Selamat Pagi dari Armor Kopi, Tahura, Bandung!
Ketika Taman Hutan Raya di Bandung ramai
karena sebuah warung kopi. Ya, Armor Kopi, kafe kopi ini berada di dalam Hutan
Wisata Djuanda, Dago, Bandung. Warung kopi ini
berdiri sekitar pertengahan tahun 2015 dan mulai eksis ketika banyak orang
yang meng-upload foto-fotonya di Instagram. Mencari tahu arti kata Armor, yang ternyata singkatan dari ARabika Multi ORigin.
Armor Kopi menjadi warung kopi yang buka paling pagi di Bandung, yaitu pukul 8 (weekend) dan pukul 9 (weekday). Armor Kopi punya tempat khas yang menyatu dengan alam. Hampir keseluruhan warungnya bernuansa kayu, membaur dengan pohon-pohon tinggi di sekelilingnya.
Pohon-pohon pinus nan menjulang tinggi yang membuat suasana pagi di Armor Kopi terasa adem dan sejuk.
Tiba di Armor Kopi Tahura Bandung sekitar setengah 9 pagi di hari Sabtu dan parkiran THR Djuanda udah penuh kendaraan baik roda dua maupun roda empat, ajegile! Akhirnya memarkirkan kendaraan sedikit jauh dari Tahura, tepatnya setelah
pertigaan menuju Tebing Keraton. Hitung-hitung jalan kaki dan olahraga sedikit, biar kurus ki!
Ketika masuk ke Tahura Djuanda, tiba-tiba seseorang datang menghampiri dan memberitahu bahwa biaya
masuknya Rp10.000 Rupiah per orang. Gue pun nggak memberinya begitu aja,
karena dari awal udah curiga dengan si bapaknya. Meminta uang tapi nggak
bawa kertas apapun di tangannya. Gue tanya balik;
“Resmi nggak? Saya mau kertas
buktinya!”, kemudian si bapak menjawab dengan entengnya; “Kalo resmi 12.000 mas,
sama saya 10.000 saja”.
“Saya nggak mau!,
kalau resmi saya mau! Nggak apa-apa mahal!”
Akhirnya dengan muka putus asa, si
bapak mengarahkan gue ke loket untuk membayar tiket masuk Tahura Djuanda secara
resmi. Hahaha…
Intinya, nggak masalah harga tiketnya
lebih mahal, karena resmi dan tentunya akan ada laporan dari potongan tiket pengunjungnya. Semua akan bermanfaat untuk kita
juga, karena pemasukannya bisa digunakan perawatan dan pembangunan tempat
wisata itu sendiri. Kalau masuk ke kantong si bapaknya?
nuansa kayu yang membaur dengan sekitarnya |
ajegile padahal masih pagi, udah rame aja |
antrii coiii... |
tempatnya emang instagramable |
nah ini menu minuman sama makanannya |
ngeliatin masnya brewing |
Gue emang bukan
penikmat dan pecinta kopi, jadi gue nggak memesan kopi dan
nggak bisa menceritakan rasa kopi di sini. Gue pergi bersama
enam orang teman dan memesan teh hijau, teh hitam, cireng, tahu isi, singkong,
dan pisang goreng. Semua rasanya enak, juaranya cireng dan singkongnya.
Cirengnya nggak terlalu berminyak dan bumbu rujaknya yang bikin rasa cirengnya
semakin enak. Singkongnya digoreng kering, krenyes di luar empuk di dalam, lagi-lagi sambelnya yang bikin rasa makanan utamanya jadi
lebih enak.
Untuk tahunya, sorry to say, nggak
ada rasanya sama sekali, tepungnya dan bahkan isi sayur di dalem tahunya nggak
ada rasanya, hambar. Pisang
gorengnya juga punya rasa seperti pisang goreng kebanyakan, nggak ada yang spesial, kalau ada yang bilang
enak mungkin karena suasananya kali ya. Terakhir adalah teh-nya yang juga juga nggak ada yang spesial, rasanya sama seperti rasa teh-teh pada
umumnya.
singkong goreng dan cocolannya yang enak itu |
cireng dan bumbu rujaknya yang bikin endess |
Comments
Post a Comment