Fakta Menyedihkan Dibalik Keindahan di Area Sekitar Pantai Pulo Manuk Sawarna
Pantai Ciantir (Pantai Pasir Putih), udah ke sini belum?
Sabtu, jam 6 pagi, gue udah mandi dan siap untuk pergi menjelajahi Sawarna. Biar makin greget, nggak seru kalau keliling Sawarna pakai mobil, untungnya di penginapan (Villa Mutiara Sawarna) mereka menyewakan motor. Berkendara dengan motor matik berwarna biru tanpa plat nomor, kami berdua pergi untuk menuju pantai yang letaknya berada di barat Desa Sawarna, Pantai Pulo Manuk. Berada di garis pantai yang mengarah ke Kecamatan Bayah, pantai ini bisa kalian masukkan ke dalam itinerary. Kalau kalian pergi ke Sawarna datangnya dari arah Rangkasbitung dan kemudian melewati Bayah, pantai pertama di Desa Sawarna yang akan dilewati adalah Pantai Pulo Manuk ini.
Sebelum berhenti di Pantai Pulo Manuk, rasa penasaran membuat gue terus berkendara mengarah ke Bayah, namun baru sampai pertigaan yang terdapat Alfam*rt di sana dan kawasan pabrik yang berada di seberangnya, gue menyerah. Menyerah karena jalan Bayah-Sawarna ini medannya berdebu banget, nggak beraspal, dan yang melintas pun rata-rata adalah truk berukuran besar, terbayang kan? Barulah setelah membeli air minum dan masker di Alfam*rt, gue memutuskan untuk kembali ke arah Pantai Pulo Manuk.
ini medan jalan dari Bayah menuju kawasan Pantai Sawarna, debuuu... |
banyak truk di sini, tapi jalan utamanya udah dicor |
(flashback sejarah sebentar ya, infonya baru gue tahu saat akan menulis artikel ini)
Jadi, kalau kita pergi ke Desa Sawarna dari arah Bayah, sebelum sampai di jembatan besi Pulo Manuk, kalau kalian melihat hamparan tanah kosong dan bekas penambangan batu bara, menurut sejumlah informasi yang beredar, mengatakan bahwa dahulu di sana berdiri sebuah stasiun kereta api sebagai penghubung antara Pulo Manuk-Saketi-Rangkasbitung dan kemudian lanjut berakhir di Jakarta. Hal memilukan terjadi karena proses pengerjaannya tidak manusiawi, kita kenal dengan sistem kerja paksa romusa.
Katanya proses pembangunan jalan kereta api ini memakan korban hingga 93.000 jiwa dan ironisnya kuburan mereka nggak ditandai sama sekali di sini. Kita hanya bisa melihat sisa-sisa penambangan batu bara di daerah Pantai Pulo Manuk ini. Berarti kalau gue tahu informasi ini sebelum pergi ke Pulo Manuk, mungkin jadi agak deg-deg ser juga pas di sana ya.
di kanan jalan sebelum jembatan ini (dari Bayah), perhatikan ada bekas tambang batu bara di sana |
Nah, setelah sampai di jembatan Pulo Manuk, kita akan disambut dengan banyaknya monyet-monyet yang berkeliaran di sini. Monyet-monyet tersebut tinggal di Hutan Gunung Kembang yang berada di dekat Pantai Pulo Manuk. Pintu masuk pantai ini berada nggak jauh dari jembatan tersebut. Berhubung sampai di Pantai Pulo Manuk masih sekitar jam 8 pagi, kebetulan belum ada petugas yang berjaga, jadi masuk ke sini masih gratisss, hehe.
Pantai Pulo Manuk termasuk salah satu dari pantai di Sawarna yang bisa diakses menggunakan mobil karena memang letaknya sangat berdekatan dengan jalan raya. Terus kenapa dinamakan Pulo Manuk? Menurut sejumlah info mengapa dinamakan Pulo Manuk, katanya karena di pantai ini terdapat sebuah pulau yang pada jam-jam tertentu akan dihuni oleh ratusan burung (manuk).
hati hati... |
ngapain tong? |
hey mommy! |
Pemandangan yang langsung menjadi ciri khas dari pantai ini justru bukan pulau burung (manuk) itu sendiri yang berada nggak jauh dari bibir pantai. Tapi saat kita berada di sini, pandangan justru akan teralihkan dari betapa besarnya bangunan pabrik yang terlihat dari pantai ini. Menurut informasi dari Ibu penjual sarapan pagi di salah satu warung di pantai ini, mengatakan kalau itu adalah pabrik semen merah putih. Si Ibu menjelaskan bahwa baru-baru ini mereka sedang mengeruk tanah dan kemudian kelebihan tanahnya ditaruh di Pantai Pulo Manuk ini.
Makanya nggak heran ketika dataran pantai di depan area warung-warung ini terasa lebih tinggi dari permukaan air laut. Sarapan ketoprak di pagi hari, hangatnya teh panas yang menemani, ngobrol berbagai hal dengan Ibu penjual, sungguh momen langka yang nggak bisa gue rasakan setiap hari.
pulau kecil di sana adalah pulo manuknya |
banyak warung di sini, tenang aja |
sarapan ketoprak dulu gaes... |
nah pabrik besar di kejauhan justru jadi daya pikat pemandangan yang berbeda |
cocoknya pantai buat ngadem, bukan buat berenang |
kapal-kapal nelayan bersandar |
Oh iya, selain itu, Pantai Pulo Manuk ini adalah pantai yang ditinggali oleh mereka yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Maka jangan heran kalau di pagi hari di pantai ini kalian bakalan melihat banyaknya kapal-kapal yang sedang bersandar. Ini juga yang menjadi ciri khas dari salah satu dari sekian banyak listpantai yang bisa dikunjungi di Sawarna. Happy holiday!
Masuk ke Pantai Pulo Manuk: Gratis
Sarapan Ketoprak + Teh Tawar Hangat: Rp17.000
Pindah spot yuk ke Karang Bokor Cliff..
Comments
Post a Comment