Kampung Jawa Resto, Ngaglik, Sleman: Makan Asyik Ditemani Suara Misterius
Di review sebelumnya gue menuliskan kekecewaan pada salah satu tempat
makan sekaligus warung ngopi yang ada di Pakem, Sleman. Nggak puas dan sebel,
membuat gue mencoba mencari pengganti kekecewaan itu, maka pergilah gue ke
salah satu tempat makan berkonsep sama yang terletak di daerah Monjali,
Yogyakarta, nama tempat makan itu adalah Kampung Jawa Resto. But how?
Apa iya bisa menjadi pengganti mood gue yang rusak?
Jauh hari sebelum pergi ke Jogja, gue udah memutuskan buat mampir ke
Kampung Jawa Resto, gue mengikuti timeline foto-foto dari akun
Instagramnya (@kampungjawa.yk). Terlihat
banyak posting-an foto yang menarik dan memang benar begitu adanya
ketika sampai di Kampung Jawa Resto ini selepas waktu Maghrib.
Seperti yang gue bilang di awal, bahwa Kampung Jawa Resto punya konsep
yang nggak jauh berbeda dengan Kopi Klotok, nuansa kayu dari rumah Joglo yang khas.
Lokasinya di daerah Monjali, tepatnya di Jalan Watugede, Sariharjo,
Ngaglik, Sleman, sebuah jalan yang banyak restoran dan tempat makan asyik di
sini. Tapi, walaupun ke Kampung Jawa Resto di malam Minggu, ternyata suasananya
nggak seramai yang dibayangkan (dalam konteks positif ya ini). Maksudnya,
dengan kondisi yang nggak ramai ini justru bisa membuat kita benar-benar
merasakan atmosfer asli yang ditawarkan.
tampak depan rumah makannya, "wa"-nya mati! haha.. |
ini area depannya, nuansa kayu langsung terasa pas pertama kali masuk |
Asyiknya makan di Kampung Jawa Resto adalah kita mengambil makanannya
sendiri. Mulai jenis nasi sampai lauk-pauknya. Pilihan jenis nasi di Kampung
Jawa Resto ini ada tiga macam, nasi putih biasa, nasi merah, dan nasi jagung.
Lauk pauknya rata-rata adalah makanan rumahan, mulai dari bihun goreng,
terong balado, telur dadar, dll. Oh iya, ada yang nggak gue notice nih
pas lagi ambil makanan, bahwa ternyata Kampung Jawa Resto juga menyediakan menu
selain prasmanan, pilihannya ada nasi goreng, bakmi godog/goreng, bihun
godog/goreng, dan lainnya. Padahal kalau gue tau sebelumnya, gue pesan menu
itu, sepertinya enak di udara malam yang dingin makan mi godong yang hangat.
makannya ki liat spanduknya noh! |
lauk pauk seabrek-abrek di meja |
Menu prasmanan yang gue ambil adalah nasi jagung, terong balado, telur
dadar, bihun goreng, tahu bacem, sambel plus kerupuk putih
(ebuseet ki, makan apa kesurupan lau). Asyiknya lagi, piringnya pakai piring
seng dengan motif bunga zaman old yang khas banget. Begitu
juga dengan cangkir mungil sebagai wadah saji susu jahe hangat.
Rasanya gimana Ki? Rasa masakan Kampung Jawa Resto ini rumahan banget.
Rasa masakan yang mungkin sering kita rasakan dari masakan di rumah, mulai dari
terong baladonya, bihun gorengnya, sampai tahu bacemnya.
Oh ya, mau ngasih tau aja kalau nasi jagung di Kampung Jawa Resto
ini berbeda dari ekspektasi nasi
jagung yang pernah gue coba. Nasi jagungnya bukan seutuhnya dibuat
dari jagung (jagung yang ditumbuk halus), melainkan nasi yang dicampur dengan
butiran jagung. Nggak masalah sih, mungkin jenisnya memang berbeda dari apa
yang sering gue makan. Tapi, andaikan nasi jagungnya ini bisa dibuat lebih
gurih (nggak plain), bakal lebih nikmat.
piring gue sebelah kiri kok, yang kanan punya temen. percaya kan sama gue? |
lucu ya cangkirnya, abaikan tangan yang mirip ulekan sambel |
Ada satu hal yang bikin sensasi makan di Kampung Jawa Resto
ini meledak enak nggak karuan, hal itu berasal dari sambelnya. Beuh,
ajegile pedasnya nggak main-main. Gue lupa ambil sambel jenis apa, kayaknya sambel
bawang.
Pertama kali yang uring-uringan kayak orang kesurupan adalah temen
karena dengan percaya dirinya nyampur makanannya dengan sambel ijo yang dia
ambil. Paniknya bukan main, sampai gue ketawain “elah, gitu aja lebai”,
sambil gue nyendok nasi pakai sambel bawang yang ada di piring.
10 detik pertama, biasa. 20 detik setelahnya, enak nih. Oke, lanjut ke
suapan kedua dengan sambel bawang itu lagi dan kali ini nggak perlu
detik-detikan, seketika mulut langsung kebakar! Aaaaaaaaaa….. pedes binggo.
Tapi ini yang bikin nafsu makan semakin nikmat, nyuap pakai sambel itu terus sampai akhirnya
menyerah dan lari ke depan pesan minuman. Mungkin si mbaknya melihat gue keringetan, lari-lari, mulut ngos-ngosan
kali ya, jadi pesanan es kolang-kalingnya datang cepet banget ke meja.
nih nih biang keladinya, yang kiri sambelnya lebih gelap dan yang kanan lebih merah |
penyembuh luka yang terlalu manis |
Lumayan berhasil es kolang-kalingnya mengurangi rasa pedas di mulut,
tapi rasa es kolang-kalingnya terlalu manis dari sirup melon sebagai campurannya dan membuat tampilannya berwarna hijau muda.
Bahas makanan kelar, sekarang cerita suasana di Kampung Jawa Resto
Palagan ini. Awalnya gue duduk di rerumputan depan, di mana kursinya terbuat dari ban bekas yang unik banget. Asyik juga di sini, tapi ketika
di bagian tengah ada yang udah kelar makan, gue pindah ke bagian tengah yang
sama asyiknya.
Kursi besi jadul dengan pelapis busa berwarna turquoise membuat
perpaduan warna di area taman Kampung Jawa Resto semakin cantik.
Secara keseluruhan area dari Kampung Jawa Resto ini 60%-nya outdoor dan
40%-nya indoor. Di salah satu sudut pinggir tamannya kita bisa
melihat proses memasak bakmi Jawanya, karena ada gerobaknya di sana, aroma
kenikmatan bakal tercium dari segala penjuru ketika mereka mulai memasak.
awalnya gue mau duduk di area ini |
tapi pindah ke tengah sini |
nih gerobak bakmi Jawanya |
asiiiik kan tempatnyaa.... |
btw, mereka nyetel tembang jawa lo sayup-sayup |
Gue nggak tau suasana siang atau sorenya di Kampung Jawa Resto bagaimana,
tapi yang jelas di area outdoor-nya ada pendopo atau gubug yang
bisa dipakai ketika matahari lagi panas terik.
Di salah satu sudut area indoor-nya ada spot khusus
kopi yang lengkap dengan mesin brewing-nya.
Kemarin pas gue ke sini sekitar akhir bulan Oktober 2017, Kampung Jawa
Resto belum punya Wi-Fi. Tapi sekarang mereka udah
pasang Wi-Fi, cocok banget buat ngerjain tugas kampus atau kerjaan.
itu pojok bagian kopi-kopiannya |
ini berdua habis segini, masih termasuk murah lo mengingat apa yang didapat |
Terakhir, jangan kaget ketika makan di Kampung Jawa Resto kalian
bakalan denger suara misterius. Suara yang datang dari kegelapan arah
belakang taman, nggak ada penampakannya, tapi bisa kita dengar suaranya.
Hayolooo, apaan tuh?
Jujur, gue juga kaget pas pertama kali denger, suara itu belum pernah
gue denger sebelumnya. Gue
pikir itu adalah suara burung kakaktua, tapi bukan. Setelah bertanya ke salah
satu pegawainya, bahwa suara itu berasal dari burung merak putih. Hah, burung
merak putih? Iya, suara burung merak putih ini milik tetangga belakang.
Kesimpulannya, Kampung Jawa Resto menjadi tempat makan yang bisa gue
rekomendasikan buat kalian yang mau cari makan di Jogja dengan nuansa rumahan dan njawani. Selamat makan!
Comments
Post a Comment