Minggu pagi, tanggal 14 Oktober 2018, adalah hari terakhir gue berada di Desa Sawarna. Masih ada 2 spot pantai lagi yang ingin gue datangi sebelum siang harinya beranjak pergi ke Sukabumi, yaitu Pantai Sawarna dan Tanjung Layar. Melewati pintu masuk kawasan sekitar pukul 7 pagi, ternyata gue nggak dimintai biaya tiket masuk, loh kok bisa?
Kalau bayar, biaya masuknya Rp5.000 per orang, itu sudah termasuk pergi ke 3 pantai (Pantai Pasir Putih, Pantai Sawarna, dan Tanjung Layar). Ketika gue lewat, dipanggil pun nggak, padahal ada beberapa orang yang berjaga di sana saat itu. Tanya tanda besar langsung menyelimuti pikiran. Apa mungkin karena gue masuk menggunakan motor dan pakai celana pendek, jadi petugas yang berjaga mengira kalau gue adalah pengunjung yang menginap di dalam kawasan ini kali ya? Hmm..
Kawasan 3 pantai ini merupakan spot paling ramai di Desa Wisata Sawarna. Kita akan melewati jembatan besi yang terasa sangat kuat dan kokoh, setelah itu baru akan bertemu jalan sempit yang di kanan-kirinya adalah penginapan-penginapan berjenis homestay dan bungalow. Suasananya ramai oleh hiruk pikuk wisatawan yang sudah datang semenjak hari Sabtu malam, rata-rata mereka datang bersama rombongan menggunakan motor-motor besar yang kemudian diparkir di depan homestay-homestay di sini.
|
ini jembatan besi ke kawasan Pantai Sawarna |
|
lewat gang-gang kecil, banyak banget penginapan di sini |
|
asyik suasananya, adem juga |
|
rapi, bersih, di sini |
|
selamat datang guys! |
Menurut gue pribadi, suasana yang langsung terasa di kawasan ini mirip di Gili Trawangan, perbedaannya hanya masih ada kendaraan bermotornya aja, sedangkan di Gili Trawangan sudah bebas kendaraan bermotor. Terus mengikuti jalan sampai bertemu dengan cabang dua, kalau serong kiri itu ke Tanjung Layar dan serong kanan ke Pantai Sawarna. Seperti yang gue bilang di awal, karena Pantai Sawarna ini menjadi primadona utamanya, maka jangan heran kalau Minggu pagi di sini sudah ramai oleh pengunjung yang berdatangan.
Ketika akan masuk ke area Pantai Sawarna, ada banyak bangunan kios yang menyerupai pasar, tapi sepertinya sudah lama tidak digunakan, jadi terlihat sepi tidak terurus dan terbengkalai begitu aja. Kontras ketika sudah tiba di area pantainya, ramai warung-warung yang menjual berbagai macam hal di sini, mulai dari souvenir, pakaian, minuman, sampai sajian seafood pun beberapa dari mereka juga menyediakannya.
|
itu di kanan yang berwarna biru adalah bangunan-bangunan kios yang terbengkalai |
|
tapi kios-kios kecilnya yang justru ramai |
|
karena weekend, jam 7 pagi mereka sudah membuka warungnya |
Tapi menurut gue, pembangunan di sekitar Pantai Sawarna ini sebenernya nanggung-nanggung nggak greget. Kenapa gue bilang gitu? Iya, terlihat dan sangat terasa ketika kita melewati dari pintu masuk di dekat jalan raya, fasilitas seperti jembatan penyeberangan, jalan di sekitar rumah warga, kebersihannya, dan penataannya, semuanya sudah rapi.
Eh giliran sampai di kawasan pantainya, kok justru amburadul dan terkesan berantakan ya? Jalan yang tadinya ber-konblok dan rapi tiba-tiba putus begitu aja, berganti dengan permukaan berpasir yang sungguh nggak nyaman untuk kita mengendarai motor di atasnya. Area parkir pun nggak jelas di mana letaknya, sampai gue melihat beberapa pengunjung yang menggunakan motor dan memarkirkannya persis di bawah pohon yang ada di pinggir pantai. Really?
|
parkirnya ngasal aja gitu di pasir. eh btw itu motor kayak mainan nggak sih? |
|
nah tuh kan, sayang banget kan area parkirnya nggak tertata |
Okelah, di luar dari pengelolaan pantainya yang terlihat belum jelas, Pantai Sawarna masih termasuk pantai yang bisa gue katakan bagus. Pasirnya putih, pantainya landai, itulah yang membuat wisatawan menyukai pantai ini karena memang terlihat sangat menyenangkan untuk berenang atau sekadar bermain air. Apalagi ditunjang dengan adanya lifeguard yang senantiasa selalu mengawasi ketika kita berenang melewati batas aman. Terbukti ketika di sana, seringkali lifeguard menyerukan peringatan melalui pengeras suara menara kepada wisatawan yang berenang terlalu jauh dari bibir pantai. Keep a good work!
|
cantik kok pantainya |
|
ombaknya termasuk besar, tapi menyenangkan untuk melihatnya |
|
pantai paling ramai di Desa Sawarna |
|
have fun guys! |
|
lifeguard yang selalu siap memantau dari atas bangunan |
Mumpung sebagian warung di sini belum buka, jadi banyak kursi yang menganggur dan dudukable. Oh iya, tadi di gang kecil setelah jembatan besi, gue berhenti di salah satu rumah yang di terasnya menjual gorengan. Ada salah satu gorengan yang pertama kali gue makan, yaitu gandasturi. Tau? Iya, jadi ternyata ini adalah kacang hijau yang digoreng dan rasanya enak. Hehe… Lah ndalah, lagi asyik-asyiknya makan gorengan, tiba-tiba ada Ibu penjual kacang rebus yang nawarin, yaudah deh apa daya untuk menolak, satu bungkus kacang rebus pun terbeli.
|
cocok dah ini menikmati pantai sambil ngganyem kacang rebus.. hehe.. |
|
gandasturinya tinggal satu, hehe... |
|
selamat menikmati pantai di pagi hari... |
Gorengan: Rp10.000
Kacang Rebus: Rp10.000
Comments
Post a Comment