Hari Terakhir di Malaysia: Menginjakkan Kaki di Kuala Lumpur Nggak Sampai 12 Jam!


Bangun pagi di Penang sebelum siangnya terbang ke Kuala Lumpur males-malesan banget. Tapi berhubung flight masih sekitar jam 2 siang, gue bangun lebih awal dari temen yang masih nyenyak ngorok (nggak heran!). Cuci muka dan keluar jalan kaki sekitar jam 7 pagi, nggak tau ngapain, muter-muter aja di sekitar penginapan, sampai gue melihat sebuah klenteng besar yang berdampingan dengan tempat beribadah umat Hindu bagi orang-orang India yang tinggal di Penang ini. Gue berdiri di seberangnya, mengamati, melihat mereka beribadah, duh menenangkan hati dan pikiran.

umat India di penang
yang kiri buat ibadah umat Hindu dan yang kanan untuk umat Budha
dominasi umat India di penang
Umat India emang mendominasi banget di Penang
India di Penang
nah mobil hitam itu, habis "dimandiin" disiram air bunga
Lanjut jalan lagi sampai melihat sebuah gereja katedral besar yang lumayan luas tamannya. Gue jalan kaki sendirian pagi itu (masih terlalu pagi kayaknya), karena masih jarang kendaraan yang lalu lalang di jalan raya. Sebenernya niat awalnya mau mencari di mana letak pantai di Pulau Penang ini dan akhirnya gue menemukannya. Walaupun yang gue datangi bukankah area wisata, karena masuk ke sebuah area parkir pub billiard. Tapi dari lokasi parkir itulah terlihat dengan jelas pemandangan pantai dan sebagian area Pulau Penang yang indah banget di pagi hari.

Nah gue bertemu lagi dengan si hitam manis nyeremin, di Pulau Penang ini banyak banget burung gagaknya. Pas gue lagi asyik duduk santai tiba-tiba ada 3 burung gagak yang datang mendekat. Sebenernya mereka nggak galak, mungkin mau kenalan aja (cieee dideketin burung gagak), guenya aja yang agak takut. Di area parkir pub billiard ini gue lumayan lama, menikmati matahari pagi dan desiran ombak air laut yang lumayan tenang pagi itu. Sampai sekitar jam 9, temen nge-whatsapp bertanya gue di mana, akhirnya gue pulang ke penginapan.

gereja di penang
gerejanya, bagus ya!
pagi hari di penang
jalanan masih sepi banget!
jalanan di penang
sepi banget kan, apa emang jarang penduduknya?
hotel mahal di penang
hotel mihil yang ngadep ke laut
sunrise di penang
matahari pagi di Penang
laut di penang
gedungnya kena matahari jadi cerah banget
pantai di penang malaysia
bagus juga kan laut di Penang

kafe di penang
ini resto/kafe kayaknya asik banget
museum cokelat di penang
museum cokelat, nggak sempet masuk ke sini
Sampai di penginapan, langsung mandi, dan bersiap untuk keluar lagi sama temen buat cari sarapan. Kita berdua bingung mau sarapan di mana, karena pagi hari di Penang masih jarang banget warung makan yang buka. Eh! (sebentar) nggak kok sebenernya, gue-nya aja yang ribet mau sarapan. Sebenernya ada beberapa warung atau kaki lima yang udah buka pagi hari, tapi rata-rata adalah masakan kari-karian India. Duh, iya, gue ribet karena bosen dari kemarin makan makanan berempah terus, jadinya menolak sarapan ini itu deh. Temen kayaknya udah sebel banget sama gue pas cari sarapan, karena dia sepertinya mau roti cane kari yang dilewati, tapi gue nggak mau. Sampai akhirnya gue menawarkan dia buat sarapan roti cane itu dan gue hanya menemaninya aja, dia nggak mau dan bilang kalau gue juga harus makan. Padahal gue pun nggak masalah dan nyantai aja ketika harus menemani makan.

Jalan kaki lagi sampai memutari banyak gang dan balik lagi ke arah penginapan di Lebuh Chulia (Love Lane), sampai melihat ada pedagang yang menjual semacam martabak mini gitu. Penjualnya kakek-kakek yang ramah banget melayani dan bilang kalau dia menjual martabak dengan 4 pilihan rasa (white/brown sugar, sweet corn, egg, banana). Untuk yang rasa jagung manis dan pisang harganya 0.90 MYR, kalau gula putih/merah harganya lebih murah 0.70 MYR, nah yang isi telur harganya 1.1 MYR. Gue masing-masing pesan yang rasa pisang, gula merah, dan telur, karena kita berdua sama-sama nggak suka rasa jagung kalau diolah menjadi campuran makanan. Nggak tau kenapa, jadi aneh aja rasanya, tapi kalau disuruh makan jagung bakar/rebus, ya doyan aja. Jalan kaki pulang ke arah penginapan sambil nyemilin martabak yang masih panas baru dibeli tadi, rasanya paling cocok adalah yang martabak pisangnya, selain itu rasanya biasa aja. 

martabak di penang
si bapak penjual martabak dan es jus pisang yang aneh itu
jajanan di penang
jajan aneh-aneh di Sevel Penang
Tadi di deket yang jualan martabak ini juga ada penjual buah-buahan, gue beli jus pisang yang harganya 3 MYR aja. Bayangan gue jus pisang itu padat kental, karena gue udah pernah beli sebelumnya di Indonesia, tapi nggak di sini, jus pisangnya encer banget dan ketika di plastikin terlihat ada 2 bagian yang terpisah antara pisang dan air gulanya (mungkin). Gue juga mampir ke Seven Eleven membeli sebuah hal yang nggak penting. Beli susu Milo produksi Malaysia, yang kata orang-orang enak dan beda rasanya dengan Milo produksi Indonesia (apa iya deh?). Buat menjawab rasa penasaran itu, akhirnya gue belilah susu Milo kemasan besar di Sevel, yang ketika gue seduh setelah sampai rumah, rasanya sama aja! Mana bedanya deh? Hahahahah...

Gue cus dari penginapan di Penang sekitar jam 12 siang, di mana rencana awalnya adalah naik bis ke bandara dari halte di depan pertigaan Lebuh Chulia. Gue tau bisa naik dari sana karena kemarin gue lihat ada bis tujuan bandara yang mengambil penumpang dari halte kecil di Lebuh Chulia itu. Ketika gue lagi asyik menunggu bis bandara itu dan membeli jus buah di sana, (eh kampret!) bis-nya dateng dong, padahal jus yang gue pesen baru dibuat. Panik nggak ketulungan, bingung harus gimana, nggak mungkin gue batalin jus atau langsung ngacir naik bis gitu aja (bisa diamuk masa gue!). Akhirnya dengan muka lemas, gue merelakan bis itu pergi tanpa ada penumpang yang naik satu pun. Si Bapak penjual jus yang melihat gue kebingungan, ngasih tau kalau bis ke bandara cuma ada setengah jam bahkan 1 jam sekali, apaaaaaaaaaaaaah......!! Si Bapak bukannya nenangin gue, malah bikin tambah panik, takut ketinggalan pesawat saya pak! Tapi si Bapak bilang juga kasih solusi kalau masih bisa naik bis lain tujuan Terminal Komtar dan di sana baru sambung lagi naik bis tujuan bandara dengan intensitas kedatangan bis yang lebih sering, ah thanks pak!

Sampai di bandara Penang, perut sungguh sangat rewel minta diisi, kebingungan, akhirnya memutuskan makan KFC aja. Menu makan KFC di sini agak berbeda dengan di Indonesia, karena mereka nggak menyediakan paket nasi plus minum, semuanya harus dibeli terpisah. Uniknya lagi ketika gue pesan nasinya, yang datangf bukan nasi putih biasa melainkan nasi yang udah dimasak dengan bumbu (gue nggak tau namanya nasi apa), jadi rasa nasinya udah gurih berbumbu. Gue agak lupa habis berapa Ringgit makan KFC di bandara Penang ini, kalau nggak salah sekitar 12-14 MYR.

kfc bandara penang
nah nasinya warna kuning kan tuh! udah ada rasanya
Gue baru inget dan baru bilang ke temen saat di bandara, kalau penerbangan dari Malaysia, pihak bandara nggak mau kita hanya menunjukkan boarding pass dari hp. Kalau di Soetta bisa ya, tapi nggak di bandara Malaysia, kita harus mencetak boarding pass itu (trip report hari pertama). Sama persis ketika kejadian gue di KLIA2, temen bingung setengah mati di mana dia harus mencetak boarding pass-nya, soalnya mau cetak di mesin cetak KIOSK, temen juga gagal. Tanya sana sini, sampai akhirnya masalah terselesaikan yang ternyata ada satu counter khusus AirAsia di bandara Penang yang bisa membantu untuk mencetak boarding pass kita secara cuma-cuma. Hmm.. tapi kok kemarin di KLIA2 cetak di counter tiket disuruh bayar 12 MYR buat sekali print ya. Ah curang ni!

Setelah masuk ke ruang tunggu, ternyata pesawat ke KLIA2 delay 1 jam, membuat gue sampai sekitar jam 5 sore. Mampir sebentar ke swalayan buat beli roti dan beli tiket bis buat perjalanan lagi ke KL Sentral. Nah, di sini gue pikir jarak antara bandara KLIA2 ke KL Sentral itu nggak jauh-jauh amat, tapi kenyataannya jauh. Perjalanan bis dari KLIA2 ke KL Sentral ditempuh selama 1 jam lebih lewat jalan tol (berasa nggak sampai-sampai, lama banget). Turun di KL Sentral sekitar jam 7 malam dan langsung pesen GrabCar ke Holiday Inn Express yang nggak jauh dari Petronas Tower.

check-in di bandara penang
amit-amit antrian check-in nya di bandara Penang
roti ikan bilis malaysia
eh itu roti ikan bilisnya enak lo! nah minumannya ini kalau di Indonesia namanya frestea. hahaha...
terminal kl sentral
naik bis dari KLIA2 turun di KL Sentral, lanjut naik Grab
Setelah check-in, langsung mandi, dan keluar lagi jalan kaki ke Petronas Tower. Butuh waktu sekitar setengah jam berjalan kaki dari Holiday Inn Express ke Petronas Tower, nggak terlalu jauh sih, karena trotoarnya termasuk nyaman. Luas, lebar, dan bersih, jadi ya nyaman-nyaman aja buat jalan kaki, apalagi malam hari. Ketika sampai di area Petronas Towernya, agak kampungan nih karena nggak tau masuknya lewat mana, yang ternyata bisa lewat dalam mall-nya, suria KLCC namanya. Mall ini isinya toko merek branded semua, mirip isi mall yang ada di Marina Bay Singapore (berasa miskin gue). Keluar ke pintu utama Suria KLCC-nya dan jangan kaget kalau di sana udah rame banget sama rang-orang. 

Iya, persis di depan pintu masuk utama Suria KLCC inilah yang menjadi spot utama para wisatawan buat foto-foto dengan latar Petronas Tower. Saran terbaik ketika mau foto di sini adalah menyiapkan action cam, entah itu GoPro atau merek-merek lainnya yang punya lensa wide karena bikin keren hasil fotonya. Bisa sih pakai DSLR, Mirrorless, atau hp, tapi ambil fotonya harus dari jauh kalau mau mendapatkan keseluruhan bangunan Petronas Towernya. Ada cerita lucu nih, pas gue lagi asyik difoto sama temen, tiba-tiba ada bule yang menawarkan bantuan cahaya flash dari hpnya buat menerangi muka gue. What! Haha...iya, nggak ngerti gue juga. Padahal hasilnya tanpa flash tambahan pun udah terang dan nggak gelap kok. Tapi si bule tetep kekeuh dan beneran menyalakan flash hpnya dan disorot ke muka gue. Haha... Pas selesai, gue mencoba menawari apa si bule itu mau difotoin atau nggak, ternyata doi jalan berdua sama temennya, kita pun say thanks sama si bulenya. Aya aya wae!

suria klcc di malaysia
indah banget emang kalau malem
Setelah dari Petronas Tower mau langsung ke Bukit Bintang, karena nggak merencanakan lama di Kuala Lumpur dan besok paginya udah harus pulang ke Jakarta. Penasaran aja sama Bukit Bintang yang banyak dibicarakan orang itu, pengen tau aja. Lihat di maps sebenernya nggak terlalu jauh berjalan kaki, tapi karena udah jam 10 malam, dirasa-rasa bakalan menghabiskan waktu juga. Akhirnya buka aplikasi Grab dan mencoba memesan mobil buat ke Bukit Bintang, hasilnya? Bikin lemes! Kita menunggu hampir setengah jam nggak ada yang mau pick up. Sampai akhirnya dapet mobil yang bikin gue merem melek, dijemput pakai Lancer! Ajegile! Naik dari pintu masuk pakai mobil Lancer berwarna silver dan udah dimodifikasi, penuh stiker rally, pakai wing, ceper dan knalpotnya berisik banget.

Naik Grab dari Suria KLCC ke Bukit Bintang ternyata lama juga, hampir 1 jam waktu habis di jalan doang. Bukan karena jauh, tapi ternyata hari itu adalah malam minggu dan macetnya bukan main ke arah Bukit Bintang ini. Ngobrol sana-sini dengan si driver-nya yang ternyata doi seorang co-chef di Hotel Pullman dan dia cuma nyambi doang jadi driver Grab. Baik banget doi, sampai cerita kalau udah pernah ke Indonesia dan punya temen di Medan. Malunya gue ketika dia excited bercerita tentang Danau Toba dan Samosir, gue cuma senyum aja karena gue yang orang Indonesia aja belum pernah ke sana, malu! Doi kaget ketika gue bilang kalau baru sampai tadi malam dan harus pulang ke Indonesia besok siang, hahaha... Iya emang sebentar banget di Kuala Lumpur, karena cuma numpang lewat doang. Nah baiknya doi menawarkan tumpangan ke bandara keesokan paginya (tetep bayar ya) dan tawaran itu kita terima dengan senang hati.

mobil Grab yang kece badai
Oke, lanjut ke Bukit Bintang, yang ternyata daerah ini emang super rame banget sama wisatawan. Bukit Bintang juga terkenal dengan daerah backpacker-nya, makannya nggak heran kalau di sini banyak juga warung-warung makan kaki lima. Satu jalan yang kanan-kirinya makanan semua, mulai dari seafood sampai masakan-masakan India, semua ada di sini. Tapi entah kenapa gue sama sekali nggak tertarik buat makan di sini, apa karena terlalu tourist area atau karena emang terlalu ramai. Sampai akhirnya memutuskan (darurat) makan restoran fast food KFC.  Setelah kenyang perut diisi, jalan kaki dari Bukit Bintang ke Holiday Inn Express, ternyata bener kan walkable, deket banget.

kfc di malaysia
dienakin aja makan beginian, daripada blenek Indiahe lagi
Day 5 (23 April 2017) KL – Jakarta
Sekitar jam 8 pagi gue di jemput si driver bermobil Lancer semalam. Perjalanan dari Holiday Inn Express ke KLIA2 butuh waktu sekitar 45 menit - 1 jam lewat jalan tol. Tapi ada yang bikin sebel nih, untungnya nggak buru-buru dan udah prepare buat ke bandara agak pagian. Si mas driver-nya keterusan karena asyik ngobrol berdua sama temen di depan, jadi mau nggak mau harus keluar tol selanjutnya dan masuk tol lagi ke arah KLIA2. Kalau deket masih bisa dimalkumi, ini lumayan jauh, gue yang duduk di belakang karena ngantuk, tidurlah gue dan baru tebangun pas sampai KLIA2. Gue pisah dengan temen, dia lanjut ke Thailand dan gue balik ke Jakarta. Gue sampai di Jakarta jam 3 sore dan memutuskan untuk pulang ke Bekasi naik bis DAMRI. Ah, thanks Malaysia!

Comments