Blusukan ke Pasar Prawirotaman: Lihat dan Nyobain Pentil!
Main ke Jogja dua hari satu
malam, menginap di salah satu penginapan bernama Kampoeng Djawa Guest
House. Udah dua kali bermalam di sini, harganya pas di kantong untuk tidur
malam doang.
Lingkungannya bersih dan termasuk
nyaman. Apalagi lokasi guest house ini yang menjadi
pertimbangan utama kenapa gue pilih tidur di sini. Lokasinya ada di Jalan Prawirotaman, sebuah jalan yang
terkenal dengan julukan kampung turis-nya Jogja. Sebenarnya Jalan Sosrowijayan
yang juga termasuk kampung turis di Jogja, tapi kasta dari Jalan Prawirotaman
ini sedikit lebih tinggi.
Pagi hari sebenanrya dapat
sarapan nasi goreng dari guest house-nya. Tapi sebelum sarapan,
sekitar jam enam pagi, gue udah bangun dan pergi ke Pasar Prawirotaman yang jaraknya nggak jauh. Ngapain deh
ki ke pasar. Niat awalnya karena mau mencari jajanan, pengen kue carabikang yang katanya penjualnya di sana. Sampai di
pasar sekitar jam setengah tujuh pagi, suasanamnya udah ramai. Iyalah Ki,
mereka dari jam empat subuh juga udah beraktivitas.
Pasar Prawiro Taman atau Pasar Prawirotaman yang bener ya? |
seneng aja ke pasar, dulu sering diajak mbah putri soalnya |
Seperti gue bilang tadi, pertama
yang dicari ketika sampai di pasar adalah penjual kue carabikang. Muter-muter
nggak nemuin juga, sampai akhirnya menyerah. Ternyata baru dapet info dari
teman kalau yang jual kue carabikang ada di gang sebelah selatan pasar, bukan
di dalam pasarnya.
Lanjut memutari isi Pasar
Prawirotaman ini. Jadi, di depan pasar ini banyak penjual jajajan, di area tengah banyak penjual sayur dan buah, bagian
belakang jual basah-basahan (ayam, daging, ikan, dll), dan bagian samping adalah area sarapan,
bubur ayam, soto ayam, nasi rames, dll.
Kemudian, bertemu dengan Ibu penjual
keripik belut dan membeli dua bungkus seharga Rp22.000 aja, murah. Lanjut jalan lagi, bertemu
dengan nenek penjual grontol di Pasar Prawirotaman. Tau grontol nggak? Grontol
adalah makanan yang terbuat dari butiran jagung yang direbus dan dikukus,
dimakan pakai parutan kelapa dan gula (mungkin di setiap tempat ini berbeda
namanya). Gue beli sebungkus jagung grontol ini Rp5.000 aja.
suasana di dalem Pasar Prawirotaman pagi hari |
endog asin, endog puyuh, endog kampung |
hiyaaaaa...ini diaaa yang dicariii... |
si Ibu penjual jagung grontol |
Lanjut jalan lagi ke arah depan
Pasar Prawirotaman dan melihat sesuatu yang baru sekaligus bikin penasaran.
Rasa penasaran itu yang menghentikan langkah gue, tepat di depan dagangan
seorang Ibu yang ramah ketika gue bertanya “Ini apa Bu?”.
Jadi, si Ibu menjual Bakmi Pundong
atau Bakmi Pentil Pundong. Dijelaskan si Ibu-nya kalau makanan ini asalnya dari
Kecamatan Pundong di Bantul. Bahan dasarnya dari pati ketela, di mana pati ketela ini menjadi sumber
penghasilan utama masyarakat Pundong sana.
Bentuk serta tampilan dari Mi
Pundong terbilang unik, karena punya dua warna berbeda yaitu putih dan kuning.
Ukuran mi-nya panjang tanpa terputus, baru diputus ketika ada yang membeli dan
relatif lebih tebal. Gue beli sebungkus Mi Pentil Pundong harganya 5.000 Rupiah
aja, murah kan?
nah ini dia si Ibu penjual Mi Pundong yang ramah banget |
Penyajian Mi Pentil Pundong
dibungkus dengan daun pisang, ditaburi bawang goreng, dan ada sambel goreng di
sana. Gue icip pas sampai di penginapan bareng nasi goreng dari penginapannya.
Rasanya gimana Ki? Kesan pertama
yang langsung terasa dari Mi Pundong ini adalah kenyal-kenyil. Iya, tekstur
mi-nya kenyal banget, jauh lebih chewy daripada tekstur
kuetiaw. Tekstur Mi Pundong mungkin nggak cocok di lidah semua orang.
Terasa aneh di lidah ketika bertemu tekstur
Mi Pundong, terlebih lagi mi-nya nggak ada rasanya, gurih pun nggak. Tadi kan
gue bilang kalau Mi Pundong punya dua warna berbeda, putih dan kuning. Jangan
harap ada perbedaan rasanya, karena sama aja, plain. Mungkin hanya
diberi pewarna supaya tampilan dan penyajian Mi Pundong lebih menarik.
Tapi rasa plain
itu akan berubah seketika menjadi enak saat si sambel gorengnya
sudah tercampur ke Mi Pundongnya. Tekstur aneh kenyal akan tertutupi dengan rasa sambel goreng
yang seakan menjadi pendobrak rasa dari Mi Pentil Pundong ini.
si Pentil dicampur sambel makin enak |
Nah, dari tadi kenapa gue sering
nyebut pentil atau Mi Pentil Pundong? (jangan piktor ya, tapi sebenernya
alasannya memang kotor sih). Setelah gue cari tau di internet mengenai asal
usul Mi Pundong, kenapa disebut dengan Mi Pentil adalah karena tekstur kenyal
atau chewy tadi saat digigit mirip ............ Hehe.. isi
sendiri.
Ada satu lagi yang mungkin kalau tau
duluan, jadi agak gimana pas coba
Mi Pentil Pundong, yaitu pada
proses pembuatannya. Udah ketebak belum? Jadi adonan bahan dasar berupa
pati ketelanya supaya mendapatkan tekstur kekenyalan yang pas, harus diolah
dengan cara diinjak-injak. Nah, ini yang nggak gue tau, katanya
zaman dulu begitu proses pembuatannya, semoga sih sekarang cara
pembuatannya udah nggak diinjak-injak lagi ya.
Kesimpulannya, Mi Pentil
Pundong yang gue beli di Pasar Prawirotaman dan gue makan buat sarapan, rasanya
enak. Enak setelah bertemu dan bercampur dengan sambel merah gorengnya. Mi
Pentil Pundong juga terasa mengenyangkan. Selamat blusukan dan selamat mencoba
Mi Pentil Pundong!
Mi Pentil Pundong: Rp5.000 (7.5/10)
Pentil, bacanya e kayak di perak. Bukan pentil yang "itu". Pentil itu bagian dari ban, biasanya ban sepeda, yg dari karet panjang spt mie
ReplyDelete