Halang Rintang Menuju Pantai Legon Pari yang Mengaggumkan!
Pulang dari Karang
Bokor Cliff sekitar jam setengah 12 siang dan istirahat dulu di
penginapan.
Setelah bisa merebahkan badan di kasur dan tenaga pun sudah terisi kembali, sekitar pukul 2 siang, gue melanjutkan pergi untuk menuju destinasi selanjutnya, yaitu Pantai Legon Pari. Bersemangat pergi karena ternyata saat itu perut juga minta diisi, lapeeeer..., mampirlah di sebuah warung yang berada di dekat pintu masuk Kawasan Pantai Sawarna. Banyak banget motor yang parkir di depan warungnya, rame cui yang makan.
Sambil mencari kursi buat duduk, pandangan langsung teralihkan saat melihat rice cooker, mata berbinar-binar karenanya, karena dari hari Kamis malam sampai Sabtu sore ini gue belum makan nasi, iya maaf iya. Menyantap sepiring nasi hangat dengan ayam goreng dan telur balado, duh duh duh… nikmatnya makan siangku di Desa Sawarna yang syahdu ini.
Setelah bisa merebahkan badan di kasur dan tenaga pun sudah terisi kembali, sekitar pukul 2 siang, gue melanjutkan pergi untuk menuju destinasi selanjutnya, yaitu Pantai Legon Pari. Bersemangat pergi karena ternyata saat itu perut juga minta diisi, lapeeeer..., mampirlah di sebuah warung yang berada di dekat pintu masuk Kawasan Pantai Sawarna. Banyak banget motor yang parkir di depan warungnya, rame cui yang makan.
Sambil mencari kursi buat duduk, pandangan langsung teralihkan saat melihat rice cooker, mata berbinar-binar karenanya, karena dari hari Kamis malam sampai Sabtu sore ini gue belum makan nasi, iya maaf iya. Menyantap sepiring nasi hangat dengan ayam goreng dan telur balado, duh duh duh… nikmatnya makan siangku di Desa Sawarna yang syahdu ini.
ini duduk di teras warungnya, tuh dah banyak motor yang parkir, rata-rata plat B semua |
ini lokasinya deket parkir umum untuk mobil dan indomerit Sawarna |
nih nama warungnya... |
maafkan tidak ku foto makanan yang dimakan, laper banget cui! |
Insiden Kecil Bikin Was-Was
Setelah perut terisi dan akan melanjutkan perjalanan menuju Pantai Legon Pari, ada sedikit insiden kecil yang terjadi, di mana motor yang kami berdua sewa, joknya nggak bisa dibuka saat akan mengisi bensin. Kebingungan harus bagaimana, akhirnya mampir ke sebuah bengkel dan menanyakan apakah bisa mengatasi jok macet yang benar-benar susah dibuka ini. Hasilnya? Nihil cui! Solusi paling memungkinkan yang diberikan oleh dua orang bengkel yang menangani adalah dengan cara menjebolnya, what wait, no!
Hahahaha… Bukan motor gue woi, main asal jebol-jebol aje. Oke, karena nggak mendapatkan solusi selain menjebol jok motor, akhirnya gue nekat untuk meneruskan perjalanan terlebih dahulu menuju Pantai Legon Pari sore itu dan rencananya baru akan bilang ke pemilik motor di penginapan setelah pulang dari pantai.
Pantai Legon Pari adalah salah satu pantai di kawasan Sawarna yang tidak bisa diakses menggunakan mobil, satu-satunya cara adalah dengan menggunakan motor. Dari jalan raya, nggak usah ngebut-ngebut karena papan petunjuk yang mengarahkan ke sebuah gang kecil di sini nggak kelihatan sepintasan mata, harus benar-benar jeli karena tulisan di papan petunjuknya terlihat pudar terkena matahari.
Kalau sudah melihat gang kecilnya, masuk aja ke dalem sampai bertemu dengan jembatan gantung. Saat itu jembatan gantung yang baru belum bisa dilalui, jadi gue masih harus melalui jembatan kayu yang lama di sebelahnya. Jarak dari jalan raya hingga sampai ke jembatan gantung sekitar 800 meter melewati rumah-rumah warga.
di kanan jembatan barunya, di kiri jembatan kayu lamanya |
Setelah melewati jembatan, ada petugas yang akan meminta biaya tiket masuk ke kawasan Pantai Legon Pari sebesar Rp5.000 per orang. Medan jalan setelah jembatan hingga sampai ke bibir pantai terbilang ekstrem dan memacu adrenalin. Gue kasih tau dulu, kalau ke sini pakai motor yang baru di cicil 1-2 bulan, sebaiknya tarik napas dalam-dalam ya, hehe… Ampun dah cui, hancur banget jalannya.
Gue aja yang bawa motor sewaan nggak tega buat ngebut di jalan rusak yang lebarnya nggak lebih 1-meter ini. Tapi jangan heran kalau terkadang kita akan berpapasan dengan penduduk yang bawa motornya ngebut banget, bahkan nggak jarang gue harus mengalah untuk didahului mereka dengan mepet-mepet ke pinggir.
Parahnya lagi, jalannya itu berkelak-kelok naik turun yang lumayan curam, fungsi rem depan belakang dan tarikan gas di sini benar-benar dibutuhkan. Kalau pakai motor cowok berkopling atau motor trail sepertinya sih oke-oke aja, tapi kalau pakai matic kecil begini, aduh-duh kasihan. Jarak tempuh menaiki dan menuruni bukit di jalan rusak ini sekitar 1 km dari jembatan, jangan meremehkan 1 km yang kalau di Jakarta itu terasa dekat ya, di sini 1 km kerasa jauh njir. Alasannya ya itu tadi, kita nggak bisa ngebut dan konsentrasi bener-bener pas bawa motornya.
Pantai Super Cantik di Sawarna
Tapi tenang aja, semua perjuangan itu akan dibayar dengan pemandangan Pantai Legon Pari yang super cantik di sore hari. Bibir Pantai Legon Pari ini berbentuk cekungan yang menjorok ke dalam, sehingga menyerupai huruf U jika dilihat dari atas atau dilihat pada peta. Bibir pantai yang landai dan sebagian ada berkarang membuat kombinasi keduanya saling melengkapi. Di Pantai Legon Pari juga digunakan sebagai kapal-kapal nelayan untuk bersandar.
Ciri khas lain dari Pantai Legon Pari ini adalah adanya karang-karang berbentuk bulat dan berlapis lumut berwarna hijau. Berenang pun bisa dilakukan di pantai ini, tapi tetap perlu berhati-hari karena tidak ada penjaga pantainya. Kamar mandi bilas di Pantai Legon Pari juga banyak tersedia.
lihat betapa hijaunya air laut sore itu... |
semakin sore semakin pasang air lautnya... |
cantik...cantik banget... |
ombak di sore hari yang lumayan besar |
Ternyata di hari Sabtu sore, Pantai Legon Pari suasananya masih terbilang sepi, ada sih pengunjung lain yang datang, tapi "hitungannya" masih sepi. Seperti yang gue bilang di postingan sebelumnya, kalau beberapa orang justru akan menyukai suasana sepi seperti ini, tapi ada juga yang mungkin agak canggung atau terasa nggak nyaman ketika suasananya terlalu sepi atau bahkan nggak ada orang sama sekali.
Di Pantai Legon Pari juga ada beberapa warung pinggir pantai yang buka untuk sekadar membeli minum atau membeli pengganjal perut yang kelaperan. Di pohon-pohon pinggir pantainya pun ada ayunan-ayunan yang bisa kita naiki untuk sekadar bersantai dan sejenak melupakan masalah hidup ini yang terlalu rumit, aheyy..
kayak karpet lumutnya.. |
banyak kelomang |
banyak banget binatang ini di sini |
lo bisa explore banyak hal di pinggir Pantai Legon Pari ini |
kapal nelayan yang sedang bersandar di sini |
kalau musim liburan sepertinya ramai di sini |
bocah yang tinggal di sekitar Pantai Legon Pari |
kalau sepi puas main ayunan... |
Perlu diingat, Pantai Legon Pari bukanlah tempat yang cocok untuk menikmati pemandangan matahari terbenam ya, karena gue pun baru tersadar ketika matahari sore sempat muncul sedikit dan datang dari arah balik bulik, bukan di garis lautnya. Spot terbaik buat menikmati pemandangan matahari terbenam (sunset) ada di Pantai Tanjung Layar.
Makan Siang (Nasi Ayam Telur): Rp25.000
Tiket Masuk Pantai Legon Pari: Rp5.000/orang
Selamat beristirahat, besok pagi kita lanjut main ke Pantai Sawarna..
Comments
Post a Comment