Short Weekend Getaway: Perjalanan Menuju Desa Sawarna (The Hidden Paradise in Banten)
“Terkadang, ekspektasi yang tidak terlalu tinggi, justru akan membuat sesuatu hal menjadi lebih indah”
Itulah yang gue rasakan ketika memutuskan untuk short weekend gateway ke Sawarna. Bayangan pantai yang (mungkin) biasa aja, ternyata menjadi kesalahan terbesar gue tentang Desa Wisata Sawarna ini. Sebuah desa yang berada di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak ini ternyata mempunyai harta karun keindahan alam yang tersembunyi di ujung selatan Provinsi Banten.
Membuat gue semangat untuk menceritakan apa yang gue rasakan selama kurang lebih 3 hari 2 malam berada di Sawarna. Gue pecah ceritanya ya jadi beberapa bagian, yang targetnya memang gue post sampai November 2018. Sudah ada draft-nya dan gue usahakan 1 minggu bisa ada 2 artikel tentang Sawarna yang mempesona ini, plus bonus cerita tambahan dari Sukabumi. Let’s go!
Jadi, trip kali ini gue mengambil cuti di hari Jum’at dan Senin (2 hari aja), tapi gue punya total perjalanan selama 4 hari 3 malam (12-15 Oktober 2018). Gue berangkat menggunakan mobil sekitar pukul setengah 8 pagi dari Jakarta, tepatnya melalui pintu Tol Jatinegara dan sesuai yang diprediksi bahwa Tol Jagorawi di hari Jum’at pagi menuju Ciawi sangatlah lancar, yaiyalah Eki!
Ada beberapa alternatif jalur yang bisa ditempuh ke Sawarna menggunakan mobil;
- Melalui Tol Jagorawi – Pelabuhan Ratu, 170-180km dari Jakarta, perjalanan sekitar 5 jam
- Melalui Tol Merak – Rangkasbitung, 200-230km dari Jakarta, perjalanan sekitar 6 jam
Buat yang naik motor, sebenernya bisa menyamakan rutenya dengan yang menggunakan mobil, tinggal diabaikan saja bagian tol-nya. Nah, kebetulan kemarin pas di Sawarna gue mendapatkan informasi dari seorang Ibu penjual makanan di pinggir pantai yang mengatakan kalau menggunakan transportasi umum bisa melalui Rangkasbitung dengan menggunakan KRL, di lanjut menuju Bayah menggunakan bis umum, nah dari Bayah kita bisa menggunakan ojek untuk menuju ke kawasan Pantai Sawarna. Thanks to Ibu warung!
warna biru adalah jalur di mana gue tempuh kemarin, warna abu-abu adalah jalur kedua buat ke Sawarna |
selepas Ciawi arah Sukabumi, ada pabrik besar Pocari Sweat dan Aqua, ditambah pasar dan stasiun |
Tol Bocimi yang Dinantikan dan Jalur Berkelok Menuju Sawarna
Sebenernya, gue menantikan Tol Bocimi (Bogor – Ciawi – Sukabumi) yang ternyata baru akan diresmikan oleh Presiden pada akhir bulan Oktober 2018 ini. Kalau sudah jadi, itu akan mempersingkat waktu tempuh menuju Sawarna, karena dari Tol Dalam Kota akan langsung keluar di Sukabumi. Kenapa gue bilang begitu? Iya, karena setelah keluar dari Pintu Tol Ciawi, kita akan langsung dihadapkan dengan kemacetan di beberapa titik.
Tau kan apa? Iya pasar, bahkan nggak hanya pasar aja, kita harus bersabar ketika menemui kemacetan yang diakibatkan dari banyaknya pekerja pabrik yang keluar masuk, serta truk-truk besar dan bahkan kontainer yang melintas di Jalan Raya Ciawi – Sukabumi yang terbilang sempit dan berkelok ini.
Setelah pertigaan Cibadak (belok kiri arah Sukabumi, kanan arah Pelabuhan Ratu), lalu lintas jauh lebih menyenangkan karena tidak terlalu ramai dan sudah tidak ada pasar dan pabrik. Namun kita tetap harus waspada, karena medan jalan juga menyempit dengan kelak-kelok menaiki dan menuruni bukit.
Setelah solat Jum’at di salah satu masjid di daerah Warungkiara, sampailah di Pelabuhan Ratu sekitar pukul setengah 2 siang. Berhenti sebentar di Pantai Karanghawu, Kecamatan Cisolok yang masih termasuk Kawasan Wisata Pelabuhan Ratu ini sembari menyegarkan mata dengan pemandangan pantainya.
jalan raya di pinggir pantai, sulit kalau menahan untuk tidak membelokkan setir dan berhenti di sini |
ngadem dulu di Pantai Karanghawu, Pelabuhanratu |
Jum'at sore suasana pantainya sepii... |
Akan bertemu
dengan jalan yang lebih sepi lagi ketika menuju Desa Sawarna dari Pelabuhan
Ratu. Isilah bensin di Pelabuhan Ratu untuk menuju Sawarna, karena sama sekali
tidak ada pom bensin besar setelahnya. Medan jalan akan terus berkelak-kelok
dengan jalan beraspal yang halus, sampai kemudian bertemu dan akan berbelok
kiri di pertigaan simpang Ciawi-Sawarna.
Jarak tempuh
setelah berbelok dari pertigaan ini menuju Desa Sawarna sekitar 12 km, tapiii
ada sekitar 3-5 km yang harus ditempuh dengan medan jalan yang rusak. Bahkan
kategori rusaknya jalan menurut gue bisa dibilang parah, kalau yang naik motor
wajib pelan-pelan banget supaya tidak terjatuh dan yang bermobil pun bersedia
untuk bersabar agar mobilnya aman sentosa melewati lubang-lubang berukuran
besar di sini.
istirahat dulu ya... |
Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 3 sore dan gue sampai di Desa Wisata Sawarna, yeaahh finally! Membuat kesimpulan bahwa perjalanan menggunakan mobil dari Jakarta menuju Sawarna totalnya ditempuh selama kurang lebih 6,5 jam. Tenang, itu sudah terpotong waktunya untuk berhenti sarapan bubur ayam di Ciawi, terkena macet parah di Pasar Cicurug, menunaikan solat Jum’at, dan mampir sebentar di Pantai Karanghawu Pelabuhanratu. It’s okay, karena nikmatilah juga perjalananmu, bukan hanya sekadar destinasinya aja.
Tiket Retribusi Kawasan Pelabuhan Ratu: Rp30.000 (mobil dengan 2 penumpang)
Tiket Masuk Kawasan Desa Sawarna: Seikhlasnya
Cerita ini masih berlanjut ke nyore asyik di Pantai Pasir Putih
Comments
Post a Comment