Ada yang Iseng di Rumah Pengabdi Setan, Pengalengan, Jawa Barat
…..
*suara
lonceng berbunyi
“Bu, Ibu
sudah bisa bangun?”
…..
*semua
teriak, semua ketakutan
…..
Iya, kalau yang
udah nonton filmnya, adegan itu pasti yang paling terngiang di kepala jika
mendengar kata “Pengabdi Setan”, sebuah film horror fenomenal zaman
now garapan sutradara berbakat Joko Anwar. Film horror paling
ditunggu di tahun 2017 yang tayang perdana di tanggal 28 September 2017 kemarin
di seluruh bioskop Indonesia. Film Pengabdi Setan seolah menjadi standar baru
kualitas film horror di Tanah Air yang nggak lagi ecek-ecek
dan kebanyakan unsur vulgarnya. Bahkan katanya sekarang film Pengabdi Setan ini
lagi tayang dan jadi trending topic di negara
tetangga Brunei, Malaysia, dan Filipina.
Gue inget banget
pas nonton film Pengabdi Setan ini bareng satu tim kantor, hampir satu studio
jerat-jerit teriak ketakutan, awalnya gue sok berani tapi ternyata lemah juga
selama nonton filmnya. Ndlosor duduk nggak karuan dan tangan pegel banget
nutupin muka selama nonton film Pengabdi Setan ini (ah cemen lau ki!). Film
Pengabdi Setan versi original dan versi-nya Joko Anwar sama seremnya dan
sama-sama oke di masanya. Nice!
Perjalanan
Bandung – Pengalengan
Sebenernya, niat
awal gue nggak merencanakan buat berkunjung ke lokasi shooting rumah
Pengabdi Setan ini dan nggak memasukkannya sebagai agenda di dalam itinerary yang
udah gue buat. Agenda utamanya adalah pergi ke Perkebunan Teh Cukul yang berada
di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Seminggu sebelum
berangkat, pas lagi browsing di internet kebun tehnya, gue
baru sadar dan inget “loh, bukannya lokasi shooting film
Pengabdi Setan ada di Pengalengan ya?”. Semakin excited lah
gue dan ternyata memang bener lokasi “rumah Ibu” ini berada di
Pengalengan. So, what a coincidence!
Dari Kota
Bandung ke Kabupaten Pengalengan berjarak sekitar 50 km dan butuh waktu sekitar
2 jam perjalanan naik kendaraan pribadi (baik itu motor atau mobil). Kondisi
jalan ke arah Kabupaten Pengalengan ini udah bagus dan beraspal, cuma mungkin
ada satu hal yang harus diperhatikan menurut gue yaitu kondisi kendaraan yang
lo bawa.
Kenapa? Jalurnya itu naik turun dan punya beberapa titik tanjakan yang lumayan tinggi, ditambah jalanan yang berkelak-kelok ekstrem, butuh kondisi fisik kendaraan yang prima. Selain itu, kitanya juga butuh konsentrasi tinggi kalau nyetir, apalagi gue kemarin berangkat sekitar jam 4 pagi ke Pengalengan. Gile lo ki, ngapain jam 4 pagi ke sana? Iya, karena niat awalnya emang mau lihat sunrise di kebun teh-nya. Suhu udara di Kabupaten Pengalengan ini dingin, berkisar 15-16OC (lihat dari temperatur suhu luar ruangan di speedometer mobil).
Mencari
“Rumah Ibu” di Pengalengan
Nyasar ke sana
kemari kebingungan mencari letak pasti dimana “rumah Ibu” berada, sampai masuk
ke sebuah area PT. Perkebunan Nusantara VIII (Pabrik Pasirmalang), yang
ternyata salah dan bukan di sana letaknya. Berhenti dan bertanya kepada bapak
penjual cakwe goreng yang ramah menjelaskan gue letak pasti rumah lokasi shooting Pengabdi
Setan ini, yang menurutnya masih jauh dari tempat dimana gue berada saat itu.
Bukan gue kalau nggak latah lihat makanan, cakwe goreng di gerobak bapaknya
berkilauan di mata yang membuat uang 10.000 ribu berpindah ke tangan bapaknya.
Hahaha…
Oke lanjut, jadi
lokasi “rumah Ibu” ini berada di Kampung Kertamanah, Desa Margamukti, Kecamatan
Pengalengan. Kalau dari Bandung lewatnya Jalan Raya Pengalengan, pas sampai di
pertigaan yang ada bunderannya, langsung belok kiri, bukan ke kanan (arah Situ
Cileunca). Setelah belok kiri dari pertigaan tadi, jaraknya sekitar 10 km
(kira-kira setengah jam perjalanan) buat sampai ke lokasi persis dimana “rumah
Ibu” berada (di bawah gue buatin peta rutenya).
Jalannya nggak selebar jalan raya pertigaan tadi, karena ini adalah jalan
kampung yang cenderung sempit dan ada beberapa titik jalan yang rusak. Tapi
kalau udah di jalan ini, gampang banget karena nggak perlu belak-belok lagi,
lurus aja terus sampai bertemu dengan Penangkaran Rusa Desa Kertamanah, “rumah
Ibu” persis berada di depan area tersebut.
ini peta lokasi "rumah Ibu" di Pengalengan |
nah pertigaan ini, kalau dari Bandung belok kiri |
dari pertigaan (lingkaran hijau), masih sekitar 10 km lagi buat sampai di "rumah Ibu" |
Sang Penjaga
Gerbang
Setelah sampai
di lokasi, gue sebenernya masih kebingungan sampai akhirnya gue melihat sebuah
tulisan “lokasi rumah Pengabdi Setan” yang ditulis pulpen di atas selembar
kertas HVS putih kecil. Kertas itu tertempel di pagar besi yang sedikit
berkarat, masih tertutup dan dirantai. Gue memberhentikan mobil di depan pintu
itu sambil melihat sekeliling, sampai muncullah seorang laki-laki berperawakan
kurus, sedikit lusuh, kusam, berkumis dan berjanggut.
Laki-laki itu perlahan berjalan ke arah pagar tanpa berkata sepatah kata sedikit pun. Diam dengan tatapan datar sambil menunjuk ke arah dalam dan membuka rantai pagar besi yang tertutup itu. “Pagi Pak!” sapaan terlontar dari gue yang hanya dibalas dengan tatapan datar sambil menunjuk sebuah area kosong dimana gue harus memarkirkan kendaraan. Kami berempat di dalam mobil pun bergidik ngeri, ditambah suasana sedikit mendung siang itu dan area hutan yang cukup lembap dan basah.
Tiba-tiba si Bapak ini berkata sesuatu dengan nada berat dan rendah sambil menunjuk ke arah belakang “di sana”. Astagaaa, serem bangeeet coi!!! Gue tetep berusaha ramah dan senyum, walaupun si Bapak tetap kembali diam dengan tatapan datarnya ke gue (padahal pikiran udah kemana-mana).
Ada 2 “Rumah
Ibu”?
Lanjut gue masuk
ke dalem dan bertemu dengan seorang Bapak penjaga yang kali ini beneran
“ngenakin”, karena ramah ketika gue ajak bicara. Si Bapak ngejelasin kalau di
sini ada 2 spot yang bisa dilihat, pertama adalah rumah yang
dipakai shooting bagian depannya dan kedua adalah rumah yang
dipakai buat shooting bagian dalamnya.
Oh iya, gue jelasin dulu, kalau kedua rumah ini berada di area milik PTPN VIII
(Perkebunan Teh) dan dipakai untuk keperluan dinas pejabat yang lagi tugas di
sini. Kedua rumah kayu ini punya desain dan bentuk bangunan yang hampir mirip,
cuma memang rumah pertama lah yang punya cat lebih putih dan bentuk bangunan
yang lebih bagus daripada rumah kedua.
(atas) rumah pertama, (bawah) rumah kedua |
Oke, rumah yang
pertama ini dipakai buat ambil gambar bentuk bangunan luar rumah Pengabdi
Setan-nya, lalu scene pas si Tony sama Bapaknya baru pulang,
dan scene pas Rini (Tara Basro) ngobrol sama Bapaknya di teras
rumah. Di rumah pertama ini kita nggak bisa masuk ke dalemnya, karena pas gue
ke sana rumahnya sedang berpenghuni (dalem hati: berani amat njir tinggal di
sini).
Nggak banyak yang gue lakuin di rumah pertama ini selain foto-foto bagian
luarnya aja. Gue beranjak lanjut ke lokasi rumah kedua yang jaraknya sekitar
800 meter dari rumah pertama. Berjalan melewati jalan setapak ke arah belakang,
melewati hutan dengan banyak pepohonan tinggi di sana, sampailah gue di rumah
kedua yang letaknya berada di atas bukit (lebih tinggi dari rumah pertama).
ini rumah pertama yang bangunannya terlihat lebih kokoh, walaupun tetep aja keliatan serem |
ini tampak samping rumah yang pertama |
Rumah kedua ini
adalah rumah yang dipakai buat scene dalam ruangan dan ada
sebuah bangunan lagi yang nempel persis di belakang rumah ini yang dipakai
buat scene rumah Pak Uztad, ke belakang lagi kita bakal
ngeliat hamparan kebun teh nan hijau di sana. Ekspektasi gue sebelum ke sini
adalah rame dan bakalan banyak orang yang dateng buat foto-foto, ternyata dugaan
itu salah.
Suasana “rumah Ibu” ini cenderung sepi (padahal long-weekend),
hanya ada beberapa pengunjung aja yang lagi asik foto di luar rumah dan ada
pedagang cilok yang lagi nyantai berteduh di bawah pohon.
ini adalah rumah kedua yang keliatan lebih ringkih dari rumah pertama |
nah itu di belakang adalah rumah kecil yang nempel dan di film itu adalah rumah Pak Uztad |
Sebelum masuk ke
dalem rumah, sempet baca beberapa informasi yang menyebutkan kalau kita harus
membayar 20.000 ribu Rupiah untuk satu grup/kelompok. Ketika gue sampai di
depan pintu masuk rumahnya, bertemulah gue dengan beberapa orang penjaga
berpakaian seragam dan menyuruh gue untuk mengisi buku tamu yang sudah
disediakan.
Gue pun bertanya berapa biaya masuknya dan salah seorang petugas di sana menjawab “biasanya 20.000 ribu mas untuk satu orang”. (Dalem hati: ebuseet mahal juga, gue masuk bertiga berarti 60.000 ribu dong?”). Okelah, karena dompet gue di mobil dan di kantong celana adek cuma ada 50.000 ribu, akhirnya gue kasih selembar uang 50.000 ribu untuk 3 orang. FYI, ini masih kemahalan ya menurut gue, kalau lo mau ke sana sebaiknya kurangi lagi jumlah uangnya.
Keliling di
“Rumah Ibu”
Di bagian paling
depan “rumah Ibu” ini adalah area ruang tamu dengan lubang pembakaran api di
sana, di sinilah para petugas Brimob berjaga dengan perapian yang menyala saat
itu (dingin coi Pengalengan). Di area ruang tamu ini adalah lokasi adegan
ketika si Rini muter piringan hitam, adegan ketika si Pak Uztad berkunjung, dan
adegan ketika si neneknya ngebantu nahan pintu pas satu keluarga dikejar banyak
pocong.
Masuk ke ruangan
selanjutnya adalah dapur dengan wastafel yang udah rusak dan nggak dipakai
lagi. Di area dapur ini adalah lokasi dimana pas si Rini nyuci piring dan si
Bondi sama Ian makan di meja makan (inget kan?). Lanjut lagi ke belakang, kita
bakalan bertemu dengan sebuah lorong sempit 3 arah. Arah kanan, kita bakalan
liat pintu kayu dimana area itu adalah lokasi adegan si Ian jalan malem-malem
sendirian terus kaosnya nyangkut pas ketakutan dikejar pocong.
Di arah kiri, kita bakalan ke melihat sebuah area yang nggak ada di dalam adegan film, di ujung lorong kiri itu ada sebuah kamar mandi lengkap dengan bak mandinya yang hancur, berlumut, dan nggak terpakai lagi (lumayan serem nih).
Nah, persis di depan lorong sempit 3 arah tadi adalah ruangan besar dengan
bekas sumur di sana. Walaupun sumurnya emang bukan sumur beneran, tapi dibuat
untuk keperluan shooting semata, area lokasi sumur ini menurut
gue serem, karena suasananya lebih gelap dari yang lain dan lembap. Aroma khas
rumah kayu tua yang lapuk kena hujan, basah, dan berlumut makin bikin suasana
“rumah Ibu” ini serem walaupun di siang hari.
ini dapur yang wastafelnya udah rusak |
ini lorong 3 arah itu, di sini lokasi dimana pas si Ian dikejar pocong tengah malem |
ini kamar mandi di belakang rumah yang nggak dipakai buat keperluan shooting maupun diluar shooting |
Lanjut lagi ke
area tengah “rumah Ibu” lo bakal bertemu sebuah lorong (lagi) yang di sana
merupakan tempat adegan pas si Bondi sama Ian ngeliat lukisan Ibu tengah malem
dan nyarungin pakai kain putih (kalo inget serem juga!).
Nah, ternyata tembok yang dibuat nggantung lukisan Ibu itu di belakangnya
adalah kamar mandi, untuk keperluan shooting ditutup pakai
triplek kayu yang membuat seolah itu tembok. Persis di kamar mandi itu adalah
kamar si Bondi dan Ian, di kamar ini masih lengkap ada kasur twin-nya
dan dilapisi sprei berwarna putih. Dalem hati gue, aduh Pak ini ngapain
disediain begini, kalau malem bakalan serem banget! Apalagi di tembok-temboknya
banyak gambar-gambar krayon yang katanya dibuat Bondi sama Ian pas lagi shooting berlangsung,
itu yang bikin suasananya tambah creepy.
itu adalah kamar mandi yang sekarang dibuka dan difungsikan, tapi untuk keperluan shooting di situ letak lukisan "Ibu" dan adegan ketika si Bondi nutup "sesuatu" pakai kain putih |
ini adalah kamar si Bondi dan Ian, inget posisi kasurnya di film gimana? |
lagian ngapain juga sih kasurnya masih disediain di sini, serem njir! |
ini yang bikin suasananya makin creepy |
Lanjut balik ke
area tengah lagi, dimana di sana ada tangga kayu yang lumayan curam buat naik
dan turun. Di area tangga kayu ini lagi-lagi suasananya lebih gelap dan lembap
daripada area lainnya di “rumah Ibu”. Setelah sampai di lantai atas, kita akan
bertemu dengan ruangan kamar utama yaitu “kamar Ibu”.
Iya, di kamar yang ukurannya lumayan besar itu, tempat pas adegan Ibu
manggil-manggil pakai lonceng dan pas si Ibu berdiri menghadap ke luar jendela
(pasti inget dong ya scene ini?) sereeeem….! Di “kamar Ibu”
ini sama sekali nggak ada perabotan, kosong melompong, karena kasur dan
perabotan yang ada di film adalah properti shooting. Hanya wallpaper dinding
bercorak bunga bergaya Eropa klasik yang dibiarkan menempel dan ditinggal di
“kamar Ibu” ini sampai sekarang.
inget adegan yang di tangga? |
ini tangga kayu yang kalau dinaikin bunyi kyiat-kriyet |
ini adalah pintu kamar "Ibu" yang katanya nggak bisa ditutup karena daun pintunya membesar dan usaha di gergaji pun nihil hasilnya, tetap saja daun pintu ini nggak bisa ditutup dengan sempurna |
Lanjut lagi
masih di lantai atas dari “rumah Ibu”, di sini ada 1 ruangan yang nggak boleh
dipakai dan 1 ruangan misterius. Hah? Iya bener, gue pertama masuk ke ruangan
yang katanya nggak boleh dipakai sama sekali selama proses shooting berlangsung
dan sampai sekarang. Ruangan yang lumayan luas dengan jendela menghadap
langsung ke bangunan belakang “rumah Pak Ustad” dan hamparan kebun teh. Menurut
penjelasan dari Pak Asep kenapa ruangannya nggak boleh dipakai karena ruangan
itu yang paling banyak sumber energinya dan paling banyak aktivitas gaibnya di
“rumah Ibu” ini (aduh Pak!).
Terus ruangan
misteriusnya dimana ki? Iya, ruangan misterius di “rumah Ibu” ini tersembunyi
di balik dinding triplek yang emang di paten buat ditutup selamanya. Si Pak
Asep menunjukkan sebuah lubang yang bisa kita rasakan ada hembusan angin dari
lubang tersebut, sekaligus membuktikan bahwa memang di balik dinding tripleknya
itu ada sebuah ruangan, sereeem njir!
Terakhir,
sebenernya ada 1 ruangan lagi yang isinya juga 2 buah kasur mirip kamar Bondi
dan Ian, tapi gue lupa dan nggak inget lokasi ruangan itu ada di sebelah mana,
kalau nggak salah sih di belakang perapian dengan akses masuk persis di bawah
tangga. Desain dan bentuk ruangan kamarnya identik dan hampir sama persis
dengan ruangan kamar Bondi sama Ian yang ada gambar coretan krayon di
dindingnya.
ini kamar yang gue nggak inget ada di adegan apa dalam film, ada yang tau? |
Cerita Si Pak Asep
Siapa sih Pak Asep ini ki, dari tadi nyebut dia terus?
Iya, Pak Asep adalah seorang anggota Brimob yang dari awal bertugas menjaga
keamanan selama proses shooting film
Pengabdi Setan ini berlangsung dan kebetulan pas gue ke “rumah Ibu” ini, beliau
juga lagi bertugas dan berjaga di sini. Gue ngobrol banyak hal sama Pak Asep,
orangnya humble dan
ramah banget, ngejelasin satu per satu dengan penuh semangat, gue pun menyimak
ceritanya jadi ikutan semangat.
Dari lantai bawah sampai di “kamar Ibu” di lantai atas, Pak Asep hanya menjelaskan fungsi ruangannya aja dan adegan-adegan yang ada di film Pengabdi Setan-nya. Gue lah yang memulai bertanya tentang hal-hal mistis yang terjadi di “rumah Ibu” ini selama proses shooting berlangsung sampai sekarang ini (kepo lu ki, anjir!). Gue memulainya dengan pertanyaan “maaf sebelumnya nih Pak, kalau nggak mau dijawab juga nggak apa-apa pak, ada nggak hal-hal mistis atau hal-hal aneh selama Bapak berjaga di sini?”.
Kemudian, Pak Asep pun mau menjawab pertanyaan gue dan
mulai bercerita dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya (mulai merinding
karena saat itu cuma gue berempat sama Pak Asep yang ada di lantai atas “rumah
Ibu”);
Jumlahnya
Lebih 2, Itu Siapa?
Inget nggak ada adegan pocong muncul bareng-bareng dari
hutan dan masuk ke dalem rumah? Adegan itu emang seremnya bukan main! Katanya,
total kru film Pengabdi Setan yang didandanin jadi pocong-pocongan totalnya ada
25 orang, tim make-up pun
mengiyakan dan sudah menghitung bahwa mereka merias wajah sebanyak 25 orang.
Diperkuat dari tim kostum yang memang hanya menyediakan kostum pocong sebanyak
25 pieces.
Tapi anehnya ketika proses shooting berlangsung
menjelang tengah malam di hutan depan “rumah Ibu”, jumlah pocong yang terlihat
di layar sutradara bertambah 2 jadi totalnya ada 27 yang berdiri di hutan. What the….!!!
Keganjilan itu menjadi-jadi ketika si Joko Anwar menyuruh
salah satu “pocong” untuk bergeser karena nggak pas di layar. Salah satu
“pocong” yang disuruh Joko Anwar bergeser nggak merespon apapun dan hanya diam
berdiri dengan tatapan kosong, kru yang ada di belakang layar udah mulai sadar
bahwa ada 2 “pocong” yang bukan bagian dari kru film. Mereka (katanya)
nggak bisa berbuat apa-apa dan membiarkan proses shooting dilanjutkan
seperti biasa, walaupun mungkin dalam hati mereka udah ketakutan setengah mati
kali ya. Iyalaaah njir!
- Yang Di
Kamar Itu Siapa?
Gue belum jelasin di awal, kalau di dalam area “rumah
Ibu” ini ada 2 bangunan lain yang difungsikan sebagai mess tempat
tinggal. 2 bangunan ini letaknya nggak berjauhan dari “rumah Ibu”, karena pada
saat proses shooting film
Pengabdi Setan, 2 bangunan mess ini
dipakai sebagai lokasi tempat make-up dan
berganti kostum dari para artis dan kru film Pengabdi Setan.
Menurut penjelasan Pak Asep yang mengawal proses
berlangsungnya shooting,
mengatakan beberapa take adegan
di film Pengabdi Setan dilakukan sampai jam 3 pagi (ebuseeet!). Salah satu
adegan yang diambil tengah malam menjelang pagi itu ketika si Ibu bangun membunyikan
lonceng di atas kasur. Nah, menurut penuturan Pak Asep, sebelum take adegan
Ibu membunyikan lonceng di kamarnya, ada salah satu kru film yang mengaku
melihat “Ibu” sudah siap di kamar lantai atas rumah kayu itu. Padahal di saat
yang bersamaan, tim make-up sedang
mendandani Ayu Laksmi (pemeran Ibu) di bangunan mess sampingnya
dengan kru film lainnya. Nah loh, anjir merinding gue!
Diganggu
Tiap Larut Malam
Gue agak lupa-lupa inget cerita yang satu ini, jadi mohon
maaf kalau ternyata salah atau ada yang bisa mengoreksi? Inget nggak di awal
gue cerita bahwa di belakang “rumah Ibu” kedua ini ada bangunan tua lain yang
menempel tapi nggak berhubungan. Bangunan itu digunakan sebagai rumah Pak Uztad
di dalam film. Jadi menurut penjelasan Pak Asep, di bangunan belakang “rumah
Ibu” ini dihuni oleh “Noni Belanda” yang pernah mengganggu dan menampakkan diri
tiap larut malam ketika rombongan ABRI/Brimob berjaga dan bermalam di rumah
itu. Eh serem!
Sedangkan, juga penghuni lain di “rumah Ibu” ini yaitu
seorang kakek yang suka berdiri di samping perapian lantai bawah. Itu juga
sudah dibuktikan dari adanya lukisan gaib yang digambar oleh Uztad Sholeh Pati
di acaranya beberapa bulan sebelum gue ke sini.
ini adalah 2 bangunan mess yang dipakai buat lokasi make-up dan berganti kostum, letaknya berada persis di samping rumah kedua |
Ada yang
Janggal dan Aneh?
Bagian ini
sebenernya baru gue sadari ketika udah di luar “rumah Ibu” (untungnya). Inget
nggak di atas gue ngejelasin ada satu ruangan nggak yang boleh dipakai di
lantai 2, sebuah ruangan yang katanya punya energi yang paling kuat di “rumah
Ibu” ini. Nah, gue ngobrol sama Pak Asep lumayan lama di ruangan itu, sampai
ngobrol ke hal-hal lain yang nggak menyangkut masalah film, rumah, dan
sebagainya.
Kronologinya
begini, awalnya gue masuk ke ruangan itu berempat (gue, 2 adek gue, dan Pak
Asep), ngobrol dengan posisi pintu kamar terbuka. Kemudian, mungkin karena
terlalu lama, sampai pada akhirnya 2 adek gue keluar dan mau foto-foto (bosen
kali ya). Oke, sedangkan gue masih di dalem ruangan dengan si Pak Asep, ngobrol
di pinggir jendela yang langsung menghadap ke kebun teh di belakangnya. Tiba-tiba
lagi asik ngobrol, “deeeerr…” suara yang nggak terlalu keras dari arah pintu
yang tau-tau ketutup. Gue sempet nengok ke belakang ke arah pintu dan emang
pintunya nutup dari yang tadinya kebuka, nggak mikir aneh-aneh pas itu dan
lanjut ngobrol lagi sama Pak Asep. Di pikiran saat itu mungkin adek gue mau
foto pintu ruangannya, makannya dia tutup supaya nggak kelihatan gue sama Pak
Asep-nya.
Setelah kelar
ngobrol di ruangan itu, gue dan Pak Asep keluar dan turun menyelesaikan tur
“rumah Ibu” ini. Setelah sampai di bawah dan udah di luar rumah, 2 adek gue
nanya ke gue “mas, tadi kok pintu kamarnya ditutup sih?”, gue langsung kaget!
Diem mikir sebentar dan gue jawab “loh, bukannya lu pada yang nutup?”, adek gue
bilang “nggak, ngapain juga nutup pintu malah kita yang mau nanya kenapa Mas
Eki nutup pintunya”. Deng dong!
Gue nggak tau
kenapa ya, tapi logikanya begini, kalaupun pintu itu rusak dan nggak bisa
kebuka sempurna (pintu yang dibuka balik lagi nutup karena nggak imbang,
biasanya harus diganjel), tau kan pintu yang kayak gini? Harusnya dari pas
pertama gue ngobrol berempat, pintunya langsung ketutup dong setelah dibuka,
tapi ini nggak, pintunya stay diem kebuka.
Hal kedua yang aneh, gue ngobrol sama Pak Asep di depan jendela kamar yang
terbuka menghadap kebun teh, gue akuin emang dingin udaranya, tapi nggak ada
angin yang berhembus ke dalem ruangan, sama sekali nggak ada angin cuma dingin
aja udaranya. Nah yang menjadi pertanyaan sekarang, apa yang membuat pintu itu
nutup sendiri? Merinding njir gue nulis ini!
nah ini gue foto dari jendela di ruangan yang nggak boleh dipakai di lantai 2 itu |
sama sekali nggak ada angin berhembus, dingin iya emang, tapi nggak ada anginnya |
Kesimpulannya
Tempat atau
lokasi shooting film Pengabdi Setan ini bukanlah sebuah
“tempat wisata” komersial, karena rumah-rumah di area ini adalah rumah dinas
milik PTPN VIII dan masih dibawah pengawasannya langsung sampai sekarang. Cuma
memang setelah dijadikan lokasi shooting film Pengabdi Setan,
rumah ini dibuka untuk orang-orang yang mungkin penasaran mau melihat lokasi
rumah Pengabdi Setan ini.
Menurut penuturan Pak Asep, buat yang nyalinya tinggi, katanya di malam hari
mereka (Brimob) bisa menemani untuk tur keliling “rumah Ibu” atau rumah
Pengabdi Setan ini (duh, kalau saya makasih deh Pak!). Menurut gue, serem sih
biasa, cuma prepare aja kalau bertemu dengan hal yang nggak
terduga selama main dan berkunjung ke “rumah Ibu” ini.
Comments
Post a Comment