[SINGAPORE WEEKEND Day-2] Asam Kecut Acar Subway, Gantungan Kunci Termahal, dan Seteguk Air Untuk Kompensasi 3 Jam Menunggu


Minggu 26 Februari, pada awalnya gue berencana check-out dari penginapan jam 6:30 pagi, berarti jam 6 gue udah harus bangun dan mandi. Tapi kenyataannya? Hahahahha…. Gue baru bangun jam 7:30, yang ternyata hp juga udah banyak notifikasi pesan masuk dan bahkan miscall, maaaaap...!! Mandi, beres-beres, dan gue check-out, merelakan sarapan gratis yang bakal disediakan mulai jam 8 pagi. Ah sudahlah!

Pagi itu gue ke Mustafa Center yang lokasinya nggak jauh dari 60's Hostel, masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki selama kurang lebih 20 menitan. Sepanjang jalan menuju Mustafa Center ini tercium aroma masakan India yang menyengat banget, bikin laper! Sesampainya di Mustafa Center gue diberhentikan oleh seorang satpam India yang berjaga, ternyata si satpam melihat tas gue yang harus “disegel” saat masuk ke dalam. Tadinya gue meminta untuk dititipkan aja, tapi si satpam memperbolehkan gue membawanya masuk. Ah pak, padahal gue malah seneng kalau tas saya dititip aja, berat pak! Gue belanja seperlunya di sini, karena udah beli makanan lumayan banyak di Bugis Street kemarin. Di Mustafa Center ini akhirnya nemu Jelly Bean yang nggak dijual di Indonesia, ahaaay..!!

Setelah kelar belanja, gue melanjutkan jalan kaki menuju stasiun MRT Farrer Park dan turun di Boon Keng, yaitu satu stasiun setelah Farrer Park. Ngapain turun di Boon Keng ki? Iya, karena nggak jauh dari stasiun Boon Keng ada sebuah kantin besar bernama Beendemer Market. Di sana gue beli sarapan bihun goreng dengan lauk ikan fillet dan ayam pedes seharga 3.2 SGD, murah lah ya? Tapi, buat yang muslim nggak gue sarankan ke sini sih, karena hampir semua warungnya “Chinese punya”. Gue juga sempet bertanya kepada salah satu Ibu penjual di sana karena dua orang temen sama sekali nggak bisa mengkonsumsi Chinese Food. Si Ibu menjelaskan ke gue dengan bahasa Inggris bahwa di Beendemer Market nggak ada yang halal dan si Ibu juga memberitahukan bahwa ada warung muslim yang berada di ujung ruko, namun setelah dua orang temen mengecek ke sana ternyata masih tutup. Alhasil membuat kedua temen gue nggak makan sama sekali pagi itu. Maafkan, jadi nggak enak.

Syed Alwi road, sepanjang jalan ini bau masakan India
Bendemeer Market yang udah rame jam 8 pagi
rata-rata ngejual makanan chinese di sini

bee hon (bihun), biasa aja sih nggak ada yang spesial, murahnya yang dicari
Setelah perut kenyang, gue melanjutkan perjalanan menuju Henderson Waves. Naik MRT menuju destinasi akhir Harbour Front, setelah itu masih harus lanjut perjalanan lagi dengan menaiki bis kota. Dari pertama kali sampai di Singapore, gue udah penasaran banget pengen mencoba naik bis kotanya, karena gue liat sepertinya nyaman banget. Dan bener aja! Bis kota di Singapore emang nyaman dan sistemnya nggak ada yang namanya kenek pegang-pegang duit receh narikin ke penumpangnya, hahahaha. Sistem pembayarannya sama seperti MRT yaitu dengan tapping kartu, baik itu kartu pembayaran harian atau STP (Singapore Tourist Pass) seperti yang gue pakai saat itu. Setelah sampai di lokasi, ternyata oh ternyata, ini jembatan Henderson Waves tinggi banget, jadi membuat setiap pengunjungnya harus menaiki ratusan anak tangga yang bikin capek. Jompo gue jompo! Setelah sampai di bagian atas jembatan, pemandangan yang disuguhkan benar-benar indah banget. Satu sisi menyajikan pemandangan hutan dan laut lepas, di sisi lainnya menawarkan pemandangan bangunan-bangunan kota yang tertata dengan apiknya. Di Henderson Waves juga banyak yang jogging karena treknya lumayan panjang dan naik turun. Hampir satu jam gue berada di Henderson Waves, sekitar jam 12 siang kita memutuskan pulang. Kembali naik bis dan turun di depan Mall Vivo City, karena di sana lah terdapat stasiun MRT Harbour Front. Gue berpisah dengan Tyas dan Bang Toto di stasiun pemberhentian pertama setelah Harbour Front yaitu Outram Park. Tyas dan Bang Toto lanjut ke Chinatown, sedangkan gue udah harus ke Bandara karena penerbangan ke Jakarta jam 3 sore.

nungguin bis 131 atau 145 menuju Henderson Waves
bisnya nyamnyes banget, pink-pink pula (*abaikan si Ibu)
nih masih harus naik ratusan anak tangga ini
dah nyampe nih di atas
pemandangan ke arah lautan (pulau sentosa)
banyak yang jogging di sini 
pemandangan perkotaan di sisi lainnya

vivo city mall yang gandeng sama stasiun MRT Harbour Front
Sampai di Bandara Changi sekitar jam 1 siang, dimana MRT berhenti di terminal 2 dan gue harus menyeberang lagi ke terminal 1. Tapi nggak jalan kaki ya, pindah dari terminal 1 ke terminal 2 pakai yang namanya SkyTrain. SkyTrain yang gue naiki lucu banget, warnanya kuning dan gambarnya Pikachu! Waaaaa..!!! Nah pas mau check-in, seperti biasa gue berusaha untuk madetin isi tas supaya bisa lolos kabin 7kg itu. Sama deg-degannya ketika di Vietnam tahun lalu, soalnya setelah gue timbang tas itu beratnya hampir 9kg! Jadi mau nggak mau gue berusaha bagaimana caranya gue membawa tas ransel nggak terlihat berat di depan petugas check-in. Elah ndalah! Udah capek-capek ndusel-nduselin, padet-padetin barang supaya tas kamera bisa jadi satu, udah pasang muka sok enteng bawa tas ke counter check-in, ternyata sistem check-in Jetstar di Bandara Changi adalah pakai mesin. Grrrr…!! Tapi canggih eh! Hanya perlu memasukkan kode penerbangan dan scan paspor aja, udah deh tiket keluar. Nice! Tapi kasihan juga nggak punya karyawan nih Jetstar di check-in counter-nya.

Selesai check-in, perut gue mulai kruyuk-kruyuk minta diisi. Nah, sebelum berangkat ke Singapore, gue udah pengen banget mencoba yang namanya Subway, and finally kesampaian makan itu di terminal 2 Changi. Merelakan jalan kaki lagi, naik SkyTrain lagi buat kembali ke terminal 2. Setelah mencoba ternyata huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……ENAK! BANGET! Gue pesen Italian Spicy yang ternyata rasa dagingnya itu sendiri udah pedes, ditambah lagi pedes dari sausnya. Menurut gue rasa yang bikin enak itu justru bukan dari roti gandum yang gue pilih atau lembaran-lembaran daging gilingnya, tapi acarnya! Kok bisa? Iya, rasa acarnya unik menurut gue dan belum pernah mencoba rasa begitu di Indonesia. Ketika menggigit satu gigitan penuh, yang meledak di mulut dan yang bikin enak ada rasa asem kecut seger gimanaaa gitu…, ah suka!

stasiun tanah abang? hahahaha...
pindah terminal di Bandara Changi naik beginian nih (SkyTrain)
lucu kan ini! Pika...pikaa...!!

enak, bikin kenyang, pengen lagi!
Perut kenyang dan kembali lagi gue ke terminal 1 dan mulai mengantre masuk ke bagian Imigrasi. Nah sebelum gue masuk ke boarding room yang nggak ada apa-apa di sana, akhirnya muter-muterlah dulu di area luarnya. Masih ada waktu sekitar 30 menitan sebelum batas jam boarding yang tertera di tiket pesawat. Nah, saat perjalanan pulang ke Bandara Changi, gue masih pegang uang sekitar 47 SGD, dikurangi beli Subway sekitar 6 SGD, berarti masih ada kurang lebih 41 SGD. Bingung juga sebenernya, kalau di tuker lagi ke Rupiah lumayan masih sekitar 400.000-an, tapi gue yang males kalau harus ke money changer lagi di Jakarta. Akhirnya membuat gue untuk membelanjakan sisa uang itu di bandara aja. Awalnya yang gue butuhkan adalah earphone dan sempet mikir mungkin harga di Singapore lebih murah daripada di Indonesia. Masuklah gue ke salah satu toko audio di Bandara Changi terminal 2 dan melihat-lihat earphone yang ternyata kalau di Rupiahkan harganya sama aja dan malah jauh lebih mahal, ah elah! Rata-rata harganya diatas 45 SGD semua. Alamak, nggak jadi deh. Pergi dari toko audio dan masuklah gue ke salah satu toko buku di dekat boarding room D30 Bandara Changi. Di toko buku ini kepincut sama salah satu mini notebook yang bentuk dan motif sampulnya bagus banget. Tapi mikir lagi, 2 minggu yang lalu gue dari Gramedia udah beli 2 mini notebook juga. Oke, nggak perlu! Muter-muter sampai gue melihat pajangan Merlion yang bagus dan sebuah gantungan kunci I LOVE SG yang juga cakep. Pajangan Merlion gue tebus seharga 14 SGD dan gantungan kunci termahal yang pernah gue beli yaitu seharga 6.9 SGD atau sekitar 70.000-an. 

pajangan meja seharga 14,87 SGD, mahal cin!
gantungan kunci aja segini harganya, tapi bagus kok! 
Semua udah dapet dan saatnya gue masuk ke boarding room yang berada persis di samping toko buku itu. Nah pas banget baru masuk ke barisan antrean yang panjang banget, eh petugas di boarding gate-nya ngasih pengumuman;

“Penerbangan Jetstar menuju Jakarta mengalami keterlambatan sampai jam 16:30”

Padahal saat itu masih jam 14:30, masih sekitar 2 jam gue harus menunggu lagi. Alhasil seketika barisan antrean pun bubar dan orang-orang yang udah menunggu di dalem boarding room pun keluar lagi, yah! Duduklah gue di jajaran bangku di depan boarding room itu sambil ngetik nulis buat ngisi waktu. Gue pikir 16:30 itu adalah waktu dimana kita udah bisa terbang berangkat, tapi kenyataannya sampai jam 16:25 boaring room baru dibuka kembali, lha!

Nah ada yang baru gue tau nih, ternyata scanning barang di Bandara Changi emang ketat banget. Gue yang bawa laptop di suruh keluarin dari dalam tas dan setelah melewati tiang scanning (entah gue nggak tau namanya apa), tas ransel gue dipermasalahkan. Gue disuruh memperlihatkan semua isi dalam tas satu per satu, sumpah deh itu oleh-oleh cokelat gue yang ada di plastik diobok-obok semua sama petugasnya.  Gue di suruh tunggu dan berdiri di ujung barisan, gue pun cuma bisa melihat dari kejauhan kalau ada dua petugas yang lagi membicarakan tas ransel gue. Kemudian, salah satu petugas meminta izin gue supaya melakukan scanning ulang tas dan gue pun mempersilahkannya. Haduh pak, saya mah nggak bawa yang aneh-aneh deh. Setelah scanning ulang selesai, akhirnya gue diperbolehkan masuk ke boarding room. Yaelah, terus tadi apa masalahnya deh? Bzzz....

Di boarding room ini gue pikir tinggal nunggu sebentar dan langsung masuk pesawat. Eh ternyata nggak, masih harus terlantar lagi di boarding room tanpa kejelasan dari maskapai sampai jam 18:00 sore lo, yang seharusnya udah terbang jam 15:00, ini baru masuk pesawat jam 18:00. Gue berharap ada kompensasi makanan selama penerbangan, tapi ternyata cuma dapet air mineral aja, itu pun cuma setengah gelas, buset! Akhirnya mendarat di Soetta sekitar jam setengah 9 malam dan langsung ke pool DAMRI untuk naik ke arah Blok M. Gue turun di depan Grand Slipi Tower, karena kos-kosan gue berada di belakangnya. Sampai juga di kasur dan besok pagi sudah siap bekerja kembali. 

Jetstar kebangetan emang, yakali kompensasinya cuma dikasih minum gini doang. Nggak penuh lagi!
Thanks Singapore!

Comments