Pulau Kemaro menjadi destinasi
wajib buat kalian kunjungi dan seolah wisata ini nggak lepas kaitannya dari
Kota Pempek Palembang. Coba saja browsing
di internet dengan kata kunci “wisata Palembang”, pasti bakalan nemuin banyak
gambar pagoda berwarna merah yang dimana itu terletak di Pulau Kemaro ini.
Hal pertama ketika mau pergi ke
Pulau Kemaro adalah harus mempersiapkan uang yang sedikit lebih banyak, karena
harus menyeberang dan menaiki kapal. Akses dan cara termudah adalah naik kapal
dari dermaga yang ada di dekat Pasar 16 Ilir. Parkiran kendaraannya agak susah
dicari (apa gue doang yang kebingungan), ngumpet di bagian pokok (mentok
sungai), yang jalannya itu bikin “nggak menyakinkan” orang nggak mau lewat,
karena rusak dan banyak banget sampah pasar, tapi memang itu jalur menuju
parkiran kendaraannya. Elah ndalah, ternyata setelah sampai parkirannya, kita
bisa nge-akses dermaga-nya ini dengan parkir di area museum Sultan Baddarudin
II atau Masjid Agung yang jauh lebih gampang dan nggak ribet, emang harus jalan
kaki sebentar sih.
Nah jangan heran ketika lo sampai
di area parkiran udah banyak orang yang nyerbu buat nawarin kapalnya buat
nyebrang ke Pulau Kemaro. Siap mental baja ketika lo denger mereka nawarin
500-600 ribu buat pulang pergi ke Pulau Kemaro. Jangan mau ya! Patokan harga
gue berdasarkan info dari temen yang asli Palembang, bahwa kapal pulang pergi
ke Pulau Kemaro itu harganya sekitar 300 ribuan aja. Terjadilah tawar menawar
sengit antara gue dengan salah seorang bapak yang nawarin kapalnya saat itu
seharga 500 ribu, gue langsung tembak 300 ribu. Gue kekeuh sampai akhir dan
triknya adalah kita pasang mode “sok nggak butuh”, jangan kita yang ngoyo mau
naik kapal. Akhirnya si bapak pun nurunin harga kapalnya tahap demi tahap,
sampai deal di penawaran gue yaitu
300 ribu. Ini harga untuk satu kapal pulang pergi dan kapalnya bisa diisi sekitar
5-6 orang ya. Gue kesini di musim libur lebaran, sepertinya kalau hari biasa
harga kapalnya bisa diturunin lagi sekitar 200-250 ribuan deh.
|
naik kapalnya dari deket Jembatan Ampera |
|
kapalnya modelnya begini, gue malah yang lebih kecil (maaf nggak kefoto) |
Naik kapal dari Pasar 16 Ilir
Palembang sampai ke Pulau Kemaro membutuhkan waktu sekitar 15-20 menitan. Kapal
kayu boat-nya yang ngebawa lo itu speed-nya lumayan kenceng dan ngebut
banget, tapi saran gue jangan duduk di bagian depan kapalnya ya. Hahaha… Ampun
saya ampun! Duduk di depan kapalnya itu sakit banget, karena kapalnya nabrak-nabrak
air kenceng banget. Jadi perut kayak dikocok-kocok, kepala puyeng gliyengan,
beuh!
Sampai di Pulau Kemaro kita
bakalan ditungguin sama si pemilik kapalnya, sebenernya nggak ada batasan
waktunya. Tapi kita sebagai wisatawan tau diri aja ya, jangan mentang-mentang
nggak dikasih batasan waktu, kita bisa seenaknya berlama-lama di Pulau Kemaro. Gue
di Pulau Kemaro sekitar 40 menitan dan itu udah termasuk lama, ya bolehlah
sampai 1 jam di Pulau Kemaro kalau emang lo mau makan di sini.
|
beda kan sama kapal tadi, lebih kecil, lebih kenceng tapi |
|
ngisi bensin dulu |
|
pagodanya keliatan tuh! |
Di Pulau Kemaro ini ada beberapa spot yang bagus buat jadi objek foto,
pertama adalah bagian yang dibuat tempat beribadah dan yang kedua adalah
pagodanya itu sendiri. Di bagian area beribadah umat Tionghoa ini gue bertemu
dengan seorang penjaga yang mempersilahkan dan memperbolehkan gue buat masuk ke
dalem kuil ibadahnya dengan syarat “mas masuk aja nggak apa-apa, asal pintunya nanti
di tutup lagi ya”. Wah, gue berterimakasih ke si masnya dan gue berkeliling di
sekitar kuil mini itu.
Setelah puas berfoto di spot pertama, gue pindah ke pagoda yang
emang menjadi ciri khas dari Pulau Kemaro ini, dominasi warna merah melapisi
pagoda yang menjulang tinggi ini. Tapi pagoda ini nggak bisa kita masuki ke
dalem ya karena dikunci dan mungkin memang sakral hanya untuk beribadah saja.
Di sekitar area pagoda Pulau Kemaro ini juga udah banyak yang jualan kok, jadi
santai aja nggak bakalan kelaperan di sini. Persis di depan area pagodanya juga
kita bisa melihat pemandangan Sungai Musi dengan banyak kapal yang lalu lalang
di sana dan berbagai hal yang menarik.
Sebentar, gue malah belum cerita
tentang Pulau Kemaro tu sendiri ya. Ringkas aja deh ya, jadi dari informasi
yang gue baca di Pulau Kemaro ini, bahwa dulu ada seorang putri raja (Siti Fatimah)
yang disunting/dilamar sama saudagar kaya. Nah, pas mau pulang ke Palembang,
dia dapat hadiah guci sebanyak 7 buah guci, sampai di tengah perjalanan, si
saudagar kaya ini Tau Bun An kepo (yaelah!) mau lihat isi hadiah di dalem
gucinya. Pas salah satunya dibuka ternyata doi kaget karena isinya cuma sayuran
doang, bete-lah dia dan dibuang guci-guci itu ke sungai. Tapi nggak sengaja
guci terakhir jatuh di atas dek kapal dan pecah (buyar semua isi dalemnya),
dimana ternyata itu adalah isi hadiah yang sebenarnya dan sangat berharga.
Karena udah terlanjur ngebuang 5 guci lainnya, Tan Bun An ini nekat nyebur ke
sungai buat ngambil guci-guci itu lagi, dibantu pengawalnya, si putri rajanya
juga ikutan nyebur. Tapi tak disangka mereka semuanya malah nggak nongol lagi
ke permukaan, alias hilang begitu aja. Nah lokasi dari hilangnya mereka ada di
Pulau Kemaro, makannya pulau ini bagi orang Palembang teramat sakral dan
keramat, sampai pada akhirnya sekarang menjadi daya tarik utama Kota Palembang
yang menyedot banyak wisatawan.
|
baca sendiri ya, keliatan nggak? |
|
banyak yang jualan di sini |
|
masih pagi, di sini masih sepi |
Ya, percaya nggak percaya lah ya,
namanya juga legenda, kita belum lahir, kita hanya denger dari ucapan
orang-orang aja. Tapi so far, Pulau
Kemaro di Palembang ini memang menarik buat lo datengin.
|
Selamat Berkunjung! |
Comments
Post a Comment