Kaki Limata, Pallu Basa Datumuseng & Coto Makassar Sejak 1980, Pantai Losari: Kenikmatan Makan Siang yang Tak Terlupakan!
Siang hari di
kawasan Pantai Losari Makassar dan kelaperan, perut udah nggak bisa diajak
kompromi. Jalan kaki ke sebuah jalan yang merupakan kawasan kuliner Pantai
Losari, tercium sebuah aroma kenikmatan dari salah satu warung tenda kaki lima
di sana. Nggak pikir panjang, masuklah gue ke sebuah warung tenda berwarna
jingga cerah bertuliskan “Masakan Khas Makassar Pallu Basa Datumuseng &
Coto Makassar Kaki Limata Sejak 1980”.
Sebuah warung kaki lima yang menjual
masakan khas Makassar yaitu Coto dan Pallu Bassa, terpesanlah kedua menu itu
untuk menu santap siang gue dan temen. Gue pesen Pallu Bassa dan temen pesen
Coto Makassar, dua menu yang berbeda supaya kita tau perbedaan dari keduanya.
Nggak sampai semenit, hidangan sudah diantar dan tersaji di depan meja beserta
aroma kenikmatan yang tercium kuat banget. Walaupun sama-sama punya kuah yang
berwarna cokelat, tampulan kedua masakan khas ini berbeda, kalau Pallu Basa
sama sekali polos, sedangkan Coto Makassar punya sentuhan warna hijau di sana
yang berasal dari potongan daun bawang yang besar-besar. Saat gue bertanya
kepada Ibunya apa perbedaan keduanya, si Ibu menjelaskan kalau Pallu Basa
menggunakan kuah yang dicampur kelapa goreng, sedangkan Coto Makassar tidak.
Srupuuut….
“Ini enak, Bu!”
Baru nyobain kuahnya aja gue seolah terbangun dari kehidupan yang fana ini (halah!). Kuah Pallu Basa rasanya lebih kuat daripada kuah Coko Makassar yang cenderung lebih light (ringan). Campuran kelapa goreng yang dimaksud si Ibu juga menjadi faktor pembeda utama dari rasanya. Gue dan temen sama-sama pesen yang campur, isinya ada daging sapi, paru, usus, otak, dll. Amis ki? Nggak amis sama sekali. Berarti si Ibu masaknya pinter, karena gue pernah coba masakan yang isi jeroan tapi punya aroma amis yang kuat, jadi bikin nggak nafsu makan.
Kuahnya enak, isinya enak, makan pakai ketupat jadi makin enak lagi, satu lagi nih yang enak di Masakan Khas Makassar Datumuseng, itu adalah sambelnya, pedes banget! Padahal cuma nuangin setengah sendok makan aja ke mangkok Pallu Basa-nya. Wuuuuu…pedesnya nampol pisan, gue nggak bohong! Pedes tapi bikin tambah semangat buat makan Pallu Basa-nya, sampai-sampai kalap makan 2 ketupat. Gue langsung bilang ke si Ibunya yang dari tadi ngeliatin gue karena keringat yang bercucuran kayak habis lari marathon.
nah ini dia sambelnya yang juara pedesnya |
huahahaha... 10 PK nih kayaknya |
makan siang ternikmat di Makassar |
“sambelnya pedes Bu, tapi enak!”
Si Ibu senyum-senyum aja dan malah cerita dengan kita berdua dengan bahasa Makassar yang hanya sedikit bisa gue tangkap (duh Bu ngomong opo to). Intinya bahwa kalau si Ibu bikin sambelnya ini nggak pakai campuran apa-apa lagi, bener-bener cabai asli yang diolah fresh.
Setelah perut kenyang, gue membayar satu porsi Pallu Basa, es jeruk, dan 2 ketupat seharga 35.000 Rupiah aja. Sedangkan temen pesen Coto Makassar, es jeruk, dan 1 ketupat hanya membayar 28.000 Rupiah aja. Ini masih termasuk murah, karena isi dagingnya juga banyak dan rasanya pun enak. Jangan lupa mampir, selamat makan!
Pallu Basa : (9.8 dari 10)
Coto Makassar (9.5 dari 10)
Comments
Post a Comment