Tanjung Ringgit, Jerowaru: Mendapatkan yang Bagus Memang Butuh Perjuangan Besar!
“Tanjung Ringgit emang keren banget!”
Gue pergi ke Tanjung Ringgit di hari Senin siang dan bukan hari libur, suasananya
sepi.
Rute buat ke Tanjung Ringgit sama ke Pantai Tangsi alias Pantai Pink, satu arah, karena masih
dalam satu area. Tetapi, menurut gue kalau ditarik garis jarak dan waktu tempuh dari Kota
Mataram itu jauh banget, butuh waktu 3 jam lebih untuk sampai di sini,
dengan jarak tempuh 84 km.
Sebenarnya asyik dan nggak terasa kalau semua jalannya beraspal dan
halus, tapi ini nggak. Ketika sampai setengah jalan, kita harus bertemu dengan jalanan tanpa aspal berkerikil.
Setelah jalanan berkerikil, kita bertemu lagi dengan jalan tanah yang kalau
musim hujan bakal licin dan becek.
Nah, di jalanan-jalanan tak beraspal tadi, mending kalau di kanan
kirinya itu rumah warga, ini hanya pepohonan besar dan hutan, terbayang lewat
sana siang hari sendirian naik motor. Bener hutan dan nggak ada kehidupan sama sekali,
agak serem sih. Serem bukan karena ada begal atau pocong di siang hari, tapi
serem karena takut binatang liar.
Makin ke dalam suasananya semakin gelap dari rindangnya pepohonan, parahnya ada pohon tumbang
dan malang melintang di jalan.
Sampai gue melihat ada petunjuk arah bertuliskan Jeeva
Beloam Beach Camp dengan seorang satpam berjaga di sana (damn, satpamnya
jaga sendirian, duh pak. semangat!) Terus berkendara, sampai bertemu pertigaan dengan pos penjaga di sana. Gue berhenti dan
bertanya di mana letak Tanjung Ringgit. Menurut si penjaga, Tanjung
Ringgit masih terus, belok kiri adalah Pantai Pink.
nih lewat sini sepi banget nggak ada orang (iyalah ki!) |
nah bakalan ketemu bangunan itu, cari aja jalan kecil di sebelahnya |
ada orang tapi bukan mau wisata |
Dari pertigaan, sudah mulai bebas dari hutan belukar dan suasananya
menjadi ilalang-ilalang tinggi. Masih sepi, sendirian naik motor, nggak ada
orang sama sekali, apalagi kehidupan di sini.
Berkendara terus sampai bertemu bangunan dan jalan buntu. gue
bingung setengah mati mencari jalurnya. Apa iya salah? Diam sendiri di sana karena
kebingungan, sampai melihat ada seorang Bapak dan Ibu pakai motor keluar dari sebuah jalan sempit persis di sebelah bangunan di
sini.
Oke, dengan perlahan gue melewati jalan kecil itu yang berkerikil dan lanjut
ke sebuah bukit. Jalannya bener-bener parah, batu-batu dan kalau nggak
pelan-pelan bakal merusak motor.
Setelah melewati jalan dengan batu-batu besar, jalan berubah
menjadi tanah berumput. Tapi gue masih kebingungan di mana Tanjung Ringgit sebenarnya
berada. Memarkirkan motor, turun, melihat sekitar, sampai akhirnya menyadari
kalau gue sudah sampai di Tanjung Ringgit.
lo bakalan nggak percaya apa yang bakalan lo liat di sini |
indah banget pokoknya! |
Ketika pertama kali melihat pemandangan dari pinggir tebing,
gue teriak-teriak di sini karena saking indahnya apa yang gue lihat. Inget,
Tanjung Ringgit adalah sebuah tebing, bukan wisata komersial yang bisa dinikmati
bareng keluarga.
Di sini juga panas, nggak ada area berteduh. Untungnya, ada
satu pohon yang lumayan besar di sini untuk berteduh. Hampir setengah jam duduk-duduk di sini,
sendirian, menikmati pemandangan yang bener-bener bikin takjub. Puas banget sendirian
di sini, karena bisa
dengan bebas sesuka hati mengambil foto.
perpaduan warna yang ciamik! (cus lah kuy ke sini) |
Nah pas lagi asyik menikmati pemandangan, ada segombolan Ibu-Ibu naik mobil pick-up. gue bingung tujuannya mau ke mana. Gue tunggu lah rombongan
itu, tapi kok nggak
balik-balik. Gue penasaran ke mana mereka pergi, pergi dan turun ke bawah
dengan bawa tikar. Haaaa, ngapain?
Pertanyaan ini terjawab oleh petugas di pertigaan tadi
setelah pergi dari Tanjung Ringgit menuju ke Pantai Pink. Menurut
petugasnya, katanya, di bawah tebing Tanjung Ringgit ada makam yang sering didatangi orang
buat ziarah. Oh.
Kesimpulannya, Tanjung Ringgit ini cakep banget!
Comments
Post a Comment