Setelah check-in di penginapan, istirahat sebentar, sekitar jam 4 sore gue keluar menuju Pantai Pasir Putih Sawarna. Jarak dari tempat gue menginap ke area pantai terbilang dekat, paling hanya sekitar 500 s/d 700-meteran aja. Berjalan kaki, masuk melalui pintu gerbang parkir wisata Sawarna, mampirlah sebentar ke sebuah warung untuk membeli pengganjal perut yang bisa dimakan, laper cui. Menyantap mi goreng telur dengan kondisi perut yang lapar (nggak sehat sih, tapi terpaksa), ditambah suasana Desa Sawarna sore hari yang tenang, nggak ramai, hembusan angin semilir yang datang pun semakin menambah kesyahduan liburan kali ini, duh.
|
itu di deket pohon kelapa adalah jalan raya, masuknya bisa dari sini |
|
nah kelihatan ada jembatan kuning ini pokoknya |
|
sepi, enak suasananya |
Lokasi Pantai Pasir Putih masih satu garis pantai dengan Pantai Sawarna dan Tanjung Layar yang berada di ujung garis pantai. Ada satu hal yang masih mengganjal bagi gue sampai tulisan ini dibuat, yaitu kenapa penduduk di Desa Sawarna lebih mengenal pantai ini dengan sebutan Pantai Pasir Putih ketimbang Pantai Ciantir yang namanya sudah jelas-jelas muncul dan terlihat di maps. Terbukti saat membayar mi instan dan kemudian menanyakan letak lokasi Pantai Ciantir, tampak si Ibu penjual sedikit kebingungan, barulah kemudian menjelaskan dengan Bahasa Sunda halusnya kalau pantai yang paling dekat dari gerbang masuk adalah Pantai Pasir Putih. Hmm…
|
nah kan, tertulis di sini adalah Pantai Ciantir |
Rasa penasaran terus mengintai pikiran, yang di mana perkiraan gue pantai ini awalnya memang bernama Pantai Ciantir, namun mungkin karena dirasa kurang menarik atau eye-catching untuk didengar, membuat mereka (warga di sini) memutuskan untuk mengganti penyebutan namanya menjadi Pantai Pasir Putih, sepertinya ya, hehe…
Lanjut, gue membayar biaya tiket masuk sebesar 5 ribu Rupiah untuk setiap orang. Kemudian kita akan melewati sebuah jembatan besi berwarna kuning yang sangat kuat dan kokoh, tenang aja. Masuk terus ke dalam melalui jalan setapak ber-konblok yang sudah rapi, mulai akan terlihat penginapan-penginapan yang sepertinya mengasyikkan ketika datang bersama rombongan teman. Nah, di jalan setapak ini juga sudah ada papan petunjuk yang mengarahkan kita untuk ke Pantai Pasir Putih.
|
jembatan besinya mantap! |
|
sebelum ada jembatan besi, jembatan itulah yang menjadi sarana menyeberangi muara sungai ini |
|
uwis banyak petunjuk arahnya di sini |
|
jangan salah kostum ya kalau mau mantai.. hehe.. |
“Pantainya baguuusss…!!”
Kata yang terucap pertama kali ketika menginjakkan kaki di salah satu pantai di kawasan Desa Wisata Sawarna ini. Seperti julukannya bahwa pasir di pantai ini memang putih, permukaan yang landai, dan dengan arus ombak besar khas laut selatan. Kalau mau berenang di sini masih terbilang aman, namun punya area yang nggak jauh dari bibir pantai, mengingat arus ombaknya yang terbilang besar tadi.
|
nggak usah buru-buru, nikmati aja suasananya... |
|
kayak anak kecil, maap.. |
|
nggak ngerti lagi... |
|
banyak warung di sini, kalau weekday pakai aja buat nyantai, bebasss... |
|
pasirnya bersiiiih.. |
Menikmati suasana pantai hari Jum’at sore yang sepi sungguh sangat menenangkan hati dan pikiran. Sayangnya sore itu langit sedang tidak bersahabat, menutupi sang matahari yang seharusnya terlihat tenggelam di ufuk timur pantai ini. It’s okay, Pantai Pasir Putih tetap bisa menghipnotis siapa pun yang datang menikmatinya.
Tiket Masuk Pantai: Rp5.000
Makan Indomie Telur: Rp10.000
Comments
Post a Comment