Museum Balaputera Dewa, Palembang: Ngeri-Ngeri Sedep!
Niatan awal ke Museum Balaputera Dewa di Palembang ini adalah pengen ngeliat bentuk asli dari Rumah Limas yang ada di pecahan uang 10.000 lama. Lokasinya ada di Jalan Srijaya 1 (bukan Sriwijaya ya) dan patokan paling gampangnya ada di deket wisata Punti Kayu. Soalnya pas gue keluar dari wisata alam Punti Kayu, baru tau kalau jalan keluarnya ngelewatin persis di depan Museum Balaputera Dewa ini.
Sekitar jam 12 siang di musim
liburan gue ke Museum Balaputera Dewa ini dan ajegile suasananya sepi banget,
bahkan di parkiran nggak ada satu kendaraan pun yang terparkir di sana. Pas
masuk ke dalem museum, gue bertemu dengan seorang bapak penjaga yang bakalan
menyuruh kita untuk mengisi buku tamu dan membayar tiket masuk museum yang
hanya 2.000 Rupiah aja per orangnya. Di area paling depan Museum Balaputera
Dewa ini punya daya tarik berupa relief berukuran raksasa dan bagus banget buat
foto-foto. Lanjut lagi ke area selanjutnya dimana terdapat kolam yang berada di
tengah museum ini, di sana terpajang arca-arca kuno yang berbentuk binatang.
Nah, selepas area kolam ini nih,
suasana Museum Balaputera Dewa mulai agak creepy-creepy
gimana gitu, padahal masing siang bolong lo. Dimana kita akan bertemu
dengan area (yang gue bilang) tengah dari Museum Balaputera Dewa ini, yang
suasananya persis dan mirip banget kayak di rumah sakit. Bangsal-bangsal rumah
sakit, ada tamannya, lorong-lorong, dan ruangan-ruangan dengan aroma “kuno”. Kalau nggak salah hitung
ada total 5 ruangan yang bisa kita lihat ke dalamnya untuk melihat berbagai
koleksi kuno purbakala di sana. Gue lupa-lupa inget, karena pas masuk udah agak
sedikit merinding-merinding gimana gitu, pokoknya di dalam ruangan-ruangan itu
isinya adalah benda-benda peninggalan purbakala yang tua banget. Benda-benda
itu mulai dari berbagai alat musik, alat penangkap ikan kuno, batu-batu
prasasti, sampai keris-keris tua. Katanya sih koleksi benda yang ada di Museum
Balaputera Dewa ini dikumpulin dari zaman pra-sejarah, zaman kerajaan Sriwijaya,
zaman kesultanan Palembang, sampai terakhir adalah zaman kolonialisme Belanda.
Tapi kesan gue pokoknya di
masing-masing ruangannya itu beneran sepi, hening, dan yang makin bikin
suasananya creepy adalah ruangannya
besar tapi dibuat jalur mirip labirin. Jadinya alur jalan buat nikmatin
koleksinya ini berbelok-belok, nggak bakal ngerti ada apa di sekat/bilik
selanjutnya, ini yang bikin makin horror sih.
Semua koleksi benda yang ada di dalemnya ini beneran mati, maksudnya sama
sekali nggak ada visual yang bergerak ataupun ada suara audio mengenai
penjelasan masing-masingnya. Paling serem lagi ketika masuk ke sebuah ruangan
yang isinya kostum dan pakaian-pakaian yang dipakai para pendatang waktu
singgah ke Palembang zaman dahulu. Pakaian-pakaian itu dipajang di dalam
etalase kaca yang berisi mannequin berbentuk
manusia (matilah, seremnya bukan main!).
nah mulai agak serem-serem gimana gitu nih |
kaca-kaca dan bilik-bilik |
stupa, arca, semua ada di sini |
aroma "khas" yang bikin greget makin serem |
salah satu sudut museumnya |
Lanjut sekarang ke bagian paling
belakang dari Museum Balaputera Dewa ini yang menurut gue jadi spot paling menarik di sini. Iya, di
area paling belakang museumnya terdapat replika Rumah Limas dan Rumah Ulu,
dimana rumah limas ini sama persis bentuknya sama yang tercetak di pecahan uang
10.000 Rupiah. Walaupun emang lagi-lagi suasananya tetep masih sepi dan nggak
ada orang sama sekali di sini.
Jadi, kesimpulannya adalah Museum
Balaputera Dewa ini cocok menjadi sebuah kunjungan yang pas si pas ketika kamu
pulang dari Wisata Alam Punti Kayu. Cobalah untuk mampir sebentar ke Museum
Balaputera Dewa ini, bukanya mulai setengah 9 pagi dan tutup jam 3 sore.
Selamat berkunjung!
Comments
Post a Comment