Mudik Pantura: Mereka yang Mengaku Berpendidikan dari Ibukota

Mudik sudah menjadi tradisi tahunan di Indonesia yang tidak akan ada habisnya. Bandara, terminal, dan jalur pantura selalu penuh dengan mereka-mereka yang ingin kembali pulang untuk bersilaturahmi ke daerah asalnya.

Kondisi Pantura Saat Musim Mudik Tiba
Nah, gue di sini mau membahas mereka yang tidak beretika, khususnya yang terjadi di jalur Pantura dan mungkin juga terjadi di tempat keramaian mudik lainnya.

Hampir setiap tahunnya jalur Pantura selalu dipenuhi dengan kendaraan pribadi Ibukota. Mereka berbondong-bondong menuju ke berbagai kota yang ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Bali dan Madura. Kepadatan bisa dirasakan mulai H-7 sampai H+7, ribuan pengendara motor, ratusan pengendara mobil, puluhan bis antarkota, dan berbagai moda transportasi apapun yang banyak “dipaksakan” untuk pergi ke kampung halaman. Pernah gue melihat ada yang menggunakan Bajaj atau Bemo untuk pulang kampung dengan penuh barang bawaan. Itu bahaya men!

Buat yang setiap tahunnya pulang kampung seperti gue, pastinya tahu betul kondisinya seperti apa. Ratusan warung-warung tenda dadakan banyak bermunculan dan menjual segala macam apa yang bisa dijual mulai dari minuman dan makanan-makanan berat.

Kita Terbantu, Kenapa Kita Tidak Bisa Membantu Juga
Nggak hanya itu, setiap masjid yang lokasinya berada persis di pinggir jalur Pantura ini juga otomatis kebanjiran pengunjung bagi mereka yang mau solat atau sekedar beristirahat. Belum lagi pedagang asongan yang membanjiri jalanan, mereka rela berpanas-panasan demi mendapatkan keuntungan rupiah dari euforia mudik tahunan.

Pada dasarnya kita semua sangatlah terbantu dengan ada dan banyaknya pedagang di jalur Pantura ini. Saat kelaparan atau kehausan, nggak perlu bingung karena tiap meternya kamu bakal menemukan pelepas dahaga dan lapar itu. Apalagi semuanya tersedia sampai 24 jam penuh.

Nggak hanya itu, saat perut bermasalah atau ingin buang air kecil pun sudah tidak lagi menjadi masalah di jalur Pantura ini, banyak rumah di sini yang dengan senang hati mempersilahkan toiletnya untuk dipakai mereka yang membutuhkan.

Tapi sangat disayangkan, gue masih melihat banyak dari mereka yang kurang tahu rasa berterima kasih dan tanggung jawab dengan membuang sampah ke tempat yang benar. Padahal katanya mengaku sebagai warga Ibukota yang berpendidikan. Katanya mereka mengaku bahwa mereka lebih baik.

Apa yang bikin gue risih dan sampai menulis artikel ini? Ya, semua ini adalah masalah SAMPAH. Gue selalu mudik setiap tahun dengan kendaraan pribadi dan selalu kesal jika sedang berhenti di pom bensin atau warung makan di jalur Pantura, selalu melihat banyak sampah berserakan dari mereka-mereka yang datang mampir.

Bungkus cup mie instant, botol air mineral, bungkus makanan ringan yang dibuang begitu saja, padahal ironisnya ada tempat sampah yang tidak jauh letaknya. Bahkan gue pernah melihat di tengah kemacetan ada yang membuang bungkusan es dan makanan ke luar lewat jendela mobilnya. Bener nggak habis pikir, kenapa kita sangat pemalas untuk membuang sampah di tempat yang benar?


Ini foto-foto yang gue coba kumpulin dari internet;
Pict source; 
Pict 1, 2, 3: http://bonsaibiker.com/
Pict 4: https://pbs.twimg.com/
Pict 5: http://img.bisnis.com/

Comments