[BALI Day 6] Pura Besakih nan Megah Tapi Sangat Mengecewakan
Jum’at, 13 SEPTEMBER 2013Day 6: Danau Batur (Kintamani) – Pura Besakih
Asyeeeem, apes lah di hari Jum’at gara-gara ditipu petugas di Pura Besakih. Kampreeet emang!!
Disambut Sarapan Nikmat dari Arjuna House
Bangun pagi untuk pertama kalinya di Ubud! Seger banget! *lebay* Nah asiknya dari Arjuna House ini jam sarapannya benar-benar super, nggak seperti di Arthawan yang harus menunggu hingga 8 pagi. Disini jam 6 pagi sarapan sudah bisa disiapkan dan bahkan diantar ke depan kamar. Luar biasa bukan? Ini bukan hotel berbintang lo, ini hanya homestay 100 ribuan per malam. Pelayanan yang diberikan sangatlah patut diacungi jempol.
Hari pertama sarapan saya memesan roti isi telur ceplok dengan sepiring buah yang diberikan gula cair diatasnya. Ibunya menjelaskan campuran buahnya bisa beraneka ragam tergantung dari musimnya apa saat itu. Satu lagi! Tehnya rasanya enak, nggak terlalu manis dan terlalu kental juga.
Perjalanan Panjang Menuju Kintamani
Setelah selesai sarapan, agenda hari itu lumayan mempunyai rute yang cukup jauh dengan jalur menanjak. Ya, kami akan pergi ke daerah Kintamani. Pukul 7 pagi saya berangkat ke Kintamani dengan cuaca yang lagi-lagi mendung gerimis saat itu. Jalur menuju Kintamani dari Ubud masih sama seperti menuju ke Pura Tirta Empul, kita akan melewati lagi Tegalalang Rice Terrace. Namun pada pertigaan dan belokan menuju Tirta Empul, kita masih harus naik lagi lurus ke atas.
Rutenya benar-benar ekstrim menanjak dan mungkin kalau cuaca sedang cerah akan biasa saja. Ini cuaca sedang mendung dan gerimis, ditambah dengan kabut tebal yang menyelimuti. Sedikit creepy memang dan parahnya yang menuju ke atas hanya ada beberapa kendaraan saja. Apesnya lagi, saya menggunakan motor Mio GT yang cc-nya hanya 110, membuatnya hanya mampu sampai 70km/jam ketika saya bawa melewati tanjakan panjang disana.
Indahnya Danau Batur Kintamani vs Manusia Lalat
Ketika sampai di Kintamai, saya benar-benar takjub dengan keindahan yang ada. Gunung Batur yang bersebelahan dengan Danau Batur membuat landscape disana benar-benar memanjakan mata. Breathtaking! Superb!
Oh iya, ada hal lucu sekaligus menjijikkan bagi kami saat perjalanan menuju Kintamani ini, tepatnya saat di pintu masuk retribusi. Disana ada sekumpulan orang yang mengobrol menggunakan sarung tebal dan kupluk. Nah, yang membuat geli adalah ada salah seorang bapak dikerubutin sama lalat yang banyak banget. Ribuat ada mungkin dan bapak itu tenang dan santai. Oh my god! Merinding!
Big Sacred Temple = Big Cost
Lalu sekitar pukul 11 siang saya melanjutkan kembali perjalanan menuju ke Pura Besakih. Jalurnya cenderung lebih sepi lagi daripada ke arah Kintamani tadi. Selain itu jalannya nggak selebar jalan menuju Kintamani, namun yang membuat nyaman adalah kita akan disuguhkan dengan pemandangan hutan-hutan pinus di kanan dan kiri jalan.
Oh iya, bagi kalian yang ingin menuju Pura Besakih dari arah Kintamani, harus benar jeli karena belokan menuju Pura-nya sedikit kurang meyakinkan kalau menurut saya. Kenapa? Belokannya tidak beraspal dengan jalan rusak berat serta becek penuh air. Saya sempat ragu untuk belok kesana dan memberhentikan motor di pinggir jalan saat itu. Sampai pada akhirnya ada 2 mobil ELF milik panorama tours dan berbelok ke arah tersebut, tanpa ragu saya pun mengikutinya.
Saya rasa "gong" saya backpackeran ke Bali ada disini. Bagian ini perlu kalian simak dan dipejalari supaya tidak terulang kembali ke banyak orang selain saya dengan teman yang apes saat itu.
Jadi begini, sebelum sampai ke tempat parkiran disana ada petugas pintu masuk yang berjaga dan meminta kami membayar tiket masuk ke Pura Besakih. Kami dikenakan 20.000 rupiah per orang dan mendapatkan bukti tiket resmi. Kemudian kami diarahkan untuk parkir ke sebuah tempat parkir yang mungkin nggak beraturan, karena motor disana pun parkirnya asal-asalan. Namun, saya menurut saya karena tidak mengerti daerah sana dan mungkin memang benar itu adalah tempat parkirnya.
Kemudian, baru saja saya turun dari motor, sejumlah orang tiba-tiba memanggil kami. Kami dipanggil untuk menuju ke sebuah pos kecil yang isinya adalah segerombolan orang dengan udeng di kepalanya. Lalu, salah satunya yang duduk bilang ke saya seperti ini;
"Mas, maaf dipakaikan kain dahulu ya"
"Oh baik beli" (*dengan polosnya menjawab, karena saya pikir memang itu syaratnya untuk masuk ke dalam seperti tempat wisata di Bali lainnya)
"Oh iya mas, begini kebetulan di dalam sedang ada upacara adat" (*doi sambil mengeluarkan kertas yang isinya adalah peta/denah Pura Besakih itu sendiri)
"Jadi mas ke dalam harus dipandu bersama guide kami, supaya bisa tahu mana lokasi yang bisa dikunjungi dan mana yang dilarang"
"Harus pake guide banget? Saya hanya berfoto-foto saja deh di bawah"
"Iya mas, wajib" (*doi sambil ngejelasin panjang lebar alasannya kenapa dan bertanya kami dari mana asalnya)
Setelah itu, doi mengeluarkan buku dan ketika saya buka ternyata isinya adalah catatan dari "yang katanya" para donatur untuk guide.
Alamak! Saya pun kaget melihat kolom sumbangannya dan melihat paling kecil yang menyumbang adalah sebesar 250.000 rupiah. Gila! Saya nggak ada duit segitu banyak! Saya pun langsung tatap-tatapan dengan teman saya untuk mencari solusi terbaik dari masalah ini. Halah.
Kemudian, saya berfikir kalau saya mau tidak mau deh keluar uang karena sudah jauh-jauh kesini. Saya ingin memberikan uang sebesar 100.000 rupiah kepada si guide dan belum saja uang itu diterima, tiba-tiba si guide bilang minta tambah 50.000 ribu lagi. Whaaaat! Saya pun terdiam dan mengeluarkan kembali pecahan uang 50.000 rupiah dan memberikannya kepada si guide.
Saya pun dipandu berjalan masuk ke dalam Pura dan benar-benar takjub ketika sampai di depan bagian Pura Besakih ini. Pura super besar dengan latar belakang Gunung Agung yang megah. Ya, memang Pura Besakih ini menjadi pura terbesar pertama yang ada di Indonesia.
Saya dijelaskan satu per satu tentang sejarah dan bagaimana Pura Besakih ini ada. Lalu dijelaskan juga mulai dari perayaan agung, fungsi dari setiap tempatnya, makna dan simbol dari masing-masing pura kecil yang ada disana. Ya, memang si guide-nya ini komunikatif dan membuat saya tidak terlalu merasa dirugikan karena sudah membayar 150.000 ribu di awal tadi. Nah, ternyata satu hari sebelum saya kesini, rombongan dari Miss World 2013 juga beramai-ramai berkunjung ke Pura Besakih.
Ketika kami sudah kelar mengitari seluruh area Pura Besakih ini, ada hal yang lagi-lagi tidak mengenakkan. Sewaktu saya ingin pamit dan berterimakasih kepada si guide, ternyata doi meminta lagi tambahan uang dan menyodorkan tangannya kepada saya. Whaaaat! Dia minta uang lagi!!!
Nah pas udah kelar ngelilingin Pura dan mau pulang ada kejadian yang gak mengenakkan banget lagi terjadi. Pas gw bilang terimakasih banyak ke guide-nya di deket parkiran, nah si guide itu tiba2 nyodorin tangannya ke gw. Saya pun langsung merespon si guide dengan nada yang sedikit tinggi.
Saya: "Terimakasih banyak Beli"
Guide: *nyodorin tangan ke saya
Saya: "Loh, tadi di awal kan saya sudah bayar!" *nada tinggi saking keselnya
Guide: Oia mas tadi di awal untuk biaya warga sekitar, ini biaya guide. Jadi bla...bla....bla... *nggak saya dengerin itu guide ngomong apa saking saya sudah gondoknya
Saya tidak berniat lagi ngasih uang, namun si guide mengikuti saya sampai ke area parkiran. Saya meraba kantong dan melihat ada uang 10.000 rupiah. Saya langsung kasih aja tu ke guide uang sisa parkiran tersebut. Si guide pun pergi dengan muka bete dan sebel. Laaaah! Harusnya mah saya yang pasang muka bete dan sebel, bukannya situ!
Gue pun kembali nyasar di sini, ditambah hp dan powerbank sudah habis dayanya semua, jadi gue hanya mengandalkan petunjuk arah aja. Selepas Klungkung, kalau nggak salah masih berada di Kabupaten Gianyar, gue mulai berusaha mencari warung makan di pinggir jalan. Sebenarnya, gue sering bertemu warung makan yang buka, namun rata-rata mereka menjual bakso, mi ayam, soto, dan sejenisnya yang mainstream ditemukan dimana-mana. Sampai pada akhirnya, gue melihat warung makan nasi campur yang kemudian kami sambangi.
Nyasar Itu Asik
Lagi, lagi, dan lagi, kami kembali nyasar saat ingin menuju ke Nasi Ayam Kedewatan. Dimana ketika itu gue baru menyimpulkan bahwa “kalau nggak nyasar nggak seru” dan nggak punya cerita lebih. Gue saat itu nyasar jauh banget dari tujuan atau lokasi Nasi Ayam Kedewatan ini dan membuat gue akhirnya bertanya kepada seorang polisi yang di pinggir jalan. Ternyata Nasi Ayam Kedewatan itu letaknya berada di depan Pura Melanting.
PENGELUARAN:
Danau Batur Kintamani : GRATIS (*berhenti di view spotnya)
Pura Besakih : Rp 10.000/orang (resmi)
:Rp 160.000 (*dipalak guide lokal) (**160.000:2=80.000)
Nasi Campur Klungkung : Rp 12.000
Nasi Ayam Kedewatan : Rp 18.000/porsi + Rp 5000 lemon tea
Bensin : Rp 7.500 (15.000 : 2 orang)
TOTAL PERORANG : Rp 132.500
Asyeeeem, apes lah di hari Jum’at gara-gara ditipu petugas di Pura Besakih. Kampreeet emang!!
Disambut Sarapan Nikmat dari Arjuna House
Bangun pagi untuk pertama kalinya di Ubud! Seger banget! *lebay* Nah asiknya dari Arjuna House ini jam sarapannya benar-benar super, nggak seperti di Arthawan yang harus menunggu hingga 8 pagi. Disini jam 6 pagi sarapan sudah bisa disiapkan dan bahkan diantar ke depan kamar. Luar biasa bukan? Ini bukan hotel berbintang lo, ini hanya homestay 100 ribuan per malam. Pelayanan yang diberikan sangatlah patut diacungi jempol.
Hari pertama sarapan saya memesan roti isi telur ceplok dengan sepiring buah yang diberikan gula cair diatasnya. Ibunya menjelaskan campuran buahnya bisa beraneka ragam tergantung dari musimnya apa saat itu. Satu lagi! Tehnya rasanya enak, nggak terlalu manis dan terlalu kental juga.
sarapan di Arjuna House enak |
di depan kamar Arjuna House setelah hujan pagi hari |
Setelah selesai sarapan, agenda hari itu lumayan mempunyai rute yang cukup jauh dengan jalur menanjak. Ya, kami akan pergi ke daerah Kintamani. Pukul 7 pagi saya berangkat ke Kintamani dengan cuaca yang lagi-lagi mendung gerimis saat itu. Jalur menuju Kintamani dari Ubud masih sama seperti menuju ke Pura Tirta Empul, kita akan melewati lagi Tegalalang Rice Terrace. Namun pada pertigaan dan belokan menuju Tirta Empul, kita masih harus naik lagi lurus ke atas.
Rutenya benar-benar ekstrim menanjak dan mungkin kalau cuaca sedang cerah akan biasa saja. Ini cuaca sedang mendung dan gerimis, ditambah dengan kabut tebal yang menyelimuti. Sedikit creepy memang dan parahnya yang menuju ke atas hanya ada beberapa kendaraan saja. Apesnya lagi, saya menggunakan motor Mio GT yang cc-nya hanya 110, membuatnya hanya mampu sampai 70km/jam ketika saya bawa melewati tanjakan panjang disana.
Indahnya Danau Batur Kintamani vs Manusia Lalat
Ketika sampai di Kintamai, saya benar-benar takjub dengan keindahan yang ada. Gunung Batur yang bersebelahan dengan Danau Batur membuat landscape disana benar-benar memanjakan mata. Breathtaking! Superb!
kalau lihat langsung bikin takjub beneran deh |
sumpah indah banget |
Big Sacred Temple = Big Cost
Lalu sekitar pukul 11 siang saya melanjutkan kembali perjalanan menuju ke Pura Besakih. Jalurnya cenderung lebih sepi lagi daripada ke arah Kintamani tadi. Selain itu jalannya nggak selebar jalan menuju Kintamani, namun yang membuat nyaman adalah kita akan disuguhkan dengan pemandangan hutan-hutan pinus di kanan dan kiri jalan.
Kintamani - Pura Besakih. Sepiiiiii..... |
Saya rasa "gong" saya backpackeran ke Bali ada disini. Bagian ini perlu kalian simak dan dipejalari supaya tidak terulang kembali ke banyak orang selain saya dengan teman yang apes saat itu.
Jadi begini, sebelum sampai ke tempat parkiran disana ada petugas pintu masuk yang berjaga dan meminta kami membayar tiket masuk ke Pura Besakih. Kami dikenakan 20.000 rupiah per orang dan mendapatkan bukti tiket resmi. Kemudian kami diarahkan untuk parkir ke sebuah tempat parkir yang mungkin nggak beraturan, karena motor disana pun parkirnya asal-asalan. Namun, saya menurut saya karena tidak mengerti daerah sana dan mungkin memang benar itu adalah tempat parkirnya.
Kemudian, baru saja saya turun dari motor, sejumlah orang tiba-tiba memanggil kami. Kami dipanggil untuk menuju ke sebuah pos kecil yang isinya adalah segerombolan orang dengan udeng di kepalanya. Lalu, salah satunya yang duduk bilang ke saya seperti ini;
"Mas, maaf dipakaikan kain dahulu ya"
"Oh baik beli" (*dengan polosnya menjawab, karena saya pikir memang itu syaratnya untuk masuk ke dalam seperti tempat wisata di Bali lainnya)
"Oh iya mas, begini kebetulan di dalam sedang ada upacara adat" (*doi sambil mengeluarkan kertas yang isinya adalah peta/denah Pura Besakih itu sendiri)
"Jadi mas ke dalam harus dipandu bersama guide kami, supaya bisa tahu mana lokasi yang bisa dikunjungi dan mana yang dilarang"
"Harus pake guide banget? Saya hanya berfoto-foto saja deh di bawah"
"Iya mas, wajib" (*doi sambil ngejelasin panjang lebar alasannya kenapa dan bertanya kami dari mana asalnya)
Setelah itu, doi mengeluarkan buku dan ketika saya buka ternyata isinya adalah catatan dari "yang katanya" para donatur untuk guide.
Alamak! Saya pun kaget melihat kolom sumbangannya dan melihat paling kecil yang menyumbang adalah sebesar 250.000 rupiah. Gila! Saya nggak ada duit segitu banyak! Saya pun langsung tatap-tatapan dengan teman saya untuk mencari solusi terbaik dari masalah ini. Halah.
Kemudian, saya berfikir kalau saya mau tidak mau deh keluar uang karena sudah jauh-jauh kesini. Saya ingin memberikan uang sebesar 100.000 rupiah kepada si guide dan belum saja uang itu diterima, tiba-tiba si guide bilang minta tambah 50.000 ribu lagi. Whaaaat! Saya pun terdiam dan mengeluarkan kembali pecahan uang 50.000 rupiah dan memberikannya kepada si guide.
Saya pun dipandu berjalan masuk ke dalam Pura dan benar-benar takjub ketika sampai di depan bagian Pura Besakih ini. Pura super besar dengan latar belakang Gunung Agung yang megah. Ya, memang Pura Besakih ini menjadi pura terbesar pertama yang ada di Indonesia.
view Pura Besakih dari kejauhan. Amazing! |
banyak yang sedang beribadah disini |
Kompleks Pura Besakih yang nyaman dan tentram |
model atap Pura disini |
mereka yang sedang beribadah di Pura Besakih |
Nah pas udah kelar ngelilingin Pura dan mau pulang ada kejadian yang gak mengenakkan banget lagi terjadi. Pas gw bilang terimakasih banyak ke guide-nya di deket parkiran, nah si guide itu tiba2 nyodorin tangannya ke gw. Saya pun langsung merespon si guide dengan nada yang sedikit tinggi.
Saya: "Terimakasih banyak Beli"
Guide: *nyodorin tangan ke saya
Saya: "Loh, tadi di awal kan saya sudah bayar!" *nada tinggi saking keselnya
Guide: Oia mas tadi di awal untuk biaya warga sekitar, ini biaya guide. Jadi bla...bla....bla... *nggak saya dengerin itu guide ngomong apa saking saya sudah gondoknya
Saya tidak berniat lagi ngasih uang, namun si guide mengikuti saya sampai ke area parkiran. Saya meraba kantong dan melihat ada uang 10.000 rupiah. Saya langsung kasih aja tu ke guide uang sisa parkiran tersebut. Si guide pun pergi dengan muka bete dan sebel. Laaaah! Harusnya mah saya yang pasang muka bete dan sebel, bukannya situ!
Tidak Ada GPS, Petujuk Arah
pun Jadi
Gue kemudian lekas beranjak dari tempat yang menguras banyak uang saat
itu. Gue turun dari Pura Besakih kembali menuju Ubud pada pukul 11 siang
melewati Klungkung dan Gianyar. Gue baru ingat kalau hari itu adalah Jum'at dan
harus melakukan solat Jum'at, namun apa daya gue sama sekali tidak menemukan
masjid satu pun sepanjang perjalanan.
Gue pun kembali nyasar di sini, ditambah hp dan powerbank sudah habis dayanya semua, jadi gue hanya mengandalkan petunjuk arah aja. Selepas Klungkung, kalau nggak salah masih berada di Kabupaten Gianyar, gue mulai berusaha mencari warung makan di pinggir jalan. Sebenarnya, gue sering bertemu warung makan yang buka, namun rata-rata mereka menjual bakso, mi ayam, soto, dan sejenisnya yang mainstream ditemukan dimana-mana. Sampai pada akhirnya, gue melihat warung makan nasi campur yang kemudian kami sambangi.
nyasar di Klungkung |
Transaksi Ilegal (?)
Bertahun-tahun di Pura Besakih
Sekitar pukul 01:30 gue sampai di penginapan dan ngedumel sendiri
gara-gara habis "dirampok" di Pura Besakih. Gue pun langsung membuka
hp dan browsing tentang Pura Besakih di TripAdvisor.
Setelah gue cari tahu, ternyata memang nggak hanya gue aja yang mengalami
kejadian tidak mengenakkan di sana. Sudah banyak orang yang terkena scam dan
menuangkan komentarnya dengan penuh kekesalan.
Sangat disayangkan memang, Pura Besakih yang megah, sakral, dan dihormati
oleh Umat Hindu di Bali menjadi sebuah tempat bagi oknum nakal peraup
keuntungan di sana. Ada pertanyaan besar di sini, apakah pemerintah Bali tahu
akan hal ini? Karena sepertinya sudah terjadi selama bertahun-tahun dan dibiarkan
saja. Menurut pandangan gue, seolah pemerintah juga takut dan nggak bisa tegas
dengan praktik nakal ini di Pura Besakih. Gue sangat bingung memberikan
rekomendasi kepada yang lain, dimana Pura ini memang benar-benar indah dan
menakjubkan, namun di sisi lain harus menyiapkan kocek yang lumayan dalam untuk
"menyuapi" orang-orang nakalnya.
Nyasar Itu Asik
Sudahlah mari kita lupakan Pura Besakih, anggap saja itu sebagai salah
satu bagian dari cerita perjalanan backpacker ke Bali yang paling
menarik. Kemudian di sore hari, gue hanya ingin menikmati suasana Ubud dengan
duduk santai di depan kamar dan barulah sekitar pukul 3 sore gue pergi keluar
untuk mencari makan. Gue akan menuju ke Nasi Ayam Kedewatan yang memang
terkenal enak dan menjadi rekomendasi para wisatawan saat berkunjung ke Ubud.
Sebenarnya ada pilihan lain kuliner enak lainnya di sini, yaitu Bebek Bengil
dan Babi Panggang Ibu Oka. Namun karena saya tidak memakan babi dan Bebek Bengil pun
harganya selangit, membuat gue tidak memilih kedua tempat itu.
Lagi, lagi, dan lagi, kami kembali nyasar saat ingin menuju ke Nasi Ayam Kedewatan. Dimana ketika itu gue baru menyimpulkan bahwa “kalau nggak nyasar nggak seru” dan nggak punya cerita lebih. Gue saat itu nyasar jauh banget dari tujuan atau lokasi Nasi Ayam Kedewatan ini dan membuat gue akhirnya bertanya kepada seorang polisi yang di pinggir jalan. Ternyata Nasi Ayam Kedewatan itu letaknya berada di depan Pura Melanting.
kalau mencari Nasi Ayam Kedewatan, patokanmnya adalah Pura ini |
Nasi Ayam Kedewatan, Ubud
Ketika gue ke sini, tempat
makannya sepi dari pengunjung. Gue pikir salah tempat, yang ternyata adalah
memang gue berkunjung udah kesorean dan udah mau tutup. Pesanan pun datang dan
langsung gue santap. So far, rasanya enak dan luar biasa
pedesnya.
enak banget, itu cabenya walaupun dikit tapi nampol di mulut |
Gue kembali ke arah Jalan Monkey
Forest sekitar pukul 4 sore dan setelah menaruh motor kami berjalan kaki menuju
salah satu toko buku di Ubud. Lokasi toko buku ini berada di pojokan menuju
Jalan Hanoman. Nah malam harinya, gue kembali mencari makan di daerah dekat
Pasar Ubud dan makan di sebuah warung makan dengan harga makanannya yang berkisar
antara 12.000 - 18.000 Rupiah.
PENGELUARAN:
Danau Batur Kintamani : GRATIS (*berhenti di view spotnya)
Pura Besakih : Rp 10.000/orang (resmi)
:Rp 160.000 (*dipalak guide lokal) (**160.000:2=80.000)
Nasi Campur Klungkung : Rp 12.000
Nasi Ayam Kedewatan : Rp 18.000/porsi + Rp 5000 lemon tea
Bensin : Rp 7.500 (15.000 : 2 orang)
TOTAL PERORANG : Rp 132.500
Comments
Post a Comment