Indonesia Timur Itu Indah, Tapi Kesana Mengapa Mahal?

Udah nggak ada lagi yang meragukan keindahan alam Indonesia Timur, semua orang terpikat karenanya baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Pemandangan yang disajikan memang benar luar biasa memikat, hijau dan rindangnya hutan tropis, birunya lautan, burung-burung terbang dengan bebasnya, ikan-ikan berenang dengan cantiknya, terumbu karang hidup dan terawat, dan masih banyak lagi.

Banyak orang yang mempunyai wishlist untuk mengunjungi daerah Timur Indonesia. Seperti yang sudah lama kita tahu, salah satunya adalah Taman Nasional Bunaken di Manado, di utara Pulau Sulawesi. Bunaken memang jadi idaman para penyelam untuk bisa melihat keindahan kehidupan dasar laut yang masih alami. Setahu saya Bunaken itu menjadi taman laut pertama yang ada di dunia (correct me if I’m wrong) dan sekarang sudah tercatat oleh UNESCO menjadi situs warisan dunia. C’est cool!

Ada lagi nih yang sekarang lagi heboh di Instagram yaitu Desa Wae Rebo, lokasinya berada di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sebuah desa di ketinggian 1.200 mdpl dengan pemandangan bukit dan pegunungan yang berpadu dengan rumah-rumah adat berbentuk kerucut. (*kapan bisa kesana, kapan bisa kesana). Wae Rebo juga sudah di daftarkan menjadi situs warisan budaya dunia di UNESCO di tahun 2012.
Desa Wae Rebo, Manggarai, Flores, NTT
Pulau Komodo dan Pulau Padar di Labuan Bajo pun juga menjadi terkenal ketika banyak dari mereka yang mem-posting-nya di Instagram. Keduanya juga sudah menjadi aset warisan dunia di UNESCO. Indonesia memang luar biasa deh kalau urusan alamnya! Nah, the one and only destinasi yang paling diidamkan, dielu-elukan, dipuja-puja, tidak lain tidak bukan adalah Raja Ampat. Nggak perlu saya jelaskan lagi lah ya bagaimana destinasi ini indahnya. Silahkan dilihat sendiri gambar-gambarnya.
Padar Island, Labuan Bajo
Raja Ampat, Papua
Masih banyak lagi destinasi wisata di Indonesia Timur yang mungkin belum ter-exspose pesonanya. Nah, yuk kita kesana yuk, baca-baca blog, *browsing-browsing tiket*, trus die! *sembah sujud, sembah sujud* Ini kenapa tiketnya mahal bangeeeet yaaaaaa????!!!! Udah nggak mengherankan memang dan tidak jarang kalau kita sering mendengar celetukan “ke Timur tu lebih mahal daripada ke luar negeri”, itu bohong? Nggak sama sekali, itu benar kenyataannya.

Nah sebenarnya apa sih yang menjadi masalah disini, kenapa tiket ke Timur lebih mahal daripada ke luar negeri? Misalkan tiket Jakarta ke Bangkok bisa ditebus dengan harga rata-rata 1,5jt untuk pulang pergi, tiket ke Kuala Lumpur sekitar 1,2jt PP, tiket ke Hongkong kisaran 1,9jt PP, dsb. Lalu kita cek tiket misalnya ingin pergi ke Raja Ampat, maka aksesnya dari Jakarta kalian harus mendarat di Sorong. Jkt-Sorong itu paling murah 2 juta untuk sekali jalan, sekali jalan! Itupun pake maskapai yang mungkin banyak haters-nya, kalo mau pake maskapai yang terpercaya, siapin kocek sekitar 2,5juta ke atas untuk sekali penerbangan. Bayangin kamu harus siap sedia sekitar 5 juta untuk pesawat PP dan itu baru sampai Sorong. Lah baru sampai Sorong? Iya, karen kamu harus melanjutkan perjalanannya lagi dari bandara Sorong menuju pelabuhan Sorong, lalu naik kapal ke Waisai (VIP 220rb, biasa 130rb). Nginep di Sorong itu sekitar 300-400rb. Capek ya ngejelasin duit segitu banyak, capek di hati. Haha. Itu baru akomodasi-nya, belum makan disana, oleh-oleh if you want it, dll. Ya perkiraan saya sih kamu harus menyiapkan sekitar 7-8 juta lah untuk kesana. OMG! Padahal masih di negara sendiri ya. Semua bertanya-tanya dan mungkin masih ada yang kebingungan, why? Kenapa? Mengapa?

Ini saya jelaskan menurut pandangan saya pribadi ya, mengapa kok ke Timur itu lebih mahal daripada kita pergi ke luar negeri. Pertama, hal dan yang menjadi faktor krusialnya adalah infrastruktur transportasi udara di wilayah Indonesia Timur yang menurut saya masih minim dan butuh pengembangan lebih dari pemerintah. Banyak bandara-bandara di wilayah Timur yang mempunyai landasan-landasan pendek dan kecil, membuat pesawat-pesawat sejenis Boeing 737/Airbus A-320 nggak bisa mendarat disana. Landasan kecil itu hanya bisa digunakan untuk pesawat sekelas ATR-72 atau banyak yang nyebut pesawat capung (pesawat dengan baling-baling terbuka di kedua sayap pesawatnya). Pesawat besar harus terlebih dahulu mendarat di kota-kota besar disekitarnya, dimana nantinya pesawat ATR akan menghubungkannya menuju ke kota-kota yang lebih kecil.

Nah, nggak hanya itu yang menjadi penyebabnya. Pesawat kecil sekelas ATR ini juga hanya bisa membawa penumpang yang jauh lebih sedikit. Padahal mungkin gaji pilot dan operasionalnya sama atau bahkan lebih mahal dari pesawat komersil milik maskapai-maskapai besar. Itu juga yang mungkin menyebabkan mahalnya tiket yang harus dibayar oleh penumpangnya. (Sebagai contoh lain, tiket ke Malang itu lebih mahal daripada tiket ke Surabaya, tidak lain tidak bukan karena peminat dan penumpang yang bepergian kesana lebih sedikit).

Maka dari itu, pemerintah sebaiknya mempunyai rencana proyek yang lebih difokuskan pada wilayah Indonesia Timur ini, salah satunya adalah pembangunan bandara baru yang lebih besar dari bandara yang ada sekarang. Atau misalnya tidak, bandara yang ada sekarang, sebaiknya landasannya diperpanjang, diperluas, dan diperbesar agar bisa didarati oleh pesawat sekelas Boeing 737/sejenisnya. Dengan begitu, kita berharap penerbangan dari kota-kota besar di Indonesia menuju wilayah timur ini bisa direct tanpa harus transit menuju kesana. Dengan semakin banyaknya penumpang, dengan adanya penerbangan langsung, maka nantinya biaya operasional maskapai pun bisa berkurang, yang berdampak pada reduksi pada harga tiketnya.
Pesawat ATR (Pesawat Capung)
Bandara Domine Eduard Osok, Sorong
Jadi, saat ini berharaplah pada:
  1. Menteri Perhubungan; 
  2. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; 
  3. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional 
Mereka baru saja dipilih Jokowi di bulan Juli 2016 kemarin. Kombinasi dari ketiganya diharapkan bisa memeratakan pembangunan pada wilayah-wilayah yang tertinggal, khususnya bagian timur Indonesia. Terlebih Menteri Perhubungan yang baru, yaitu Budi Karya Sumadi sebelumnya adalah seorang Dirut PT. Angkasa Pura II, yang tentunya lebih mengerti mengenai masalah penerbangan dan seluk beluknya. Semoga re-shuffle kali ini bisa memberikan perubahan besar untuk Indonesia!

pict 1 source: http://anekatempatwisata.com/

pict 2 source: http://tomodachiphotography.com/
pict 3 source: https://rnmasmara.files.wordpress.com/
pict 1 source: https://upload.wikimedia.org/
pict 1 source: http://sp.beritasatu.com/

Comments