Hari ke-4 (Senin, 9 Mei 2016)
Ho Chi Minh City's People Committee Bulding, Nguyen Hue Walking Street, Opera House, Kantor Pos Saigon, Gereja Katedral, & Cu Chi Tunnel
Ini jeda lama banget ya nulis lanjutannya dari hari ke-3. Maaf mood
nulis baru balik, cieeelaah.... yaudah silahkan dibaca.
Mau coba rasa hari Senin yang
berbeda dari biasanya? Cobalah ambil cuti anti-mainstream, dimana
bukan mengambil pada hari kejepit seperti orang kebanyakan,
melainkan di hari setelahnya. Hal ini sudah saya coba saat solo traveling ke Lombok dan juga di Vietnam ini.
Di saat semua orang mengeluh hari pertama kerja setelah liburan, saya masih
bisa mem-posting sesuatu hal yang [masih] berbau liburan dan itu
rasanya menyenangkan.
Di hari keempat ini kami akan
pergi ke Cu Chi Tunnel dan pada pukul 7 kami sudah siap turun
ke bawah untuk mendapatkan sarapan dari hotel. Saya memesan salah satu menunya yaitu bread
with egg, dimana ekspektasi saya adalah roti tawar isi telur dadar atau
telur ceplok matang. Ternyata perkiraan itu salah besar, saya pun kaget ketika
yang datang adalah telur mata sapi setengah matang dengan baguette berukuran
super besar. Bisa dibayangkan kenyangnya sarapan yang saya santap saat
itu.
|
sarapan di Hotel |
|
Pink Tulip Hotel |
Sebelum ikut tour pukul 1 siang, kami berencana untuk berkeliling kota terlebih dahulu dengan tujuan utama adalah gedung parlemen (Ho Chi Minh City’s People Committee Building), Nguyen Hue Walking Street, opera house, kantor pos, gereja katedral, dan objek menarik yang ada di sekitarnya. Jarak dari Pham Ngu Lao menuju gedung parlemen dan gedung parlemen ini nggak jauh, bisa ditempuh sekitar 30 menit dengan jalan kaki. Pada awalnya, saya sedikit ragu jika harus ditempuh dengan jalan kaki, tetapi kenyataannya memang benar bahwa berjalan kaki di sini tidaklah membosankan dan nggak terasa melelahkan. Mengapa begitu? Karena selalu ada hal baru yang bisa saya temui dan saya jadikan objek foto yang menarik.
Sesampainya di Nguyen Hue Walking Street, saya tak henti-hentinya berdecak kagum dengan suguhan pemandangan kota yang luar biasa indahnya. Pemandangan Ho Chi Minh City’s People Committee Building dengan arsitekturnya yang sangat menarik dan bentuk bangunan-bangunan di sekitarnya yang juga menambah indah pemandangan di sana. Masih di area yang sama, terdapat patung Uncle Ho yang memang menjadi tokoh yang sangatlah dihormati di sini. Nguyen Hue walking street menjadi salah satu spot favorit untuk berfoto bahkan bagi warga Vietnam/Ho Chi Minh City itu sendiri, terbukti saat kami di sana terlihat banyak anak muda yang sepertinya ingin membuat foto buku tahunan dengan pakaian khas adat Vietnam (sok tau!). Kami pun iseng untuk meminta foto bersama mereka dan mereka pun tampak senang saat kami ajak berfoto. Say cheeseee….!!
|
gedung parlemen Ho Chi Minh City |
|
Gatotkaca numpang foto ya... |
|
aheeeey... |
Hunting foto dan jeprat-jepret narsis pun berlanjut. Pada saat kami sedang asyik berfoto, tiba-tiba seseorang turis asing menegur saya “hello, are you from pink tulip hotel?” dan saya pun meng’iya’kan pertanyaan bule tersebut. Saya langsung mengenali wajah si bule ini, karena saya pernah melihatnya saat sedang sarapan pagi di hotel. Mulai dari sanalah saya berkenalan dan saling mengenal satu sama lain dengan turis berwarganegara New Zealand ini yang bernama Terry. Selama pembicaraan berlangsung ada yang membuat saya salut sama Terry ini. Dia adalah seseorang yang sedang mengeksplor wilayah Asia Tenggara seorang diri. Vietnam menjadi destinasi ketiganya setelah Thailand dan Kamboja. Dimana setelahnya dia akan melanjutkan perjalanan menuju Myanmar, Laos, dll (ah keren!). Bayangkan saja, menurutnya dia mengambil cuti kerja selama satu bulan untuk bisa menjelajahi seluruh negara bagian Asia Tenggara dengan santai dan nggak terburu oleh waktu. Terlebih lagi dia melakukan perjalanan seorang diri tanpa ada tekanan dari siapa pun, bebas melakukan apa yang dia suka dan apa yang dia mau, itu keren!
Kami semua berjalan menuju arah yang sama yaitu opera house, kantor pos, dan gereja katedral. Jarak dari gedung parlemen menuju opera house nggak jauh, hanya berbeda block jalan saja dan kita bisa menemukan dengan mudah gedung opera house yang berdiri megah di seberang jalan. Lalu, dari opera house kami semua berjalan menuju ke gereja katedral dan kantor pos yang ditempuh sekitar 10-15 menit dengan berjalan kaki.
|
penjual kelapa disini niat banget di bentuk sampai kecil gitu... |
Kantor pos Ho Chi Minh City mempunyai desain arsitektur khas Eropa, karena memang bangunan ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Prancis di Vietnam. Saat pertama kali masuk ke dalam kantor pos, kita akan disuguhkan oleh pemandangan lukisan dari Uncle Ho yang sangat besar di ujung lorong. Terdapat aktivitas kantor pos pada umumnya, mulai dari mereka yang mengirim surat, mengecap perangko, mengumpulkan surat-surat, dan lainnya. Di dalam kantor pos besar ini juga banyak yang menjual souvenir/oleh-oleh bagi mereka yang ingin membawa buah tangan dari Ho Chi Minh City atau bagi mereka yang ingin sekedar membeli kartu pos saja. Harganya pun menurut saya masih masuk di akal dan nggak jauh dengan harga pernak-pernik yang biasa dijual di Indonesia.
|
kantor pos Saigon/Ho Chi Minh City |
|
lukisan Uncle Ho yang super besar! |
|
lucu ya tempat ATM-nya |
|
sibuk dengan urusannya masing-masing |
|
berbagai souvenir yang bisa dibeli |
Setelah dari kantor pos, kami berlanjut pergi ke gereja katedral yang berada di seberang jalan. Gereja ini menjadi pusat destinasi wisata di Saigon yang wajib dikunjungi. Ramai sekali suasana di sekitaran gereja ini mulai dari mereka yang ingin sekedar melihat-lihat, berfoto selfie, sampai pre-wedding. Kami sempat masuk ke dalam untuk berfoto dan sekedar melihat isinya. Gerejanya ternyata sangatlah besar dan bergaya arsitektur khas Eropa klasik (*cieeelah kayak pernah ke Eropa aja ki!). Namun di sini ada pembatasan area kunjungan wisata, jadi kita memang nggak bisa semena-mena masuk ke tempat yang memang seharusnya digunakan untuk beribadah ini. Tapi itu semua cukup terpuaskan dan terbayarkan dari apa yang disuguhkan di sana.
|
Terry berfoto2... |
|
harus dan wajib ke sini |
|
tinggi dan megah |
|
bagus dalem gerejanya |
|
dapet temen baru! |
Nggak terasa saat itu jam sudah menunjukkan hampir pukul 12 siang dan saya memutuskan harus berpisah dengan Terry. Saya kembali berjalan kaki ke Pham Ngu Lao menuju kantor TheSinhTourist untuk mengikuti tur Cu Chi Tunnel setengah hari. Panas memang cuaca saat itu sama seperti di Jakarta dan dehidrasi pun selalu cepat melanda. Swalayan disambangi dan soft drink pun terbeli untuk menjadi oase di tengah hari bolong siang itu. Fanta rasa sarsi. Hahaha… Apaan tuh? Yaudah dibeli aja, emang niat ke sini pengen mencoba yang aneh-aneh dan yang nggak ada di Indonesia. Rasanya? Kalau yang pernah mencoba sirup Marjan rasa Moka ini hampir mirip cuma ditambah soda aja, masih bisa diterima rasanya di lidah.
|
rasa Sarsi.. hahaha |
Sesampainya di kantor TheSinhTourist saya langsung check-in terlebih dahulu (*keren lah ini kayak mau naik pesawat), haha. Proses tur dari TheSinhTourist menurut saya sudah super profesional, dengan tata cara yang rapi dan detail. Kami harus check-in terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan konfirmasi keberangkatan dan akan diberi air mineral serta tisu basah. Nggak pakai ngaret, tepat pada pukul 1 siang bis datang dan kami pun berangkat. Perjalanan menuju Cu Chi Tunnel memakan waktu 45 menit – 1 jam lamanya. Selama perjalanan guide menjelaskan berbagai macam hal, namun sebenarnya saya nggak terlalu mengerti walaupun si guide menjelaskan dengan bahasa Inggris. Kenapa ki? Si guide memang berbicara menggunakan Bahasa Inggris tapi masih dengan aksen dan logat khas Vietnam yang medok banget. Jadi ucapan dan ejaan bahasa Inggrisnya seperti diseret. (*jadi saya seperti sedang belajar di dalam kelas Inggris, memperhatikan si dosen/pembicara dengan raut muka berfikir keras apa yang diucapkannya) haha…
|
tiketnya keren euy! |
|
ya kaaan kayak di Gunung Kidul mau ke arah pantai... Haha.. |
|
sesi pertama, mendengarkan penjelasan |
Selama perjalanan menuju Cu Chi Tunnel nggaklah asing, pemandangannya sama persis bagi yang sudah pernah berwisata ke arah Gunung Kidul di Yogyakarta, hahaha… gersang dan panas. Sesampainya di lokasi kami langsung berkumpul dan mendengarkan semua penjelasan dari guide. Nah entah mengapa kali ini si guide berbicara dengan lafal yang lebih jelas ketimbang tadi saat berada di dalam bis. Jadi, Cu Chi Tunnel ini adalah tempat persembunyian tentara Vietkong yang super aman untuk menghindari musuh-musuhnya. Tentara Vietkong bersembunyi di bawah tanah dengan ruangan yang super sempit (*bukan karena saya berbadan XL ya ini), tapi memang untuk ukuran orang yang kurus pun menurut saya ini memang sempit dan panaasss!!! Tyas mencoba masuk ke dalam tempat persembunyian ini dan katanya lembap di dalam sana. Saya sebenarnya ingin mencoba masuk, tapi saya ragu kalau saya nyangkut dan malah nggak bisa keluar dari sana, hahahahaha…
|
Tyas yang muat masuk |
Tur berlanjut menuju spot ranjau yang digunakan tentara Vietkong untuk menjebak musuh-musuhnya. Sampai pada satu lokasi yang saya memutuskan untuk masuk ke dalam lorong tempat persembunyian tentara Vietkong di Cu Chi Tunnel ini. Dan benar saja, di dalam memang sangat sempit dan bernafas pun sulit karena hanya sedikit ventilasi udara yang dibuat di terowongan ini. Kami yang masuk harus berjalan jongkok mengikuti alur, terlebih lagi terowongan ini nggak dirubah sama sekali, jadi benar-benar bentuk aslinya yang sama digunakan untuk hidup dan tinggal oleh tentara Vietkong.
|
salah satu perangkap yang dibuat tentara Vietcong |
|
satu rombongan tour |
Pada akhir tur, kami semua
diberikan sebuah hidangan yang menjadi makanan sehari-hari oleh tentara-tentara
Vietkong saat berperang melawan penjajah yaitu singkong rebus dengan cocolan
gula dan kacang, haha… Saya nggak mau komentar sama yang satu ini, hehe.. Setelah
semua tur Cu Chi selesai, kami kembali ke kota Saigon di sore
hari. Mencari makan adalah tujuan utama kami, yang lagi-lagi kebingungan
setengah mati untuk memutuskan makan apa dan di mana. Pada akhirnya kami
kembali menyambangi warung yang nggak jauh letaknya dari penginapan di Pham
Ngu Lau. Saya memesan bihun daging dan Tyas memesan bihun udang. Rasanya?
Ya nggak jauh berbeda lah ya dengan rasa yang familiar di Indonesia. Kami pun
mengakhiri hari dengan berbaring di kasur hotel.
|
eaaaaa... tapi enak kok. |
|
Indomie everywhere..... |
|
Indomie everywhere..... |
|
bihun ayam rasanya nggak asing |
|
bihun udangnya enak |
PENGELUARAN
HARI KE-4
Tur Cu Chi Tunnel: 89.000 VND
Fanta: 7.000 VND
Makan
Malem: 35.000 VND
TOTAL: 131.000 VND
lanjut ke perjalanan seharian penuh yang sangat seru
Comments
Post a Comment