(menuju) Beijing Hari Pertama: Satu Hari Hanya Untuk Transit di Kuala Lumpur
Sabtu, 13 Januari 2018
Jam 5 pagi gue udah bangun,
mandi, dan siap berangkat naik ojek online menuju WTC Serpong,
karena di sana ada bis DAMRI yang bakal mengantar gue ke bandara. Biaya
perjalanannya sebesar 40.000 Rupiah dan memakan waktu sekitar 40-50 menit melewati
jalan tol Alam Sutera.
Sampai di bandara sekitar jam
setengah 8 pagi dan perut udah nggak bisa di kompromi lagi minta diisi.
Sebenernya gue pengen ke kantin yang (katanya) ada di samping musala terminal
2, tapi gue nggak menemukannya. Akhirnya masuklah ke KFC dan membeli bubur
ayam, hitung-hitung sebagai pengganjal perut pagi itu.
Setelah perut terisi, gue pun
masuk ke boarding gate. Seperti biasa, untuk orang Indonesia kita
nggak perlu lagi bertatap muka dengan petugas imigrasi karena sudah ada pintu
otomatis (autogate) yang memudahkan kita karena lebih cepat dan praktis.
Hanya perlu scan paspor aja, taruh jari, kelar deh. Nice!
Makan Laksa di Nyonya Colors KLIA2
Penerbangan ke Kuala Lumpur
memakan waktu sekitar 2 jam, di mana waktu (di sana) lebih cepat 1 jam daripada
Jakarta, nggak ada yang spesial dari penerbangan ke Kuala Lumpur ini. Setelah
sampai di KLIA2, gue langsung memanjakan perut yang baru diisi bubur tadi pagi,
masuklah ke salah satu tempat makan bernama Nyonya Colors dan memesan Laksa
Kuning (review-nya di
sini).
Nggak berekspektasi apapun sama
makanannya, tapi baru kaget setelah pesanannya datang diantar ke meja. Porsinya
gede banget dan surprisingly rasanya enak je! Setelah perut
kenyang, gue masih harus menunggu Andi sekitar 1 jam lagi.
Gue berusaha mencari stop kontak karena hp lowbatt dan powerbank juga habis dayanya. Ternyata mencari stop kontak di KLIA2 ini nggak semudah yang dibayangkan, karena semua lubang yang tersedia adalah kepala 3 (steker Indonesia nggak bisa), akhirnya dengan terpaksa gue mengambil daya dari laptop ke hp menggunakan kabel data.
Gue berusaha mencari stop kontak karena hp lowbatt dan powerbank juga habis dayanya. Ternyata mencari stop kontak di KLIA2 ini nggak semudah yang dibayangkan, karena semua lubang yang tersedia adalah kepala 3 (steker Indonesia nggak bisa), akhirnya dengan terpaksa gue mengambil daya dari laptop ke hp menggunakan kabel data.
Teman sampai sekitar jam setengah 8 malam dan langsung pergi ke gerai
Subway karena kelaperan dan ternyata masih belum kenyang (astaga!). Kita pindah
lagi ke McD, memesan 2 potong ayam, teman pesan es milo dan gue pesan jus
jeruk.
Agak kaget pas pertama kali mencoba es milonya karena kentel banget dan
super manis, tapi ternyata itu belum diaduk dan rasanya menjadi pas dan nikmat
setelah diaduk rata (norak lu ki!). Sedangkan untuk ayamnya, bumbu tepungnya
berbeda dengan McD di Indonesia, karena lebih terang, lebih berwarna orange,
lebih krispi, dan lebih gurih. Enak juga!
subway junjungan quwh! |
makan ayam doang, nggak ada nasi di sini, sedih. |
Ribet Mau Pakai Coat atau Nggak!
Sekitar jam 9 malam kita mulai antre masuk ke dalam pesawat dan seketika kaget melihat banyak orang yang udah pakai coat duluan. Kita berdua mulai bingung dan was-was,
Sekitar jam 9 malam kita mulai antre masuk ke dalam pesawat dan seketika kaget melihat banyak orang yang udah pakai coat duluan. Kita berdua mulai bingung dan was-was,
“kayaknya dingin banget njir!”
“sedingin apa deh, kok udah pada pakai coat?”
“duh gimana nih, ah elah!”
Teman mengeluarkan jaketnya untuk dipakai di dalam pesawat, sedangkan gue
masih tenang aja karena berpikir terlalu ribet jika harus mengeluarkan coat yang
tebal saat itu.
Ketika masuk ke dalam pesawat, ada segerombolan penumpang yang terlihat ribut dan berisik karena masalah pembagian tempat duduk dengan teman-temannya. Lorong pesawat pun jadi macet gara-gara keributan orang-orang itu, sampai pramugari yang datang mencoba melerai pun nggak digubris sama sekali oleh mereka. Gue berdiam diri di belakangnya dan mencoba memperhatikan masalahnya di sana, sampai akhirnya lorong pesawat pun kembali lancar dan gue pun bisa melewati emak-emak itu.
Ketika masuk ke dalam pesawat, ada segerombolan penumpang yang terlihat ribut dan berisik karena masalah pembagian tempat duduk dengan teman-temannya. Lorong pesawat pun jadi macet gara-gara keributan orang-orang itu, sampai pramugari yang datang mencoba melerai pun nggak digubris sama sekali oleh mereka. Gue berdiam diri di belakangnya dan mencoba memperhatikan masalahnya di sana, sampai akhirnya lorong pesawat pun kembali lancar dan gue pun bisa melewati emak-emak itu.
mulai antre masuk ke pesawat |
Airbus A330 (AirAsia X), livery-nya cakep! |
itu mak-mak rempongnya tuh, elah |
Gue dan teman mendapatkan kursi
di baris paling belakang. Jujur ini pertama kalinya gue naik pesawat besar dengan
perjalanan paling lama. Sensasi take off dan landing sungguh
berbeda dengan pesawat Airbus/Boeing biasa, karena lebih halus dan stabil.
Perjalanan selama 6 jam ke Beijing gue bunuh dengan tidur malam yang sangat nyenyak. Night night!
Perjalanan selama 6 jam ke Beijing gue bunuh dengan tidur malam yang sangat nyenyak. Night night!
mulai terbang meninggalkan Kuala Lumpur |
jam tidur, semua lampu mati |
Biaya Hari ke-1:
GrabBike Rawa Buntu – WTC
Serpong: Rp 11.000
Bubur Ayam KFC Bandara Soetta: Rp 8.000
Air Mineral: Rp 9.000
Laksa Kuning Nyonya Colors: 14.30
MYR (Rp 48.600)
Air Mineral: 4.15 MYR (Rp 14.000)
KFC Chicken Spicy @KLIA2: 9.90 MYR/2 = 4.95 MYR (Rp 16.700)
KFC Orange Juice @KLIA2: 5.50 MYR (Rp
18.700)
TOTAL PENGELUARAN HARI KE-1: Rp 126.000
Selanjutnya
Trip Report Hari Kedua: Sampai di Beijing Dengan Penuh Rasa Norak dan Kedinginan!
Selanjutnya
Trip Report Hari Kedua: Sampai di Beijing Dengan Penuh Rasa Norak dan Kedinginan!
Comments
Post a Comment