Banyak yang
beranggapan wisata di Saung Angklung Mang Udjo sebagai wisata yang mainstream
dan turistik. Mungkin karena anggapan itu juga yang membuat sebagian besar kaum
milenial banyak yang mengurungkan niat untuk pergi ke Saung Angklung Mang Udjo,
walaupun sebenarnya mereka sudah sering pergi ke Bandung, salah satu contohnya
adalah gue sendiri *peace bro!
Betul, gue
termasuk yang sering bolak-balik pergi ke Bandung, tapi baru kali ini
memantapkan niat untuk pergi ke Saung Angklung Mang Udjo. Lokasinya berada di
Jl. Padasuka No.118, Pasirlayung, Cibeunying Kidul, Kota Bandung. Ada kesan
pertama yang langsung membuat gue heran, yaitu lokasinya.
Akses jalan masuk menuju ke lokasinya terbilang sempit, mengharuskan kita
melambatkan laju kendaraan saat bertemu dengan kendaraan lainnya, apalagi jalan
kecil ini terbilang jalan padat dan ramai. Namun ketika sudah sampai di
lokasinya, area parkirnya ternyata besar dan luas, bahkan gue melihat ada bis
pariwisata yang sedang terparkir di sana. Wait what?! *membayangkan
bis masuk lewat gang sempit.
|
suasana sore hari di halaman depan Saung Angklung Mang Udjo |
|
nah ini parkirannya luas banget dan ada bis besar tuh |
Sampai di Saung
Angklung Mang Udjo sekitar jam 4 sore, di mana pertunjukkan sudah terlewat setengah
jam. Pementasan rutin di sini ada setiap hari dan dimulai pada pukul 15:30
sampai 17:00 WIB. Jadi kalau nggak mau terlewat sedikit pun dari pementasannya,
maka usahakan datang lebih awal dan harus mengalokasikan waktu untuk terjebak
macet juga.
Harga tiket
masuk Saung Angklung Mang Udjo sebesar Rp70.000, kita akan mendapatkan sebuah
kalung berhiaskan angklung kecil yang imut. Tiketnya juga bisa ditukarkan satu
botol minuman dingin atau dengan satu tangkai es potong. Hehe, udah tau kan gue
pilih apa? Tentunya yang menyehatkan, es potong?!
Oke, dari awal
ketika akan pergi ke sini, ekspektasi gue nggak berlebihan, tapi justru dengan
ekspektasi yang nggak berlebihan itulah yang membuat Saung Angklung Mang Udjo
ini terasa spesial dan menyenangkan. Pementasannya sama sekali nggak
membosankan dan bahkan “membuka mata” akan keanekaragaman budaya dan kesenian
di tanah air tercinta ini.
|
nona cantik ini jadi MC-nya |
Pementasannya
terdiri dari beberapa bagian, dimulai dengan pagelaran singkat wayang golek dan
wayang kulit, kemudian helaran (keriaan saat mengiringi upacara tradisional
khitanan ataupun saat upacara panen padi), selanjutnya ada penampilan berbagai
macam tari-tarian nusantara, kemudian kita akan disuguhkan alunan musik dari
band dengan alat musik tradisionalnya yaitu arumba (Alunan, Rumpun,
Bambu).
Kemudian anak-anak kembali ke panggung pentas untuk memainkan angklung secara
massal sampai kemudian mereka membagikan angklung satu per satu kepada setiap
penontonnya.
|
sederetan wayang golek khas Sunda yang dipentaskan secara singkat di sini |
|
biasanya nonton wayang kulit, baru kali ini lihat wayang golek langsung |
|
penonton di hari libur ramai di sini (iyalah Eki!) |
|
tarian kuda lumping yang khas dari tanah Jawa |
|
duh lupa ini mereka pada nari apa.. |
|
yak, tari topeng khas Cirebon |
|
jadi sangar.. |
|
tari kipas dari Sulawesi Selatan |
|
band yang memainkan alat musik arumba |
|
bermain angklung bersama anak-anak |
|
tau kan? iya, ini tarian khas dari tanah Irian |
Jadi setiap
penonton akan mendapatkan 1 angklung dengan tangga nada yang berbeda. Kebetulan
gue mendapatkan tangga nada “Fa” yang dituliskan dengan angka 4 dan dengan
penamaan “Bali” di bagian sisi bawah angklungnya. Ini adalah bagian pementasan
yang paling ditunggu, paling menarik, dan juga paling lama waktunya, yaitu
bermain angklung bersama.
Dipimpin oleh seorang konduktor muda yang sangat sabar mengajari kepada
penonton yang mungkin pertama kalinya memegang alat musik angklung ini, begitu
juga dengan guyonannya yang membuat suasana menjadi tidak membosankan.
Berlatih untuk
membunyikan angklung yang masing-masing pegang sesuai dengan instruksi
konduktor di bagian awal-awal sangat mudah, sampai pada akhirnya kita harus
mengikuti instruksi yang membentuk satu kesatuan nada dasar sebuah lagu dengan
perpindahan yang cepat antar tangga nada. Walaupun si konduktor sudah
memberikan kode tangan untuk setiap tangga nada, ternyata ini susah-susah seru,
tapi menyenangkan.
|
nah ini Bali dan Sulawesi, Bali itu "fa" sedangkan Sulawesi itu "sol" |
|
ini pas bawain theme song-nya M.I keren banget! |
Ada 3 lagu yang
dibentuk dari alunan suara angklung yang sudah kita pegang masing-masing tadi,
sampai kemudian pementasan dilanjutkan dengan penampilan yang luar biasa dari
angklung orchestra, mereka membawakan theme song dari film
Mission Impossible yang dikemas secara apik dari lantunan suara angklung yang
indah.
Sampai di akhir pementasan, kita akan diajak untuk menari bersama-sama di
tengah panggung dan kemudian acara pun berakhir sekitar jam 5 sore lewat.
Comments
Post a Comment