[LOMBOK Day 2] Menghitam di Gili Meno, Berpesta di Gili Trawangan
Lombok Hari ke-2 (Jumat, 1 Januari 2016)
Gili Meno – Gili Trawangan
Selamat pagi Senggigi…..!!!
It’s a Brand New Day……
Hazeeeek…..
Ya, hari pertama di tahun 2016 ini
super excited banget,
karena gue akan menyeberang ke Gili (pulau paling terkenal di Lombok). Sejak Ashar
dateng gue nggak tidur lagi sampai pagi dan membuat gue masih penasaran sama
mur tongkat Xiaomi Yi yang hilang semalam, akhirnya gue cari lagi di rute yang
sama, tapi lagi lagi hasilnya nihil. Ah, sudahlah, kali ini gue menyerah.
Nah rencana sesuai itinerary adalah sekitar jam 8:30 cabut
dari penginapan untuk pergi ke Pelabuhan Bangsal. Sebelumnya baca-baca di
banyak blog, kapal ke Gili Meno hanya ada 2X sehari dan nggak sebanyak kapal
yang menuju Gili Trawangan. Nah Ashar mungkin emang kecapekan kali ya karena semalaman
nggak tidur, membuat doi masih pules padahal hari udah siang. Gue butuh
keyakinan buat membangunkan Ashar, antara nggak enak karena tidurnya pules
banget, tapi di sisi lain gue juga harus berangkat. Akhirnya gue pun
membangunkan Ashar dengan penuh rasa penyesalan, sorry ya Ashar.
Tepat pukul 8:30 pagi gue dan
Ashar siap buat pergi, tapi sebelumnya gue suruh Ashar buat sarapan bareng dulu
karena ini gue pesan kamar untuk 2 orang. So? Sarapan pun
pasti akan disediakan untuk 2 orang, duduk manislah di restoran Sendok Hotel
dan ditawarkan menu western atau Indonesia. Yah karena
menu western-nya hanya pancake, apa boleh buat gue memesan
nasi goreng aja. Sembari menghabiskan sarapan, kami berdua juga sebenernya
sedang berusaha menghubungi salah satu anggota forum Lombok Backpacker, namanya
Mbak Anis. Dia orang Lombok yang katanya pengen ikut explore Lombok
ke Air Terjun Tiu Kelep & Sendang Gile. Nah Ashar pun menyanggupinya untuk
bertemu dan jalan bareng. Tapi gue saat itu nggak bisa ikut, bukan karena apa,
tapi karena gue udah pesen penginapan di Gili Trawangan yang nggak bisa
di cancel. Kalau mungkin belum dapet penginapan, gue bisa ikut dan kayaknya
seru banget sih. Akhirnya gue meninggalkan Ashar di restoran hotel dan gue
lanjut jalan ke Pelabuhan Bangsal.
Ternyata dari Senggigi ke
Pelabuhan Bangsal lumayan jauh jaraknya! Ada sekitar 45 menit - 1 jam
perjalanan dengan rute yang berliku belak-belok. Tapi emang pemandangan yang
akan lo liat itu keren banget karena jalan rayanya berada di pinggir pantai.
Satu hal yang gue pikir saat itu adalah ngebut karena beneran takut ketinggalan
kapal, untungnya sih jalanan masih sepi pagi itu. Nah, sampai di Pelabuhan
Bangsal sekitar jam 9:15 pagi dan langsung masuk cari tempat penitipan motor.
Banyak banget rumah warga sebelum gerbang pelabuhan yang dibuat tempat untuk
penitipan motor, tapi gue masuk ke dalem sampai melewati loket penjualan tiket.
Nah di sana ada rumah juga yang punya parkiran luas buat penitipan kendaraan
roda dua dan roda empat.
suasana pagi hari di Pelabuhan Bangsal |
sudah ramai mereka yang mau nyebrang ke Gili-Gili |
Motor sewaan sudah aman dititipkan dan gue langsung ke loket pembelian tiket. Nah penjualan tiket dan keberangkatan kapal di sini dibedakan dari warna tiketnya (hijau, pink, biru, putih). Untuk ke Gili Meno gue mendapatkan tiket berwarna putih dan diberitahukan kalau kapal akan berangkat jika sudah terkumpul 40 orang. Nah di sini gue pikir satu warna tiket untuk satu tujuan keberangkatan. Pas tiket putih dipanggil, gue udah mau asal naik aja ke kapal di sana. Tiket udah disobek dan petugas bilang lagi dari TOA "tiket putih jurusan Gili Trawangan". Whaaaat!! Salaaaah, gue balik lagi ke si petugas perobek tiket dan nanya tujuan Gili Meno. Si bapak menjawab "belum mas!" sembari si bapak ngasih lagi tiket gue yang udah disobek dan dinomeri.
Sekitar jam 09:30, barulah penumpang kapal tujuan Gili Meno dipanggil untuk naik. Gue pun juga bergegas naik ke kapal yang biasanya orang sini nyebutnya public boat. Nah, penumpang kapal yang ke Gili Meno ini berbeda dengan rata-rata penumpang yang pergi ke Trawangan. Kalau di kapal menuju Trawangan banyak banget bule-bulenya, tapi kalau di sini yang menuju Gili Meno lebih banyak bertemu Ibu-Ibu yang habis belanja kebutuhan pokok. Di kapal menuju Gili Meno lo akan membaur dengan beras, sayur-sayuran, buah-buahan, telur, sampai tanaman hidup yang dibawa dari daratan Lombok menuju Gili Meno. Perjalanan dari Pelabuhan Bangsal ke Gili Meno ditempuh selama kurang lebih 30 - 45 menitan. Gue bener-bener nggak percaya ketika melihat air laut yang jernih saat kapal mulai merapat di dermaga Gili Meno, asli itu bening banget.
pemandangan dari Gili Meno |
pemandangan dari Gili Meno (2) |
suasana Gili Meno yang sepi walaupun high season |
Gili Meno ini pulaunya nggak seramai Gili Trawangan, maka dari itu gue masukkan ke itinerary duluan barulah Trawangan. Gue mau menikmati pantai dengan tenang dan damai di sini, cieeelaah ki, banyak gaya lu ki. Sebelumnya, gue yang salah kostum dari Pelabuhan Bangsal, memutuskan untuk ganti pakaian dulu di kamar mandi umum dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, gue pakai sunblock. Gue mendapatkan sunblock Biore ini dari promo Harbolnas 12.12-nya Bilna.com, ciee..
Bener aja, ternyata di sini emang panas bangeeeetsss...!! yaiyalah kiii, namanya juga pantai, kalo dingin mah gunung! Kaos pun basah kuyup sama keringet yang bercucuran gara-gara pengen foto dan ambil foto di pinggir pantai. Dehidrasi pun melanda dengan cepat dan mata langsung tertuju ke sebuah warung kecil di pinggir pantai. Saking hausnya, air dingin botol yang baru gue beli langsung habis dalam sekejap. Sembari bersantai di warung yang menghadap pantai itu, ada Ibu-Ibu penjual buah-buahan (mangga, nanas, buah naga, dll). Nah gue pikir enak kali ya makan buah panas-panas begini dan paling harga buat orang lokal nggak dimahalin.
Gue: “Bu buah naga berapa?”
Ibu Penjual: “25 ribu mas”
Gue: “(dalem hati) njiiir the hell mahal juga” “Kalo mangga bu?”
Ibu Penjual: “Sama mas 25 ribu”
Gue: “20 ribu ya bu itu buah naga?”
Ibu Penjual: “Nggak bisa mas, di sini kan gak ada buah naga”
Gue: “(dalem hati) Wheeeet!! Gue juga tau bu di sini nggak ada buah naga, tapi gilee aja harganya sampai 25 ribu”
Dengan berat hati tapi emang pengen akhirnya gue beli deh itu buah naga. Gue gadoin buah naga yang udah dipotongin sama si Ibunya, ternyata seger jugaaaa... hahahaha... Ikhlas kok bu ikhlas saya...
Setelah keringat mereda, gue melanjutkan penelusuran di Gili Meno. Gue berjalan balik ke arah dermaga dan membuka Waze, karena katanya di Gili Meno punya danau di tengah pulaunya yang nggak kalau indah dengan pantainya. Jalan kaki gue menuju arah danau yang mungkin lumayan jauh sih, tapi selama lo menikmati itu dan emang punya niat kuat buat explore Gili Meno jauhnya nggak bakalan terasa (padahal bolak-balik ngelap keringet terus...) wkwkwk.. Pas udah sampai, bener aja ini danau gede dan luas banget. Di pinggir danau ini ditanami banyak pohon bakau yang subur-subur dan udah dibuat jalan kayu untuk wisatawan supaya bisa menikmati pemandangan danaunya dengan nyaman. Di sini juga ada beberapa orang yang sepertinya penduduk sekitar yang lagi asyik mancing ikan.
jalan Menuju ke Danau di Gili Meno |
sisi lain dari Gili Meno |
danau di tengah Gili Meno |
ada yang mancing ikan, pak ikutan pak! |
Udah jam 12 tuh ki, perut calling-calling! Sebenernya pas jalan kaki dari dermaga ke danau, gue juga sambil melihat-lihat mencari warung makan di sini. Baca-baca forum sih katanya kalau mau makan murah ada di bagian dalam Gili Meno ini. Iya sih emang, tadi sempet melihat beberapa warung makan yang menurut gue (mungkin) murah. Pas pulang dari danau, gue mampir ke warung itu dan makan siang pakai nasi campur. Lumayan lama gue di warung ini karena sambil upload-upload foto sekaligus ngademin badan. Rasa nasi campurnya enak kok, yang penting masakan di sini ternyata pedes-pedes cui. Oke, sekitar jam 1 siang gue pergi dari warung si Ibu untuk lanjut lagi explore Gili Meno. Gue keliling dan melihat beberapa warung yang menjual barang-barang unik dan keren. Banyak juga kafe-kafe asyik buat nongkrong dan tentunya emang merogoh kocek yang lumayan banyak sih (nggak cocok nih backpacker). Nah, di Gili Meno juga ada penangkaran penyu, lokasinya tepat berada di belakang tulisan Gili Meno yang berwarna-warni itu.
penyu-penyu di Gili Meno |
penangkaran Penyu di Gili Meno |
salah satu penjual barang-barang unik di Gili Meno |
art Shop di Gili Meno |
Setelah puas muterin Gili Meno, gue nyantai-nyantai di bawah pohon sambil melihat pemandangan laut yang sumpah indah banget bro/sist! Semua penat dan beban kerjaan bakalan hilang di sini, beneran deh. Lumayan lama gue ngadem karena sambil menunggu kapal berangkat ke Gili Trawangan jam 15:30 sore. Penyeberangan kali ini dari Gili Meno ke Gili Trawangan menggunakan kapal Island Hoping. Ukuran kapalnya lebih besar dari yang gue naiki dari Pelabuhan Bangsal ke Gili Meno. Sekitar 15 - 20 menit dari Gili Meno ke Gili Trawangan dan sesampainya di sana gue langsung disambut oleh ratusan manusia yang sedang berkumpul di dermaga Trawangan. Gileee ndrooo rame bangettt.....!!!
Kesan pertama gue sama Gili Trawangan ini adalah pulau ini beneran cocok buat yang mau party-party dan membakar Rupiah. Banyak banget kafe, bar, sampai tempat makan yang menurut gue harganya selangit. Nah, ada satu hal wajib yang harus gue coba di sini dan karena udah diniatin dari awal pergi, yaitu nyobain es krim Gili Gelato! Yeaaaaa!! Ice Creaaaam!!! Es krim katanya fenomenal banget di seantero Gili Trawangan. Pertama kalinya sih gue pikir cuma ada satu penjual di keseluruhan pulau, tapi ternyata ada beberapa gerai dan sebenernya sama aja. Setelah gue sampai di kedai es krimnya yang tertempel stiker penghargaan dari TripAdvisor itu gue langsung meminta 2 scoop es krim. Harga 1 scoop-nya 20 ribu, 2 scoop 30 ribu, dan 3 scoop 50 ribu. Sebenernya gue suka banget es krim cokelat, tapi kan nggak asyik siang-siang panas terik makan es krim cokelat. Gue pikir enak banget kalau nyobain yang rasa buah, ulala.. Rasa pertama yang gue pilih adalah mangga dan kedua adalah mix berry. Rasanya? yang mangga enak banget, mirip jus mangga asli tapi dibuat es krim. Nah yang mix berry ini teksturnya nggak selembut mangga tapi punya rasa yang lebih kecut. Enaaaaaak pokokeee!!
Gue makan es krim sambil jalan kaki ke arah penginepan. Es krimnya cepet banget meleleh, karena kalah sama panas teriknya Gili Trawangan saat itu. Jarak dari dermaga ke penginapan yang gue pesen sebelumnya ini lumayan jauh, karena memang nggak berada di pusat hiruk pikuk. Berada di tengah pulau dan jalan pun mulai berubah tanah berdebu, apalagi kalau udah ada delman dan sepeda yang lewat, wusssss.... Kagetnya pas lagi asyik jalan kaki gue melewati sebuah kuburan, yang gue pikir lagi “wah agak PR nih nanti malem lewat sini sendirian”. Penakut lu ki!
Trawangan yang ramai wisatawan |
salah satu kedai es krim Gili Gelato |
siang terik di Trawangan, siapa yang ngiler liat beginian! |
Mango & Mix Berry |
menuju ke arah penginepan GiliKlapa Hostel |
Sesampainya di penginapan dengan basah kuyup karena keringetan kayak abis lari marathon, gue disambut dan berkenalan dengan owner hotelnya langsung (gue lupa nama si bapaknya). Mungkin karena liat gue megap-megap ngos-ngosan kali ya, si bapak langsung bilang ke salah satu anak buahnya "Tolong ambilkan satu botol air mineral untuk Mas Eki". Huahahahaha..... duh si bapak tau aja! Nggak pakai basa-basi satu botol air mineral langsung habis dalam sekejap. Nama penginapannya GiliKlapa Hostel dengan harga yang mungkin agak mahal buat satu orang. Nah lucu dan kagetnya, di sini nggak terima pembayaran tunai, hanya bisa debit, elah ribet deh!
Nah iya, mungkin ada yang nanya "kenapa nggak sewa sepeda aja dari dermaga biar nggak jauh ke penginapannya?". Ya, gue nggak sewa sepeda di sana karena katanya hotel ini juga menyewakan sepeda dengan harga yang lebih murah untuk siapa yang menginap di tempatnya. Saat itu gue yang masih berada di depan meja receptionist-nya menanyakan tentang penyewaan sepeda ini. Si bapak mengatakan akan di cek dan disiapkan nanti. Okelah gue siap keluar di sore hari menjelang sunset pakai sepeda yang akan disiapkan itu.
Setelah itu gue diantar ke lantai 2 dan alangkah kagetnya gue ketika melihat bentuk hotelnya. Ini ceritanya kan konsepnya bambu-bambu gitu dan semua materialnya pakai bambu. Sampai dinding pembatas antar kamarnya pun bambu yang disusun dan dirapatkan satu sama lain. Terbayang nggak? Apa yang bikin kaget? Iyaaaa, celah-celah antara susunan bambu-bambunya nggak rapet, jadi situasi kamar sebelah atau kamar sebelah melihat isi kamar gue itu bakal kelihatan. Nah menyangkut hal ini ada hal lain yang beneran bikin sebel, gue ceritain di bawah ya.
Lanjut, kebetulan ini pilihan kamarnya cuma ada yang model twin bukan double. Tau kan bedanya? Nah gue memutuskan kasur satunya buat naruh barang-barang gue di sana. Ini gara-gara temen yang nakutin kalau-kalau terbangun tengah malem dan tiba-tiba liat ada yang tidur di kasur satunya, padahal gue sadar kalau lagi jalan-jalan sendiria, kan kampret!
Sekitar 1 jam gue rebahan dan mengistirahatkan badan, berencana keluar sekitar jam 5 sore. Nah pas gue lagi asyik bongkar-bongkar tas, gue lupa banget kalo masih bawa bungkusan martabak manis yang nggak habis semalem dan ternyata masih enak, yaudah lumayan buat ngganjel perut. Setelah istirahat kelar, gue pun siap pergi untuk melihat sunset di Gili Trawangan. Turunlah gue ke meja receptionist dan menanyakan sepeda yang sudah dijanjikan sebelumnya. Namun, lagi-lagi bikin sebel karena ternyata sepedanya sudah habis dipesan, rghhhh! Kemudian gue di kasih tau kalau ke arah Hotel Ombak Sunset ada banyak tempat persewaan sepeda. Oke gue agak tenang saat itu karena emang mau ke arah sana buat lihat sunset. Tapi kampretnya adalah ternyata setelah sampai di sana, di daerah Hotel Ombak Sunset yang katanya ada penyewaan sepeda ternyata sama sekali nggak ada, kenapa harus bohong sih?
Yasudah, dengan semangat 45 gue memutuskan buat jalan kaki ke arah pelabuhan dengan rute setengah Pulau Trawangan ini yang nggak ada jalan pintasnya. Mau balik lagi ke arah hotel juga sama aja jauhnya, okelah hitung-hitung gue di sini bakar kalori buat nurunin berat badan, hahaha *pret kii..!! Oh iya, suasana di bagian barat Gili Trawangan ini kontras sama suasana di timurnya (dekat dermaga), di sini cenderung lebih sepi tapi banyak kafe mahal yang menjual pemandangan matahari tenggelam. Kalau di timur Gili Trawangan jauh lebih ramai, banyak restoran, dan warung-warung makan murah di sana. Berhubung saat gue di Gili Trawangan ini masih termasuk musim liburan (1 Januari), jadi banyak wisatawan di sini yang berbondong-bondong buat melihat sunset. Ada titik point atau spot favorit yang mainstream di barat Gili Trawangan buat foto-foto yaitu ayunan tepi lautnya Hotel Ombak Sunset. Ternyata jumlah ayunannya ada 3, gue pikir cuma 1. Ternyata lagi nggak cuma Hotel Ombak Sunset yang punya ayunan ikonik seperti itu, ada beberapa hotel lagi yang punya ayunan seperti itu buat spot foto-foto.
jalan sehat sore hari menelurusi Trawangan |
lucu ya pohonnya! |
kafe-kafe yang baru saja mengadakan party-party tahun baruan |
spot ayunan yang mirip punya Hotel Ombak Sunset |
pohon unik lagi! Haha... |
suasana sunset di Trawangan |
sunset di Trawangan |
matahari yang semakin tenggelam di ufuk barat Trawangan |
Agak bergeser sedikit dari spot ayunan favorit itu buat berhenti sejenak menikmati pemandangan matahari tenggelam di Gili Trawangan. Rasanya beneran luar biasa banget bisa melihat sang surya perlahan meninggalkan peraduannya di ufuk barat. Duileeeeh… Aaaaaah nggak pengen balik Jakarta rasanya kalau inget momen itu. Sampai hari mulai gelap, lampu-lampu kafe, restoran, dan hotel pun mulai banyak yang dinyalakan satu per satu. Waaaww!! Trawangan berubah menjadi sebuah pulau dengan kehidupan yang glamour nan mewah di kala malam. Yeaaa, kehidupan Gili Trawangan baru saja dimulai.
Ketika berjalan kaki dan sudah mendekati daerah dermaga, gue melihat ada satu swalayan yang di depannya berjajar banyak sepeda. Gue pun masuk ke dalem sekalian membeli minuman karena hausnya bukan main. Gue sebenernya pengen pinjam sepeda yang ada keranjangnya, bukan karena apa, itu keranjang buat naruh tas kamera gue. Tapi ternyata yang tersisa hanyalah sepeda jenis fat bike, sepeda yang rodanya gede banget. Ebuseet bu mentang-mentang gue gede, di kasih yang gede juga! Haha... Okelah nggak apa-apa, gue sepedaan sambil mencari dimana letak Pasar Sentral Gili Trawangan, yang ternyata nggak perlu susah nyarinya karena lokasinya berdekatan dengan dermaga. Nah sialnya gue cuma bawa duit pas saat itu karena terpakai buat sewa sepeda 100 ribu/hari dan gue nggak bawa kartu ATM karena dompet ada di hotel, jadi mau nggak mau harus balik dulu ke hotel buat ambil uang.
Ternyata oh ternyata, ke arah GiliKlapa Hostel ini gelap gulita men jalanannya. Nggak keliatan beneran jalannya. Bule-bule yang lewat banyak yang menyalakan flash dari hp-nya sebagai penerangan jalan, gue pun melakukan hal yang sama. Perjuangan banget balik ke hotel, ditambah itu jalanan berpasir dengan sepeda yang beneran berat banget buat di kayuh karena ban raksasanya itu lo. Kurus dah gue di sini, kurus! Makin masuk ke dalem makin sepi wisatawan dan gue baru inget kalau siang tadi gue melewati kuburan menuju hotel. Mana itu kuburan, mana! Dengan sok stay calm gue melewati kuburan dengan perlahan, hiyaaaaa serem ughaa..
lampu-lampu restoran dan kafe sepanjang jalan Gili Trawangan pun mulai dinyalakan |
banyak kafe-kafe mahal disini... |
semakin malem semakin asik buat jalan kaki |
Gue gampang banget haus di sini, jadi gue mampir ke sebuah toko dan membeli air minum botol 1 liter. Oh iya, di sini air mineralnya nggak ada merek Aqua ya, mereknya Narmada yang katanya sih merek lokal dan berasal dari mata air di Lombok. Oke, sesampainya di Pasar Sentral Gili Trawangan, gue liat banyak banget yang berjualan makanan, mulai dari seafood, bakaran, gorengan, burger, kebab, martabak, dll. Gue memilih satu warung tenda yang menyajikan menu prasmanan dan gue makan saat itu pakai opor ayam, sayur buncis, dan bakwan, semuanya itu cuma abis 25.000 doang!!
suasana di Pasar Sentral Trawangan |
rame para pembeli dan pedagang di Pasar Sentral |
Perut kenyang dan balik ke penginapan, lalu sebuah kejadian yang nggak akan pernah terlupakan terjadi di sana. Di atas tadi kan gue cerita ada hal di hotel ini yang bikin gue sebel, salah satunya ini. Jadi, pas gue lagi lagi rebahan santai di kamar sambil mainan hp, ada sesuatu yang luar biasa terjadi di sebelah kamar gue. Di atas udah gue jelasin, pembatas antara kamar di GiliKlapa Hostel ini bambu-bambu yang disusun, nah tau lah pasti masih ada rongga yang kelihatan antara bambu satu dengan bambu yang lain, udah terbayang belum? Eeeh ada yang “gituan” dong di kamar sebelah dan kelihatan men, oh my god! Itu bangunan hotel bergoyang semua dan bergerak kenceng banget. Hampir sekitar 20-30 menit gue berasa aneh di kamar sendiri dan bingung harus apa, ah kampret!
REVIEW HOTEL
Nama: GiliKlapa Hostel
Reservasi: Booking.com
Harga: Rp 450.000,-/malam (Fan
Twin Bed with Shared Bathroom) + Breakfast
Selengkapnya ada di sini ya http://www.ikutilangkahkaki.com/2016/01/giliklapa-hostel-menginap-di-tengah.html
PENGELUARAN:
Tiket Kapal Nyebrang ke Gili Meno:
Rp 14.000,-
Buah Naga:
Rp 25.000,-
Air Mineral:
Rp 5.000,-
Makan Nasi Campur + Air Mineral:
Rp 25.000,-
Tiket Kapal Nyebrang Gili Meno ke Trawangan: Rp 35.000,-
Es Krim Gili Gelato:
Rp 30.000,-
Sewa Fat Bike:
Rp 100.000,-
Air Mineral:
Rp 5.000,-
Makan Malem Nasi Opor Ayam + Bakwan: Rp 25.000,-
Air Mineral Besar: Rp 7.000,-
Fanta Kaleng:
Rp 10.000,-
GiliKlapa Hostel:
Rp 450.000,-
TOTAL PENGELUARAN DAY 2 :
Rp 731.000,-
wiiii jadi ini hasil cuti nya? keren sih, fotonya kurang tapi ki, kurang objek pendukung :p. Semoga next foto jalan2 nya ga cuma tangan pegang es krim aja ya ki, hahahaha :p
ReplyDeleteWah beneran jadi pengen juga nyoba solo traveler, dan Trawangan juga destinasi yang oke banget. Seru banget yak sepertinya disana :D
ReplyDelete