makanan halal di Toraja bagi
muslim memang susah banget, haha.. nggak ding! Buang jauh-jauh perasaan bingung
atau rasa takut seperti itu, 2017 bukan lagi sebuah zaman yang kaku dan saklek.
Masih banyak memang yang mewanti-wanti gue pas mau pergi ke Toraja;
“Hati-hati ki cari makan di sana!”
“Lu makan apa di sana?”
Pada awalnya memang gue sempet
kebingungan menyusun itinerary buat
nyari makan di Toraja, tapi semua itu sirna ketika sudah sampai di sana. Kenapa
gue bilang begitu? Ya, karena selama gue muterin Kota Rantepao, Toraja Utara,
ada banyak banget warung-warung makan yang menjual masakan halal, terutama di
daerah sekitar Pasar Sore Rantepao, banyak sekali warung makan halal di sana.
Biasanya mereka memasang tanda atau tulisan yang memberitahukan bahwa warung
makannya menjual masakan halal (tanpa babi). Mulai dari warung nasi, bakso, mi
ayam, dan sebagainya. Selain itu, di Rantepao juga udah banyak banget kafe-kafe
modern yang di dalamnya menjual menu-menu makanan umum seperti nasi goreng atau
pasta, cobalah untuk ke Kafe Aras atau kafe-kafe di sekitar Lapangan Bakti
Rantepao, Toraja Utara.
Gue sempet mencoba makan di salah satu warung bakso dan mi di dekat pertigaan Sungai Sa’dan yang nggak jauh dari Kafe Aras atau Pasar Sore Rantepao. Di warung makan ini yang punya adalah seorang muslim dan pegawainya pun berjilbab. Gue nggak tau sebelumnya tentang warung ini, gue berhenti karena bener-bener udah kelaperan siang itu. Ternyata eh ternyata, setelah menu pesanan datang, warung ini beneran menarik perhatian gue. Ketika kita melihat menunya tampak biasa dan nggak ada yang spesial, tapi bakalan kaget setelah semuanya tersaji di depan mata. Gue pesen mi goreng dan temen pesen bakso. Porsi mi dan baksonya luar biasa buanyaaaak! Nggak hanya porsinya yang menarik perhatian gue, tapi penyajiannya juga. Kenapa lagi? Iya, udah porsinya banyak, bakso dan mi gorengnya masih disajikan dengan satu butir telur rebus utuh. Kebayang kan betapa kagetnya liat makanan sebanyak itu (alah sok-sok an lu ki, padahal seneng!).
Tapi ya, saran gue buat yang pesen mi goreng jangan bilang pedes ke Ibu atau Bapak penjualnya, soalnya konteks pedes di sini beneran pedes. (Hah? Iyalah ki pedes ya pedes, nggak mungkin pedes jadi manis). Bukan, maksud gue, pedesnya ini luar biasa bisa bikin mulut kebakaran. Tampilan mi gorengnya berwarna merah yang gue pikir adalah bumbu khasnya, tapi ternyata itu adalah campuran cabe atau sambelnya. Gue nggak mendramatisir, karena pas makan gue butuh jeda 5 menit untuk setiap suapan berikutnya dan menghabiskan 1 botol air mineral ditambah 1 botol frestea.
Serba salah gue saat itu, mau ditambahin kecap, gue lebih nggak suka makanan jadi manis. Mau komplain ke Ibunya, kok ya nggak enak. Mau nggak dimakan kok ya sayang banget. Akhirnya mi goreng itu pun habis (seperti yang gue bilang sebelumnya) dengan jeda setiap 5 menit. Harga seporsinya 18.000 Rupiah, masih termasuk murah mengingat porsinya super banyak dan bumbunya yang terasa banget.
Jadi, intinya nggak perlu takut, panik, atau bingung ketika mau pergi ke Toraja, karena udah banyak banget pendatang di sini yang membuka usaha berjualan makanan halal untuk muslim. Cari aja warung yang mempunyai spanduk dengan tulisan "muslim" atau "halal" di sini, simpel kok! Happy Traveling!
Comments
Post a Comment