Jogja Telah Mengajariku Berbagai Banyak Hal


Jogja, ingin ku kembali, ketika ku mengingatnya”

Jogja bukan sekedar kota wisata atau kota pelajar semata bagi sebagian besar mahasiswa yang pernah kuliah dan hidup di sana. Jogja menjadi sebuah rumah yang nyaman untuk hidup, berkenalan, dan berinteraksi satu sama lain. Merantau hidup sendiri selama 3 – 4 tahun, menjadi salah satu pengalaman hidup yang tidak terlupakan.

Teman Pertama di Jogja
Satu minggu, dua minggu, bahkan satu bulan pertama, ketika pertama kalinya hidup sendiri itu terasa sulit. Gue masih ingat, bulan pertama di Jogja belum kenal siapa pun dan belum masuk ke kampus. Saat itu gue sedang makan nasi goreng di belakang kos, nggak sengaja mendengar orang di belakang gue sedang telepon dan mengucapkan kata “FIB UGM”.

Ya, FIB UGM adalah fakultas di mana gue akan belajar, sontak setelah orang tadi selesai menelpon, gue langsung berinisiatif mengulurkan tangan untuk berkenalan basa-basi menyebut “FIB UGM” tadi. Bener aja, namanya Panji Sofyandisna yang sampai sekarang menjadi temen deket. Panji kuliah di jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM. Mulai dari situlah gue mendapatkan teman di Jogja dan sering main bareng karena ternyata lokasi kos kami dekat.

Membuat Pribadi yang Percaya Diri
Jogja mendidik saya untuk menjadi pribadi mandiri dalam segala hal, sekaligus menjadi pribadi yang baik untuk bersosialisasi. Kehidupan di kampus memang menjadi hal yang paling menantang sekaligus menyenangkan. Gue orangnya pemalu sejak sekolah, tetapi selama di Jogja, gue belajar berbagai hal untuk berinteraksi di depan orang banyak dengan percaya diri.

Belajar banyak hal baru yang belum pernah gue ketahui sebelumnya dan senang bisa mengenal banyak teman dari berbagai daerah di Indonesia. Mengikuti beberapa forum kegiatan kampus, bekerjasama dalam kepanitiaan acara fakultas dan kampus, dan beberapa kali diberikan kesempatan untuk memimpin sebuah tim, itu semua menjadi penguat rasa percaya diri gue. Jatuh bangun dalam membuat sebuah acara dan melihat keberhasilan acara yang dibuat juga menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.

Manajemen Keuangan Teratasi dengan Baik
Jogja juga berhasil membuat gue untuk bisa mengatur keuangan dengan baik sampai sekarang. Sebenarnya ini bukan pencapaian, tapi lebih ke miris dari kehidupan anak kos yang memang diharuskan berhemat sebisa mungkin. hehe..

Jadi, setiap bulannya anak kos mendapatkan jatah jajan yang terbatas dan harus bisa mengatur untuk hidup satu bulan penuh. Jika tidak? Tamatlah riwayat keungannya. Hal tersebut membuat sebagian besar mahasiswa yang pernah berkuliah di Jogja mengerti betul tentang nilai dari sebuah barang atau makanan. Apakah itu benar-benar murah atau terlalu mahal. Hehe...

Indahnya Alam Indonesia
Hal yang paling besar membuat pengaruh hidup gue setelah tinggal di Jogja adalah kota ini berhasil membukakan mata saya tentang indahnya alam Indonesia. Selama hidup di Jogja gue berkesempatan meng-explore banyak tempat yang sungguh indah. Baik itu di provinsi Jogja sendiri atau di wilayah sekitar Jogja (Magelang, Solo, Semarang).

Tapi sangat disesalkan hal tersebut baru terjadi saat menjelang semester akhir masa kuliah. Gue sangat menyesal punya banyak waktu luang, tetapi tidak dimanfaatkan untuk bepergian.

Arti Pertemanan?
Terakhir, Jogja mengajarkan saya tentang arti pertemanan yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Kami semua rata-rata mempunyai hidup senasib, sama-sama menjadi anak rantau yang hidup sendiri jauh dari orangtua. Jadi, membuat kami saling membutuhkan satu sama lain, saat teman sedang sakit, kita punya peran penting, karena ketika kita sakit, kita pun membutuhkan bantuan dari teman.

Jogja sudah menjadi kota yang nyaman untuk belajar, bermain, bersosialisasi, dan berinteraksi, membuat gue terus ingin, ingin, dan ingin kembali ke kota ini. 

Pict Source: https://www.yogyes.com/en/yogyakarta-travel-guide/year-end-holiday/1.jpg

Comments