Tian'anmen Square & Forbidden City (Kota Terlarang) di Beijing: Tur Satu Paket!
Pasti banyak yang bertanya kenapa disebut
sebagai Kota Terlarang. Pertama, gue jelaskan dulu kalau ini merupakan komplek
kerajaan yang luasnya 720.000-meter persegi, terdiri dari 800 bangunan dan
8.000 ruangan.
Penghuninya adalah para raja periode Dinasti
Ming & Qing. Lalu kenapa disebut terlarang? Ya, karena memang area istana
ini dahulunya bukan untuk rakyat biasa, hanya kalangan keluarga para raja-lah
yang hanya bisa masuk ke dalam, bahkan jika ada warga sipil biasa yang masuk ke
dalam dan melanggar peraturannya, mereka tidak segan-segan memberikan hukuman
mati baginya. Serem!
Mao Zedong, Siapa Dia?
Tapi sekarang Forbidden City sudah menjadi
salah satu situs warisan dunia milik UNESCO dan menjadi simbol dari kekuasaan
bangsa Tiongkok. Persis tepat di depan gerbang masuknya terdapat sebuah gambar
berukuran besar dari Mao Tse-Tung (Mao Zedong), yang gambarnya juga bisa kita
lihat dimana pun di seluruh penjuru China, bahkan di setiap nominal mata uang Yuan-nya.
Emang siapa sih dia? Dia adalah seorang
diktator komunis China yang berhasil mendeklarasikan kemerdekaan Republik
Rakyat China dari zaman kekaisaran, sehingga membuat seluruh rakyat China
menghormatinya sampai sekarang ini. Jenazahnya diawetkan dan berada di Gedung
People Power (Museum Mao Zedong) yang berada tepat di tengah area Tian’anmen
Square.
Bagaimana Caranya ke Forbidden City?
Kalau mau ke Forbidden City kita hanya perlu
naik subway dan turun di stasiun Tian’anmen East. Ketika keluar dari stasiun
jangan bingung kayak gue. Kita bakal melihat banyak penjaga dan melihat area
pemeriksaan barang seperti di bandara. Waktu itu gue nggak langsung masuk,
karena kebingungan. Gue melihat rata-rata yang masuk adalah warga lokal. Mereka
masuk dengan menunjukkan Kartu Pengenal (KTP).
Akhirnya gue pun bertanya kepada salah satu
penjaga dengan menunjukkan paspor, belum sempat selesai bertanya, si penjaga
itu langsung bilang “yes…yes..” sambil tersenyum dan menggerakan tangannya
untuk mempersilahkan gue masuk. Iya, paspornya sama sekali nggak diperiksa,
padahal warga lokal lainnya Kartu Pengenal itu benar-benar di cek satu per
satu. Hmm..
Pemeriksaan yang Sungguh Membingungkan
Setelah melewati penjaga, kita akan melewati
sebuah bangunan yang berisi alat pemindai barang dan lagi-lagi bertemu dengan
penjaga. Double check buat warga lokal karena harus menunjukkan Kartu
Pengenal lagi. Melihat demikian, gue pun kembali menunjukkan paspor dan
lagi-lagi, si penjaga dengan senyum ramahnya langsung mempersilahkan gue masuk.
Ya, tanpa tersentuh lagi itu paspor yang gue
pegang. Padahal lo ya, ketika penjaga-penjaga tadi memeriksa warga lokal dengan
Kartu Pengenal mereka masing-masing, si penjaga sama sekali wajahnya serius dan
serem, makannya gue agak takut di awal.
Tapi ketika si penjaga itu bertemu gue yang
menunjukkan paspor, wajahnya langsung berubah drastis jadi ramah banget dengan
melemparkan senyumannya. Gue masih bertanya-tanya sampai sekarang, kenapa ya
warga lokal justru diperketat sedangkan turis asing diperbolehkan masuk dengan
mudahnya?
penjaga yang nggak jelas menjaga apa |
Luasnya Tian'anmen Square
Setelah melalui kedua penjaga yang ramah dan scanning barang,
gue pun menginjakkan kaki di Tian’anmen Square yang ternyata benar-benar luas.
Tian’anmen Square ini merupakan sebuah
lapangan yang berada persis di depan kediaman raja atau Kota Terlarang
(Forbidden Palace).
Di area Tian’anmen Square ini terdapat Museum
Mao Zedong yang di awal gue bilang kalau di sana ada jenazah Mao Zedong yang
diawetkan. Tapi sayangnya karena waktu yang terbatas, gue nggak meng-agenda-kan
untuk mengunjungi museum itu.
Di area Tian’anmen Square ini selain banyak
yang menawarkan jasa foto, ada satu hal membuat gue bertanya-tanya nih, yaitu
para penjaga yang berada di samping/sisi tiang bendera.
Gue mikir ngapain si penjaganya di sana ya,
mereka hanya diam tanpa bergerak sedikit pun. Kalau mereka berjaga di depan
gerbang masuk atau di dalam area Forbidden City-nya mah wajar lah ya, lah ini
di tiang bendera cui. Antara kasihan tapi salut.
Kelaperan, Belum Sarapan
Kota Terlarang ini memang menjadi agenda wajib
ketika main ke Beijing. Saat pertama kali masuk ke dalamnya, gue berdecak kagum
karena memang bangunannya benar-benar besar, kuat, dan kokoh, begitu juga dengan
daun pintu kayu besarnya.
Oh iya, ketika melihat banyak penjaga di pintu
masuk yang memang terlihat keren dan gagah, jangan sekali-kali mendekatinya
untuk berfoto dengan mereka ya, karena itu dilarang.
Gue main ke Forbidden City ini sekitar jam 9
pagi dalam kondisi belum sarapan, beruntungnya di dalam terdapat sebuah tempat
makan. Memang terlihat mahal, tapi karena lapar, ya nggak pakai basa-basi gue
langsung masuk ke dalamnya.
Di sini, gue dan teman memesan menu yang sama
yaitu nasi daging + milk tea, (harganya di bawah ya). Walaupun lumayan mahal
tapi nggak apalah, daripada kita jalan-jalan di Kota Terlarang ini yang emang
areanya luas banget dengan kondisi lemah dan lunglai.
udah masuk ke dalemnya nih |
nah awalnya nggak tau ini apa, liat huruf latin "tasty" baru ngeh kalo ini tempat makan |
suasana di dalamnya |
mahal tapi enak, bolehlah! |
ini bocah lucu banget! |
Waktu gue berkunjung adalah hari Senin dan
suasananya ternyata rame cui. Gue pikir gimana suasananya pas weekend ya?
Dan apa orang-orang di sini nggak bekerja atau gimana?
Kalau yang datang turis asing wajar lah ya,
tapi nggak lo, justru yang datang rata-rata kebanyakan warga China itu sendiri
(mungkin dari daerah yang jauh kali ya). Hanya beberapa kali mendengar
percakapan Bahasa Korea di sini, tapi jarang banget bule Eropa atau Amerika.
Sayangnya ketika gue ke sini The Palace Museum
yang berada di Forbidden City sedang di renovasi, sehingga ditutup dan
pengunjung tidak bisa memasukinya.
Ternyata, Itu Mobil Buat ke..
Setelah puas di dalam, gue menuju pintu keluar
Quezou Gate dan melihat penjual Tanghulu di
sana, karena rasa penasaran yang tinggi, akhirnya terbelilah Tanghulu itu. Nah,
The Palace Museum ini dikelilingi sungai besar yang sedang membeku.
Pas lagi asyik makan Tanghulu, gue melihat ada
mobil terbuka dengan banyak kursi di belakangnya, yang pertama kali gue pikir
itu untuk berkeliling komplek istana. Gue pun mengantre dan membayar 2 CNY
untuk sekali jalan (dalem hati udah terasa aneh, masa iya cuma 5 ribu aja).
Elah ndalah ternyata bener, sebentar banget
naik mobil ini karena memang mobil ini hanya digunakan untuk menuju ke pintu
keluar yang berada persis di dekat stasiun subway Donghuamen. Jadi mobil ini
memang bisa dinaiki kalau kalian capek buat keluar dengan berjalan
kaki. By the way, raja-raja di China dulu istananya gede ugha
ya.
Forbidden City: GRATIS
Nasi Daging: 36 CNY
Milk Tea: 8 CNY
Tanghulu: 6 CNY
Mobil Keluar: 2 CNY
Comments
Post a Comment