Hunting Buryam Terkenal dan Enak di Jakarta: Gini Amat Nyari Bubur Ayam!
Weekend….
Pagi-Pagi….
Pengen Bubur Ayam enak….
Gampang lah itu, langsung cus…
Tapi ternyata semua itu hanya
indah di angan saja, karena mencarinya tak semudah yang dibayangkan. Tujuan
utama pagi itu adalah meluncur ke Bubur Ayam Barito yang ada di Gandaria. Gue
berangkat dari Slipi dengan berpatokan GPS pada maps di ponsel
pintar (cieelah ponsel pintar). Sampai di lokasi, sempet kebingungan
celingak-celinguk karena nggak ada keramaian dan hiruk pikuk sama sekali di
sana (masa iya bubur terkenal nggak ada keramaian sama sekali atau tanda-tanda
apa gitu). Setelah browsing lagi dan mencari tahu lebih
lanjut, elah ndalah iyalah sepi nggak ada tanda-tanda warung buburnya, wong jam
buka Bubur Ayam Barito ini jam setengah 5 sore, zonk!
Oke, dari Gandaria gue bertolak
ke daerah Senopati yang katanya juga ada bubur ayam terkenal di sana. Lokasinya
yang gue baca ada di deretan Anomali Café atau Flip Burger, tapi pada
kenyataannya setelah sampai di lokasi (lagi-lagi) gue nggak menemukan
hiruk-pikuk dari penjual atau konsumen bubur ayam di sana. Nah tau sendiri kan
daerah Senopati ini jalannya searah, jadinya ketika gue berasumsi kelewatan
tempatnya maka gue harus puter balik di jalur yang lumayan jauh. Udah laper,
dari Gandaria ke Senopati tetep belum bertemu warung bubur yang dimaksud,
makin-makin bete deh.
Tadinya gue hampir menyerah dan
mau langsung cus aja ke Bubur Ayam Cikini (yang juga termasuk bubur enak di
Jakarta), gue tau tempatnya karena memang sebelumnya udah pernah nyobain, harga
per porsinya kalau nggak salah sekitar 25.000. Tapi, niat di hari itu emang
pengen nyoba bubur lain, selain Bubur Ayam Cikini. Browsing-lah
lagi dan jatuh pada Bubur Ayam Sukabumi di Tebet. Bayangan awalnya adalah
tukang bubur ayam kaki lima dengan gerobak kayu (seperti biasanya), makannya
ketika sampai di Jalan Tebet Raya mata gue tertuju mencari gerobak kaki lima.
Berjalan semakin jauh dari titik point lokasi di maps, gue berhenti karena di maps terlihat udah melewati tempatnya. Gue
putar balik dan untungnya lalu lintas agak macet, jadi sekalian melihat dimana
pastinya letak dari Bubur Ayam Sukabumi ini. Hasilnya pun nihil, tetap nggak
ketemu sama sekali dan kelewat lagi titik point di maps-nya,
kok aneh sih?! Makin bete tapi sekaligus penasaran, yang akhirnya membuat gue
membuka Google Images dan memasukkan kata kunci “Bubur Ayam
Sukabumi Tebet”.
Duuuaaarr! Iyalah
nggak ketemu walaupun udah ngelewatin bolak-balik tempatnya, ternyata ini bukan
warung kaki lima dengan tenda atau kursi-kursi bakso di sana, melainkan sebuah
bangunan ruko persis di sebelah toko bakery Clairmont (njir
mau makan bubur aja gini amat ya). Masuk ke dalam rukonya, ternyata nggak ramai
yang makan pagi itu, hanya ada 2 orang yang udah kelar makan mau pulang. Tapi
yang ramai adalah justru banyaknya driver Gojek dan Grab yang
menunggu pesanan di sini (ckckck pada males amat keluar rumah).
ini lokasinya persis di sebelah Clairmont |
banyak yang pesen dibawa pulang ketimbang makan di tempat |
interiornya ke kafe-kafean (apaan sih ki!) daripada warung bubur |
Di Bubur Ayam Sukabumi Tebet gue memesan Bubur Ayam Spesial yang menurut gue porsinya pas, nggak terlalu banyak (seperti Bubur Ayam Cikini) tapi juga nggak terlalu sedikit. Toping di atas buburnya ada suwiran ayam, potongan cakwe, seledri, dan daun bawang. Kerupuknya disajikan terpisah di mangkuk sendiri, cakep nih nggak dicampur di atas buburnya. Nah yang jadi pertanyaan, ke mana kuning telur mentahnya? Kalau di Bubur Ayam Cikini, kuning telur mentahnya langsung terlihat di atas buburnya berbentuk bulat sempurna. Tapi kalau di Bubur Ayam Sukabumi Tebet ini, dimana? Ternyata bukan sulap bukan sihir, kuning telur mentahnya itu berada di bagian tengah, di dalam bubur, dengan posisi masih utuh (belum pecah apalagi bleberan), huaaaah hebat banget ini! Selama makan gue pun mikir gimana caranya naruh kuning telur di dalem situ dan nggak pecah.
Rasanya gimana ki? Dari buburnya
sendiri sepertinya udah ditambahi sedikit merica atau bumbunya (yang gue nggak
tau apaan), yang jelas ketika lo coba icip buburnya tanpa ada printilannya, itu
udah ada rasanya. Tinggal sesuain aja menurut lidah, kurang asin, kurang manis,
atau kurang pedes, tambahannya ada kecap asin, kecap manis, atau merica di atas
meja.
kuning telurnya masih ngumpet |
ciluk baaa! ow ow.. kamu ketahuan! |
makan berdua habis segini, mahal sih tapi enak, gpp lah |
Jadi, bubur ayam itu ternyata nggak selalu harus disajikan atau disantap di pagi hari, justru banyak warung bubur ayam yang buka di sore sampai tengah malem di Jakarta. Nah, Bubur Ayam Cikini dan Bubur Ayam Sukabumi di Tebet adalah dua bubur ayam enak di Jakarta yang pernah gue coba di Pagi hari.
Bubur Ayam Spesial : Rp 20.000 (8 dari 10)
Comments
Post a Comment