[SINGAPORE WEEKEND Day-1] Celotehan Si Ibu Yang Bikin Kuping Panas, Surga Duniawi di Bandara Changi, dan Merdunya Lantunan Musik Bengawan Solo

Singapore, 24-25 Februari 2017

Trip kali ini bener-bener singkat karena gue nggak ngambil cuti dan hanya pergi di hari Sabtu Minggu aja. Berangkat Jumat malam tanggal 24 Februari dan pulang Minggu sore tanggal 26 Februari 2017. Gue mencoba naik maskapai LCC Australia yaitu Jetstar dengan harga tiket Pulang Pergi 1,650 juta. Gile ki, kok mahal banget! Iya emang, sebenernya berangkatnya murah cuma 450.000-an, tapi pulangnya yang sekali terbang 1,1 juta karena gue ambil penerbangan sore. Minggu pagi masih dapet 400.000-an juga, tapi masa iya gue Minggu pagi udah pulang. Hoho, okelah.

Gue berangkat dari kantor di BSD naik XTrans. Gue memutuskan naik XTrans karena biayanya yang lebih murah daripada naik UberCar atau GrabCar. Sebenernya gue lebih dulu mencari di mana letak pool DAMRI yang berangkat dari Serpong, namun ternyata jauh karena berada di WTC Serpong (manja lau ki). Nah XTrans ini pool-nya lumayan deket dari kantor, berada di ruko ITC BSD yang sederetan dengan EF (English First). Perbandingannya begini, naik UberCar atau GrabCar itu harganya 110.000 – 130.000 belum biaya 3 kali masuk gerbang tol (gue nggak tau berapa, taruhlah 30.000), jadi total 150.000. Nah naik XTrans ada 2 pilihan, mau lewat Kota Tangerang atau Tol Bintaro, kalau lewat kota harganya 50.000, sedangkan lewat tol harganya 70.000, murah kan? Nah, DAMRI lebih murah lagi karena harganya hanya 45.000 aja, tapi ke pool-nya juga jauh dan butuh biaya lagi.

Penerbangan ke Singapore jam 9 malam dan check-in Internasional dibuka 2 jam sebelumnya, jadinya gue harus berangkat ke bandara sekitar jam 5 sore. Izinlah sama atasan, jam setengah 5 ngacir dari kantor naik Gojek ke ITC BSD, cuma 4.000 aja pakai Go-Pay. Nggak lama nunggu, mobil travel yang bakal mengantar gue ke Bandara datang. Ternyata bentuk mobilnya lucu, ada yang tau Mercedes-Benz Viano? Bentuknya mirip, tapi itu mereknya bukan Mercy, entah apa (sampai sekarang pun gue masih cari tau). Surprisingly, mobilnya nyaman banget, halus, smooth, kalem, nggak berisik. Paling gue notice adalah tenaganya yang dari rpm 0 sampai rpm 20-an itu kenceng banget, hentakan dari mesinnya mantap jadi nggak loyo di rpm rendah. (**yang sering bawa mobil pasti ngerti maksud gue).

mobil XTrans yang nyaman itu
Back to topic..
Jadi, naik XTrans ini akan masuk lewat pintu tol yang nggak jauh dari Stasiun Rawa Buntu. Tapi nggak langsung ngacir ke Bandara ya, karena masih harus pick-up penumpang lagi di cabang XTrans Bintaro. Makannya ketika gue tanya receptionist-nya butuh waktu berapa lama dari BSD ke Bandara, dia menjawab sekitar 2 jam. Jadi 2 jam itu sudah termasuk waktu pick-up penumpang keluar Tol Bintaro yang jalanannya lumayan macet di hari kerja.

Oke, gue sampai di Terminal 2D sekitar jam 7 malam dan di sana udah banyak banget orang yang mau umroh berpakaian serba putih. Counter check-in baru dibuka jam 19:55, jadi gue menunggu di kursi-kursi duduk yang nggak jauh dari pintu keberangkatan. Lagi asyik-asyiknya nunggu, tiba-tiba datanglah seorang Ibu dan Bapak yang duduk di samping gue. Si bapak pergi ke toilet dan si Ibu kemudian bertanya ke gue:

“mau ke mana mas?”
“mau ke seberang aja bu, Ibu mau ke mana?”
“oh saya mau ke Turki mas”
“berdua aja Bu?”
“iya mas, anak-anak saya sudah nikah semua. saya sama suami udah pensiun, sekarang jalan-jalan aja daripada di rumah bosen”
“wah, enak ya Bu!”
“ya begitu mas, bulan kemarin saya dari Korea”
*sambil ngeliatin foto-fotonya di Korea dari hp-nya*
“enak ya bu jalan-jalan terus sekarang”
“yah mas kalau saya seneng jalan-jalan umur 40-an, udah ketuaan. mas beruntung masih muda suka jalan-jalan, tahun lalu saya kedinginan di Eropa”
((kuping gue makin panas denger negara-negara yang di sebut si Ibunya))

Nah ketika si Bapaknya sudah selesai dari toilet, sekarang gantian si Bapaknya cerita ke gue. Mereka berdua ini asyik banget orangnya dan si bapak bercerita ke gue mulai dari ngasih tips ke Singapore sampai ngomongin masalah Ahok dan Jokowi. Sampai si Bapak menyuruh gue untuk mampir ke blog Bahasa Inggrisnya. Hampir 40 menitan gue bicara banyak dengan si Bapaknya dan pas gue mau izin pamit untuk masuk ke dalem, si bapak bilang ke gue:

“mas namanya siapa?”
“Eki pak”
“oke mas, inget ya nama saya Ridwan Fakih. coba cari facebook saya ya mas”
“siap, pak!”

Antrian masuk ke pintu keberangkatan pun mengular. Nah, sambil gue menunggu antre pemeriksaan barang, karena dari tadi gue juga kepo si bapaknya ini siapa deh, akhirnya gue carilah nama si bapak di Google. Langsung ketemulah link yang mengarah ke facebook dan linkedin. Ternyata aje gile, resume linkedin-nya banyak banget, semuanya berbau chemical dan perminyakan (mulai dari Chevron, Pertamina, Kuwait Oil Company, dll), omegat! Surprise-nya lagi ternyata si Bapak ini satu almamater (UGM) tahun 1982 jurusan chemical engineering.

Ah sudahlah, lupakan si Bapak dan sekarang gue masuk ke dalam untuk check-in. Pas lagi antre di counter check-in Jetstar, tiba-tiba di barisan depan antrean ada sepasang suami istri yang teriak-teriak marah-marah. Sumpah kenceng banget sampai gebrak-gebrak itu meja check-in di sana. Hampir semua orang yang ada di ruangan keberangkatan itu melihat ke arah di mana gue sedang antre. Gue sih lihat aja dan menyimak masalahnya apa dari cuap-cuap si Ibunya yang pedes juga mulutnya. Semua karyawan Jetstar yang ada di belakang meja check-in dimarahi semua, ada 6 orang yang cuma bisa diem aja. Gue lihat dari celotehan si Ibunya kayaknya dia itu bawa uang lebih dari “berapa juta gitu” dalam bentuk cash dan nggak diperbolehkan oleh pihak Jetstarnya (*kayaknya lho ini, gue nggak tau pastinya). Sampai pada akhirnya si suami istri itu minggir dengan mulut yang masih cuap-cuap. Setelah check-in gue langsung cus ke boarding room dan nggak tau deh bagaimana kelanjutan drama suami istri tadi di sana, bodo amat.

Pesawat terbang ke udara sekitar jam 21:55 dan mendarat di Changi sekitar jam 00:45 waktu Singapura. Selisih satu jam antara waktu Indonesia dan Singapura, di mana Singapura satu jam lebih cepat. Perut pun mulai nggak bisa diajak kompromi tengah malam di bandara, bukan mules tapi minta di isi. Jauh-jauh hari gue sempat baca kalau di Changi ada staff canteen yang menjual makan murah di sana. Sebenernya gue agak ragu kalau tengah malam masih buka, tapi sebelum keraguan itu terjawab gue berusaha mencari terlebih dahulu letak kantin yang dimaksud. Sampai pada akhirnya gue pusing dan capek sendiri muter-muter mencari di mana letak kantinnya. Hampir 3X gue memutari dan mencari ke tempat yang sama, yang katanya ada di lantai 3M (Mezzanine). Akhirnya gue menyerah karena kecape’an bolak balik jalan mencari di bandara yang lumayan luas itu, pusing pala berbie! Untungnya gue udah bawa botol kosong dari rumah berkat saran dari temen, karena tinggal pencet kran air di Bandara dan gue bisa minum sepuasnya gratis. Tengah malam di Bandara Changi ini nggak sepi, karena banyak banget yang geleparan di lantai atau kursi untuk tidur dan merebahkan badan. Gue pun ikutan tiduran di lantai dan untungnya gue belajar dari kejadian bermalam di KLIA2 yang sebelumnya kedinginan setengah mati. Sekarang gue pakai jaket! Ahaaay!!

suasana Bandara Changi di tengah malam
pemeriksaan imigrasi di Changi
bandaranya termasuk bagus dan luas
eh ini Wi-Fi-nya kenceng lo jangan salah!
tuh pancuran kran air minumnya
Wi-Fi-an dan tidur ayam sampai gue bangun sekitar jam 5 pagi, di mana menurut informasi bahwa MRT sudah mulai beroperasi. Ternyata? Memang sih MRT sudah beroperasi di jam 5 pagi, tapi pembelian kartu STP (Singapore Tourist Pass) baru dibuka jam 8 pagi. Damn! Wisatawan tetap bisa naik MRT jam 5 pagi itu, tapi mereka harus membeli tiket harian atau kartu Ez-Link yang biayanya jauh lebih mahal daripada kartu yang dikhususkan untuk turis yaitu STP. Ya apa daya, mau nggak mau gue harus menunggu loket STP itu buka di jam 8 pagi. Nah masih ada sekitar 3 jam, daripada gue bingung ngapain lagi di Changi, akhirnya berusaha lagi mencari di mana letak keberadaan kantin staff itu. And finally, gue menemukannya yang letaknya berseberangan dari lokasi yang semalam gue puterin. Semalam gue muter-muter di area parkir T1 terminal 2, yang ternyata kantinnya berada di deket area parkir T2.

Kantin karyawan Bandara Changi ini mulai buka jam 6 pagi sampai jam 9 malam. Pas gue ke sana, belum semua warung buka untuk siap menyajikan makanannya. Pilihannya ketika itu baru ada menu vegetarian, india, mi, dan nasi lemak. Karena gue belum makan nasi dan butuh nasi seperti orang Indonesia kebanyakan, akhirnya bergeraklah menuju kios penjual warung Nasi Lemak. Harga untuk seporsi nasi lemak adalah 2 SGD, ditambah dengan beberapa lauk tempura dan satu telor ceplok, sarapan gue pagi itu seharga 3.6 SGD (kalau di Rupiahkan sekitar 35.000) masih termasuk murah “katanya” makan dengan harga segitu di Singapura. Kalau di Indonesia nasi lemak ini mungkin nasi uduk kali ya, jadi nasinya udah ada rasanya gitu. Cenderung gurih dan sepertinya ditanak dengan santan juga, nah yang gue kaget adalah sambelnya yang ternyata enak dan cocok di lidah.

Setelah perut kenyang dari semalaman nggak makan, gue kembali ke loket penjualan STP untuk segera mengantre membeli kartu tersebut. Udah ada 4 orang yang berada di depan gue saat mulai mengantre di jam 7:40 dan pas hampir jam 8 gue menengok ke belakang ternyata antreannya udah mengular. Gue beli kartu untuk 2 hari seharga 26 SGD, di mana keuntungan kartu ini adalah kita bisa pakai sepuasnya buat tapping MRT dan bis kota. Setelah dapat STP gue siap menjelajah Singapore! Yeaaaah! 

kalau naik lift nggak akan ketemu lantai 3M (Mezzanine)
kalau udah di posisi ini, berarti udah di lantai yang bener menuju kantin staf
nah tuh ada tulisannya kantin di lantai 3M
taraaaa.... yeaaaah!!
suasana jam 6 pagi masih sepi banget di sini
salah satu warung nasi lemak di kantin staf
nasi lemak yang rasanya mirip-mirip nasi uduk
menu es di sini juga murce-murce!
jangan kebiasaan orang Indo ya, nampannya dibalikin sendiri di sini
sebaiknya mulai antri STP jam setengah 8 deh ya
kalau nggak, ntar antreannya kayak gini. omegat!
kartu sepuasnya naik bis, MRT, dan LRT
Penginapan gue berada di Serangoon Road yang masih merupakan kawasan dari Little India. Jadi rutenya dari Bandara Changi naik East West Line (hijau) dan turun dulu di Tanah Merah, ganti naik Downtown Line (biru) dan kemudian turun di Bugis, ganti lagi naik North East Line (ungu) dan turun di Farrer Park. Nah ada yang lucu nih ketika gue keluar dari stasiun MRT Farrer Park, gue kebingungan melihat peta arah ke penginapan. Hampir ada 20 menitan gue muter-muter sendiri di depan stasiun MRT kayak orang bego, karena temen pun baru sampai Singapura jam 10 pagi. Setelah memantapkan mengambil arah jalan, akhirnya penginapan yang dimaksud pun terlihat.

Nyamannya kasur plus dinginnya AC membuat gue menghilang sejenak dari dunia sampai kaget melihat jam sudah pukul setengah 1 siang. Whaaaaaat!! Panik bukan main, gue belum mandi dan gue belum ngapa-ngapain sampai sesiang itu. Ngecek hp dan udah banyak banget WhatsApp dan miscall yang masuk dari temen. Akhirnya jam 1 siang kita memutuskan untuk langsung cus ke destinasi pertama yaitu Jalan Haji Lane. Naik MRT dan kita turun di stasiun Bugis, melanjutkannya dengan berjalan kaki. Haji Lane ini adalah sebuah jalan yang unik karena bentuk bangunannya dan juga banyaknya mural yang ada di beberapa bagian temboknya. Nggak berapa lama setelah berfoto-foto, bressssss….!!! Hujan turun gede banget, yang membuat gue harus berteduh di depan Seven Eleven di sana. Di sevel kita bertiga membeli burger dan juga minuman sebagai pengganjal perut yang kelaperan dari tadi pagi karena memang belum makan.

ada kuil India di samping hotel
suasana lalu lintas di depan hotel
nyamyes banget MRT-nya!
MRT di Indonesia akan sebagus inikah?
Jalan Haji Lane yang lagi terkenal itu
mural-mural everywhere
Hujan reda setelah sekitar satu jam dan kemudian gue lanjut lagi buat memutari Bugis Street yang nggak jauh jaraknya dari Haji Lane. Ruameee banget ternyata jalan bugis ini karena memang pusatnya oleh-oleh, kalau di Jakarta mungkin mirip Pasar Baru atau kalau di Jogja mirip Pasar Beringharjo kali ya. Emang banyak barang yang murah-murah di sini, itu juga masih bisa ditawar, cuma ya emang harus desek-desekan dengan wisatawan lain. Gue beli beberapa tempelan kulkas dan pajangan patung merlion di Bugis Street ini. 

Nah, sebenernya gue udah capek banget, kaki dari tadi pagi nggak ada henti-hentinya bergerak dan jalan. Tapi dengan semangat 45, gue masih harus melanjutkan ke destinasi berikutnya yaitu Marina Bay dan Garden by The Bay. Naik MRT lagi dengan jalur transit dan nyambung ke MRT yang punya destinasi akhir Marina Bay. Ketika udah sampai di area Garden by The Bay, gue sempet takjub sama keindahan yang gue liat saat itu (*maaf orang desa main ke Singapura, ya begini ini, norak!). Tapi beneran deh, keren banget pemandangan yang gue liat saat itu. Gue masuk dan jalan-jalan ke taman-taman di sana yang rapi dan bersih banget. Ketika mulai jam 7 malam di Garden by The Bay ini ada sebuah pertunjukan cahaya dan musik yang amazing! Kalau dilihat di kamera mungkin biasa aja kelihatannya (*gue dibilang lebay atau apalah), tapi nggak ketika melihatnya langsung di sana. Pas lagi asyik-asyiknya menikmati pertunjukan cahayanya, tiba-tiba musik yang mengalun berubah dengan lirik kata yang nggak asing, “……….Bengawan Solo…riwayatmu kiniiii….”. Wah anjir keren banget!

jalan bugis yang super duper rame
itu minuman es harganya cuma 1 SGD aja
mangganya mulus-mulus
pertunjukan lampu dan musik dimulai!
Kelar dari Garden by The Bay, gue jalan-jalan ke arah Marina Bay dan Mall-nya. Mall-nya ini tepat berada di seberang dari patung Merlion dan tepat di samping Art Museum yang bentuk bangunannya unik. Masuklah gue ke dalem mall yang super fancy itu, njir gede banget mall-nya sumpah. Di lantai utama, itu toko-toko labelnya Gucci, Prada, Chanel, dll, buseeet!! Masih di lantai yang sama, itu mall ada Casino-nya! Ketika lo melihat dan melongok ke bawah, akan lebih takjub sekaligus heran, kenapa ada kanal air di sana. Luar biasa dah pokoknya Singapura ini!

Gue balik ke penginapan, mandi, dan merebahkan badan sekitar jam 10 malam. Nah kampretnya adalah sebelum gue pergi, gue jemur kaos dan handuk di balkon kamar dengan harapan kering ketika gue pulang. Et dah, ternyata malah buasaaah kuyup di guyur hujan deres tadi sore. Ah kampretos!

Masih berlanjut di sini....

Comments