Dilema Pembangunan Jalan Tol Jakarta – Surabaya

Pastinya ada yang udah tahu tentang berita pembangunan Tol Trans Jawa.

Perencanaan pembangunan Jalan Tol Trans Jawa ini ada dua tahap, pertama adalah jalan tol yang akan menghubungkan Ibukota Jakarta dengan Kota Surabaya di Jawa Timur sepanjang 615 km. Kedua adalah menghubungkan Merak hingga Banyuwangi, yang baru akan digarap setelah proyek tahap pertama selesai. Target pemerintah RI akan merampungkan proyek tahap pertama di tahun 2018 mendatang sampai yang saat ini masih terus dikerjakan.

Ruas tol yang sudah, sedang, dan akan digarap adalah Cikampek-Palimanan, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Semarang-Solo, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Mojokerto-Jombang-Kertosono, dan Mojokerto-Surabaya.


Memang, pembangunan ruas tol ini ditujukan untuk pemerataan ekonomi di wilayah bagian Barat dan Timur pulau Jawa. Menurut gue, hal ini benar jika dilihat sisi positifnya. Pembangunan jalan tol ini punya pengaruh dan manfaat yang lumayan besar. Pertama adalah masalah waktu tempuh dari satu kota ke kota yang lain menjadi lebih singkat. Contohnya, waktu tempuh dari Jakarta ke Cirebon lewat jalur biasa bisa memakan waktu 4 – 5 jam, tetapi ketika pembangunan tol ini kelar, kita bisa menghemat waktu sampai 2 – 3 jam. Iya, hanya butuh waktu 2 – 3 jam aja dari tol dalam kota sampai ke Kota Cirebon.

Kedua, dengan adanya pembangunan jalan tol ini, gue rasa peningkatan kunjungan wisata ke kota-kota yang berada di wilayah pulau Jawa akan semakin meningkat. Biasanya, orang Ibukota (termasuk gue, cieeelah…) yang pengen menghabiskan akhir pekan singkatnya, hanya akan memilih ke tempat dengan akses paling gampang dan dekat. Contoh yang paling mainstream adalah Puncak, Sentul, Bogor, Pantai Anyer, atau Bandung. Jangan heran kalau musim libur tiba, tempat-tempat tersebut selalu membludak pengunjungnya.

Nah, dengan adanya tol baru ini, nggak hanya gue yang berpikirian kalau semakin dimudahkan akses untuk menuju kota-kota di Jawa Barat atau Jawa Tengah, contohnya Cirebon, Kuningan, Tegal, dan sekitarnya. Bayangkan, misal jalan tol ini rampung sepenuhnya dari Jakarta sampai Surabaya, betapa singkatnya waktu perjalanan darat yang harus ditempuh.


Keuntungan ketiga adalah terpecahnya titik macet di Pantura ketika musim libur dan mudik. Buat yang biasa pulang kampung, pasti tau macetnya jalur pantura kayak apa, sampai ada contraflow tetep aja macet. Tetapi sekarang macetnya sedikit berkurang dengan adanya tol.

Pemudik kini ditawari dua pilihan jalur, mau lewat jalur biasa dengan kemacetan yang biasanya ada di pasar tumpah atau lampu merah. Atau mau lewat jalur tol yang lebih lancar, tetapi mungkin akan lebih membosankan daripada jalur biasa.

Dampak Negatif Pembangunannya Apa?
Dari ketiga keuntungan yang gue sebutin tadi, pernah nggak terpikirkan apa dampak yang mungkin terjadi? Sebenarnya ini pendapat pribadi, karena di setiap pembangunan punya dilema tersendiri, sisi baik dan buruknya.

Dampak negatif dari pembangunan tol ini yang gue perhatikan adalah berkurangnya jumlah pendapatan para penjual makanan atau oleh-oleh yang ada di sepanjang jalur Pantura. Gue orang yang tiap tahun pulang kampung ke Purwodadi lewat Pantura, jadi tahu betul suasana ramai pedagang yang berjualan di jalur Pantura setiap musim mudik tiba.

Nah dua tahun terakhir, lapak penjual di jalur Pantura ini sepi pembeli, padahal biasanya ramai banget. Misalnya, pedagang mangga Indramayu, pedagang peyeum, pedangan kerupuk pasir di Cikampek, pedagang bawang atau telor asin di Brebes. Memang, masih ada yang beli, tapi gue yakin pendapatan mereka nggak sebanyak sebelum dibangunnya jalan tol.


Satu hal lagi yang menurut gue harus diperhatikan pemerintah adalah harus ada rest area yang mencukupi dan memadai di ruas tol nan panjang ini. Berdasarkan pengalaman dua kali melewati tol ini di tahun yang berbeda, semua nggak ada perubahan nyata. Toilet masih saja kekurangan air, bau, tidak ada petugas kebersihan di sana

Seharusnya, mengetahui lonjakan kendaraan yang lewat jalan tol, pemerintah punya solusi ekstra, entah itu menambah personil kebersihan, menambah pasokan air bersih, dan sebagainya.

Nantinya, jika benar jalan tol ini kelar sepenuhnya dari Jakarta sampai Surabaya, semoga juga diiringi oleh fasilitas yang memadai. Lalu, untuk para pengendara kendaraan pribadi, keputusan ada di tangan Anda. Mau memberikan keuntungan bagi jasamarga atau memberikan keuntungan bagi warga di sekitar Pantura? Hehe.. selamat mudik.

Sumber Gambar:
Peta Pembangunan Tol: http://katadata.co.id/
Ruas Jalan Tol: http://assets.kompas.com/
Pedagang Mangga: http://beritadaerah.co.id/
Pedagang Kerupuk: http://cdn-2.tstatic.net/

Comments