[LOMBOK Day 1] Selamat Tahun Baru 2016 dari Senggigi Lombok!!!



Sebenernya rencana ke Lombok ini udah kepengen dari lama banget, bahkan dari saat gue pergi ke Bali beberapa tahun yang lalu. Akhirnya di bulan Agustus tahun 2015 kemarin, niatan pergi ke Lombok ini menguat kembali karena pengen tahun baruan liat kembang api di tempat yang berbeda dan dengan kebetulannya pas mau ada Garuda Indonesia Travel Fair di bulan September. Makin makin deh tu gue semangatnya kayak apa, gue terus nabung dan beruntungnya saat itu lagi ada tawaran ngerjain kerjaan freelance yang gajinya kalau dihitung-hitung lumayan bisa buat beli tiket pesawat. Alhamdulillah-nya gaji freelance bisa turun beberapa hari sebelum hari H event travel fair-nya Garuda, yeeeeeeey!! Syubidam dara dududududu………~~~~ Acaranya berlangsung di JCC Senayan yang deket banget sama kantor, akhirnya malam hari selepas jam kerja gue langsung pergi ke JCC dengan temen. Tiket masuknya kalau nggak 30.000 Rupiah. Gue puterin lokasi acaranya dan sudah benar-benar siap membawa catatan kertas dan pulpen.

Sebenernya gue udah tau tujuan utama di sini yaitu menuju ke booth TX Travel *inibukanpromosi* *guegakdapetroyalti*. Gue mendapatkan saran dari temen kantor yang juga pernah ke Lombok, katanya doi bisa dapet tiket pulang pergi Garuda cuma 800.000 Rupiah. Whaaaaat!!! Bayangin kurang murah apa coba itu dan karena itulah juga gue jadi semangat 45 buat ke Lombok. Pertama gue di kasih harga 1,5jt PP u/ tanggal yang super high season dan itu masih termasuk murah. Tapi gue nggak memutuskan dengan cepat begitu aja, gue kembali muterin beberapa booth travel agent yang ada di sana, yang hasilnya jauh lebih mahal. Malah ada yang mematok harga 2,8jt PP, wahahahaha....!!! Akhirnya gue kembali lagi menuju TX Travel dan langsung membayarnya karena emang takut kehabisan. Gue pun dapet tiket PP Garuda 1,5jt untuk keberangkatan tanggal 31 Desember dan kembali ke Jakarta pada 5 Januari di sore hari, senangnya bukan main saat itu!

Lombok Hari ke-1 (Kamis, 31 Desember 2015)
Pantai Senggigi

Bangun pagi dengan penuh semangat karena di saat yang lain masih kerja, gue cuti. Hari terakhir di 2015 ternyata paginya di guyur hujan dan gue berangkat menuju bandara dengan menggunakan GrabCar. Tujuannya adalah terminal 2F dengan biaya yang tercantum sebesar 92.000 Rupiah, belum termasuk biaya tol dan parkir di bandara. Ada cerita dari si bapak driver-nya, dimana katanya doi baru selamat dari maut pagi itu. Whaaat!! Katanya saat doi mau keluar dari pintu tol Slipi Palmerah, ada truk di depan mobilnya yang ngebut dan nabrak pembatas jalan, nah truk tersebut terlempar dan terbalik hampir menimpa mobilnya. Beruntungnya si bapak driver ini langsung tancap gas dan hanya menyenggol sedikit pada bagian belakang mobilnya.

Gue berangkat dari Slipi sekitar jam 7 pagi dan tiba di bandara jam 9. Gilee lu ndroo, flight masih jam 11 udah berangkat jam segitu! Haha.. Ya, daripada gue bengong sendiri di kos-kosan nungguin jam berangkat, mendingan nunggu di bandara deh sekalian cuci mata. Gue pun belum sarapan dan membeli sebungkus Roti'O dan air putih untuk sekedar mengganjal perut yang kelaperan. Sekitar jam 10an, gue pun masuk ke dalam gate yang sudah diarahkan. Gue nggak perlu lagi mengantre check-in dengan antrian yang super panjang, karena saat itu gue udah melakukannya secara online beberapa hari sebelum keberangkatan. Garuda membuka sistem check-in online-nya 24 jam sebelum keberangkatan. Nah keuntungan lain dari check-in online ini adalah kita akan mendapatkan kesempatan untuk memilih kursi yang diinginkan. Nah pada kondisi awal, gue ditempatkan di sebuah kursi kehormatan yaitu emergency seat dan gue sudah mendapatkan 3 kali kursi pesawat di emergency seat. Kenapa gue bilang terhormat? Terhormat karena memang maskapai nggak memilih acak buat siapa saja yang berhak duduk di sana, mereka akan menyortir dan memilih berdasarkan usia, kesehatan fisik, dan riwayat sakit, dll. Coba deh perhatiin jika kalian naik pesawat, nggak ada dari mereka misal Ibu-Ibu, lansia, atau anak-anak yang ditempatkan di baris kursi darurat. Ada satu kelebihan lagi jika lo ditempatkan di baris kursi darurat, dimana akan mendapatkan legroom yang lebih luas daripada baris seat lainnya. Nah, mohon maaf banget nih Garuda, kali ini gue mutusin untuk pindah dari kursi darurat. Bukannya apa, tapi lagi pengen nyantai aja dan rileks untuk nggak memikul tanggung jawab yang cukup berat. Akhirnya, gue pindah 2 baris di depan kursi darurat.

masih bau plastik baru banget mobilnyaa... GrabCar
Lomboooook..... :D
Lalu, proses keberangkatan Garuda ini memang gue acungi jempol. Proses dari open gate sampai kita naik ke pesawat cepet banget, nggak seperti kebanyakan maskapai yang masih harus menunggu lama di ruang tunggu. Nah, seperti biasa karena posisi pesawat nggak dekat dengan bangunan gedung, maka mengharuskan penumpangnya untuk naik bis pengantar terlebih dahulu untuk menuju pesawat. Berhubung gue pergi di high season, hampir semua kursi terisi penuh oleh penumpang, namun entah mengapa kursi di samping gue kosong. Isinya dominan anak kecil, di depan gue, di belakang gue, dimana-mana. Jadinya suasana kabin pesawat sangat berisik oleh cuap-cuap anak kecil dan bahkan ada yang menangis. Okelah, gue berusaha keep calm karena udah nyangklongin (bahasa baku-nya apa ya?) earphone dan tinggal gue play, semua masalah beres!

Sebelum mengudara, para pramugari Garuda yang cantik ini menawarkan permen kepada setiap penumpangnya. Ramah sekali! Ya memang nggak mengherankan sih kelas ekonomi-nya garuda mendapatkan penghargaan dari SkyTrax à World's Best Cabin Staff 2015 World's Best Economy Class Airlines. Dan maskapai-nya sendiri pun di tahun 2015 masuk dalam The World's Top 20 Airlines 2015 di urutan ke-8. Ini bukan pertama kalinya gue naik Garuda, kesan pertama naik Garuda justru di kelas Bisnis. Dimana pada cerita sebelumnya, gue beneran kebingungan mencari layar monitor yang ternyata letaknya terlipat pada sandaran kursinya. Berbeda dengan kelas ekonominya, dimana layar monitor berada di bagian belakang seat-nya.
Boeing 737-800
seat baris depan, jadi naik dari pintu depan
Perjalanan 2 jam menuju Lombok, gue isi dengan menonton sherlock holmes yang masih cukup menarik untuk ditonton ulang. Nah, ada yang lucu di sini dan jatohnya sih gue yang norak sepertinya. Ketika kebingungan menggunakan headset-nya Garuda, bingung bukan nggak bisa menggunakannya. Namun lebih kebingungan apakah berbayar atau gratis untuk menggunakan fasilitas tersebut. Sampai kemudian gue melihat orang di seberang baris yang menggunakannya dengan tenang. Yasudah, gue pun ikutan membuka bungkusnya dan memakainya untuk mendengarkan suara dari layar entertainment-nya. Berselang 20 menit mengudara, tanda sabuk pengaman pun mati. Pramugari-pramugari mulai berlalu-lalang dan siap membagikan makan siang kepada setiap penumpangnya. Dimulai dari urutan seat terdepan, dimana sayup-sayup gue mendengarkan pilihan menunya adalah Nasi Goreng Ayam atau Mie Goreng Ikan. Tadinya gue ingin memesan nasi gorengnya, namun setelah sampai di baris gue duduk, menu tersebut sudah habis karena banyak dipesan. Alhasil membuat gue mendapatkan mi goreng ikannya dan untuk minumnya gue pilih jus jambu with ice... hahahah (*seriusan gue bilang seperti itu kepada pramugarinya). Haha..

Rasa mi gorengnya enak dan saus sambalnya pun pakai belibis. Bagi kalian yang sudah tahu rasa dari saus ini, tentunya nggak perlu gue cerita lagi kan gimana enaknya? Pencuci mulut yang disajikan berupa puding markisa dari Inaco. Setelah perut kenyang, gue merebahkan kursi untuk sedikit santai. Namun lagi-lagi, penerbangan kali itu benar-benar berisik oleh banyaknya anak kecil. Terlebih lagi anak kecil yang duduk di depan gue ini berdiri dan loncat-loncat di bangkunya. Nggak hanya itu, anak yang duduk di belakang gue pun kakinya menendang-nendang kursi yang gue duduki. Arghhhh....
in-flight entertainment
saatnya makaaaan...
mi-nya enaaaaak....
Tiba sekitar pukul 2 siang dan bandara Lombok benar-benar ramai seperti pasar di musim liburan. Gue langsung pergi ke arah luar dan mencari dimana letak loket penjualan bus damri. Tiket damri jurusan Mataram mempuyai tiket berwarna biru dan ternyata bisnya berukuran kecil. Gue awalnya mengira kalau bisnya berukuran sama seperti yang ada di Jakarta. Gue kebagian duduk di paling belakang yang beneran nggak enak banget, sekalinya ada jalan rusak atau polisi tidur gue langsung mental-mental.

Menginjakkan pertama kalinya di tanah NTB, menurut gue nggak seasing ketika pertama kalinya berkunjung ke Sumatra atau Bali. Kenapa? Ya, karena memang di sini mayoritas adalah umat muslim, jadi yang gue lihat sepanjang perjalanan dari bandara menuju Mataram adalah masjid-masjid dan rumah penduduk umum seperti di tanah Jawa. Berbeda ketika berkunjung ke Bali, dimana dominan yang adalah rumah dengan pura-pura adat khas Bali yang unik. Setibanya di pool Damri pada pukul 3 sore, gue udah janjian dengan Mas Belen, doi seseorang yang mempunyai travel agent di Lombok, gue kenal di forum Lombok Backpacker di facebook. Mas Belen menyewakan motornya ke gue selama 5 hari dengan harga 60.000 Rupiah per hari nya dan minjem motor di Mas Belen ini syaratnya nggak ribet seperti kebanyakan rental motor lainnya. Hanya menyerahkan KTP asli aja, itu saja cukup. Gue di kasih motor Vario baru berwarna hitam yang masih enak banget dikendarai. Tapi emang, sejauh gue mendapatkan motor rental, helm-nya pasti selalu nggak bener dan nggak nyaman buat dipakai, haha..
bis kecil milik Damri
sampai di pool bis Damri Suweta Mataram
Setelah mendapatkan motor, gue langsung mengarahkan motor menuju daerah Senggigi, yang sejatinya gue nggak tahu itu ke arah mana. Akhirnya membuat gue menggunakan teman kesayangan selama traveling yaitu Waze. Sampai akhirnya setelah muter sana muter sini dan sedikit nyasar, sampailah gue di Sendok Hotel Senggigi sekitar pukul 4 sore. Gue dapet welcome drink berupa orange juice yang beneran seger banget sore itu. (*ah tau aja emang lagi haus dan kepanasan). Gue kemudian diantar menuju kamar yang terletak di paling ujung belakang. Sekitar 1 jam gue bersantai, merebahkan badan, dan beristirahat, handuk mandi pun diantarkan ke kamar oleh petugas hotel dengan ramahnya. 

Sekitar pukul 5 sore gue memutuskan untuk keluar melihat sunset di Pantai Senggigi. Gue bertanya kepada receptionist hotel, yang memberitahukan kalau menuju pantai hanya 5 menit aja dengan berjalan kaki. Benar, jalan menuju Pantai Senggigi ini berada di seberang hotel gue menginap saat itu. Sepanjang jalan menuju Pantai Senggigi ini juga banyak kafe dan hotel mewah seperti di Legian atau Kuta. Sesampainya di pantai, ternyata udah ramai oleh mereka-mereka para pemburu sunset. Banyak juga bocah-bocah yang asyik berenang dan loncat dari dermaga sembari menunggu matahari terbenam di sini. Nah ada hal lucu nih ketika gue di sini, pas lagi asyiknya foto, nah di sebelah gue ada 2 orang Ibu-Ibu yang lagi selfie. Salah satu Ibu tersebut sepertinya lagi merekam video dan doi merekam sambil muter-muter dan nyetel lagu one last time-nya Ariana Grande, mantap buk! 

Setelah puas berfoto dan menyaksikan langsung matahari tenggelam dengan indahnya, gue kemudian menyambangi salah satu warung makan yang berada di Pantai Senggigi ini. Warung makan yang gue lihat menjual nasi bungkus di depan warungnya. Duduk manis lah gue di bangku warung tersebut dan memesan nasi campur dengan segelas es teh. Ternyata rasanya pedes banget nget nget, kalau yang nggak kuat pedes nggak gue saranin deh makan ini, tapi ya lumayan untuk mengganjal perut gue yang kelaperan saat itu. Setelah perut kenyang dan tenaga terisi kembali untuk berjalan kaki sepanjang jalan raya di Senggigi ini. Ya, di sepanjang Jalan Raya Senggigi ini banyak banget kafe, restoran, bar, money changer, travel agent, dll. Di sini sedang ramai mungkin karena memang akan ada perayaan tahun baru yang membuat banyak penjagaan dari polisi.

Setelah puas sekaligus capek berjalan kaki sepanjang Jalan Raya Senggigi, gue kembali ke arah hotel. Nggak jauh dari hotel, gue liat pedagang martabak yang ramai pembeli, mampirlah dan membeli se porsi martabak manis pisang cokelat. Waktu menunjukkan pukul 8 malam dan masih terlalu lama untuk pergi ke Pantai Senggigi buat lihat kembang api. Memutuskan kembali ke kamar, upload-upload foto, sambil makan martabak yang barusan dibeli. Nah di sini gue bingung dan baru sadar kalau waktu di jam tangan belum diganti waktunya menjadi WITA. Ngeh ketika gue melihat jam tangan masih jam 10, tetapi jam di hp ternyata sudah jam 11. Otomatis langsung bergegas keluar dan berjalan kaki lagi menuju Pantai Senggigi bergabung bersama wisatawan lainnya yang ingin menikmati pergantian tahun baru. Bener aja, jalan raya udah rame dan penuh dengan orang, motor, dan mobil yang mau ke arah pantai. 
orange juice for welcome drink
jalan menuju Pantai Senggigi.
pintu masuk Pelabuhan Senggigi, sebelah Kila Villas
banyak penjual nasi bungkus murah di sini
banyak anak-anak berenang di sini...
indahnya sunset di Senggigi
manjain mata banget ini
Nah kejadian apes bin buntung terjadi di sini. Gini, kan gue bawa Xiaomi Yi sama tongkatnya tuh, nah agak ribet kalo gue pegang-pegang, di tas kamera ada slot sabuk. Gue taruh lah tongkat itu di sana, dan kameranya sendiri gue taruh di dalem tas. Nah di tongkat itu juga ada mur yang buat mengencangkan antara tongkat sama case underwater-nya. Terus gue mampir lah ke Indomaret samping hotel buat beli minum, setelah keluar gue periksalah tongkat yang masih nyangkut di tas. Tapiiiiiii, mur pengencang-nya itu hilaaaang. Anjiiir apes banget gue, ini baru hari pertama dan masih ada beberapa hari ke depan di sini, gue foto selfie pake apaaa. Nah, logika-nya kan pasti jatuh nggak jauh antara kamar, hotel, dan indomaret. Gue puterinlah 3 kali jalur yang tadi gue lewatin dan tetep aja nggak ketemuuuu… Ah kampreet!! 
ada pos Polisi untuk penjagaan malam tahun baru
radler disini iklannya pake billboard cuy...
kafe-kafe buat nongkrong di sekitaran Senggigi
Yasudahlah apa mau dikata, gue langsung cabut ke pantai sekitar jam setengah 11 malem. Sebenernya masuk ke Pantai Senggigi ini kita dikenakan biaya retribusi 1.000 Rupiah. Nah, waktu itu kebetulan gue nggak bawa receh dan ngasih uang 50.000 ke petugas di sana. Terus mungkin karena nggak ada kembalian kali ya, petugasnya ngasih tiket ke gue dan uang 50.000-nya juga di kasih lagi. “Masuk aja mas udah gpp, ini tiketnya” ujar si mas petugas. Wewww!! Baiklah.. Sesampainya di pantai, udah rame banget sama orang-orang yang nungguin pergantian tahun. Waktu pun terus berputar dan mendekati jam 12 malem dan semua orang pun semakin meriah.

[12:00] Teeeeeet…..teeeeeet….teeeeeet…… suara terompet pun bersorak-soray, tapi anehnya kok belum ada yang nyalain fireworks-nya ya. Dalem hati gue, ini nungguin apa, kan udah jam 12? Ternyata eh ternyata mereka di sini nunggu fireworks dari hotel/resort pinggir pantai. 5……4…….3…….2……1…. Wuuusssssssss……………. kembang api pun kemudian bersahutan memancarkan cahaya warna-warninya di langit hitam. Jujur ini adalah tahun baru paling indah yang pernah gue rasakan, walaupun gue sendiri tapi gue nggak merasa sendirian. Entah kenapa gue merasa bahagia saat itu. :’) duileeeeh.... Kembang api pun masih terus bersahut-sahutan sampai hampir setengah jam lamanya. Setelah selesai dan habis, gue pun langsung bergegas pulang ke hotel.
salah satu villa yang bakal nyalain kembang api..
HAPPY NEW YEAR 2016....!!!
HAPPY NEW YEAR 2016....!!!
Oia sebenernya gue janjian mau ketemuan sama temen dari forum Lombok Backpacker namanya Ashar yang katanya mau tahun baruan di Senggigi juga. Tapi ternyata doi terjebak di pool Damri Mataram karena baru flight dari Jakarta jam 8 malem. Komunikasi pun susah selama di Pantai Senggigi karena saking ramenya pengunjung dan mungkin rebutan sinyal juga. Ashar nggak dapet Damri karena udah kemaleman dan katanya arah Senggigi juga udah macet total. Alhasil gue bilang ke Ashar, kalau nanti sampai Senggigi kabarin aja telepon kalau perlu, soalnya takutnya gue udah ketiduran. Dan bener aja Ashar sampai di Senggigi dan nelpon gue sekitar jam 4 pagi. Gue keluar hotel buat nemuin Ashar. Ebuseeeeet ternyata di depan Sendok Hotel ini masih banyak orang yang party dengan suara soundsystem yang luar biasa kencengnya. Gue pun keluar dengan nyelip-nyelip diantara mereka. Salah seorang di sana bilang ke gue “mas ganggu ya? kenceng banget musiknya?”, gue jawablah “oh gpp nyantai-nyantai”. Ya gue nggak masalah, karena ini hal yang wajar lah ya selama mereka juga nggak melakukan hal yang merugikan atau berlanjut ke hal kriminal.

Okelah, Ashar pun tiba dan kami pun beristirahat di kamar sembari bercerita sampai nggak sadar ternyata jam 5 pagi di sini matahari udah terbit. :O

REVIEW HOTEL -> 
Nama: Sendok Hotel
Reservasi: Pegipegi.com
Harga: Rp 150.000,-/malam (Fan) with Breakfast (Potongan diskon 50% dari promo pegipegi.com) **normal price Rp 300.000,-
Selengkapnya ada disini yah http://www.ikutilangkahkaki.com/2016/02/sendok-hotel-menginap-di-pusat.html

PENGELUARAN
GA CGK-LOP: Rp 750.000,-
GrabCar ke Bandara: Rp 100.000,-
Parkir Grand Slipi Tower: Rp 3.000,-
Tol Dalam Kota: Rp 9.000,-
Roti’O + Aqua Botol: Rp 20.000,-
Damri Bandara – Mataram: Rp 25.000,-
Sewa Motor 5 Hari: Rp 300.000,- (Mas Belen 0877-6306-1938)
Bensin Full Tank: Rp 36.000,-
Nasi Campur + Es Teh: Rp 15.000,-
Fruittea: Rp 5.000,-
Martabak Manis Pisang Coklat: Rp 19.000,-
Aqua Botol: Rp 3.000,-
Sendok Hotel: Rp 150.000,-
TOTAL PENGELUARAN DAY 1: Rp 1.435.000,-

Comments

  1. Panjang banget ceritanya. Tapi seru. Saya juga habis dari Lombok bulan November kemarin. Beberapa sudah saya tulis di blog. Monggo berkunjung :)

    ReplyDelete

Post a Comment