Dilema dan Ironisnya Promosi Pariwisata di Media Sosial dan Televisi
Instagram? Salah satu aplikasi berbagi foto yang paling fenomenal saat ini
terutama di kalangan para traveler.
Bisa kita lihat betapa banyaknya akun-akun pribadi yang menampilkan hasil
foto-foto mereka pada saat mengunjungi berbagai tempat wisata di Indonesia dan
bahkan di dunia.
Hasil fotonya pun banyak yang bagus dan bisa diacungi jempol. Apalagi kalau mereka bisa mengambil
gambar dari perspektif berbeda, sehingga, walaupun berada di satu area tapi
mampu menghasilkan gambar berbeda dengan yang lain. Followers bertambah dan likes pun berdatangan setiap harinya.
Keinginan menjadi seorang traveler
dengan berlomba-lomba
meng-upload foto di Instagram semakin tahun semakin banyak. Apalagi dengan adanya tayangan My
Tr*p My Adventu*e di salah satu stasiun televisi swasta yang
membuat semua orang ikut-ikutan menjadi seorang traveler. Diikuti dengan demam kaos bertuliskan program acara itu
yang juga semakin banyak dijual di mana-mana. Menurut saya, acara tersebut cukup bagus dan banyak lokasi-lokasi
keren di Indonesia yang saya baru tau setelah menonton acara tersebut.
http://www.olarv.com/wp-content/uploads/2015/08/Ini-nih-komiknya-via-kyuri_komik.jpg |
Mengapa Menjadi Sebuah Dilema?
Namun, sebenarnya hal ini menjadi sebuah
dilema. Mengapa demikian? Memang, hal ini menjadi langkah terbaik dalam
mempromosikan pariwisata Indonesia ke khalayak ramai. Tempat-tempat
yang belum terjamah dengan keindahan alaminya, tempat-tempat populer yang ikut
kebanjiran pengunjung dalam menambah pemasukan daerah, dan sebagainya.
Sosial
media memang hebat dalam masalah ini dan sudah menjadi media marketing terbaik
di jagat online. Tidak butuh waktu lama untuk mengenalkan satu tempat/daerah
yang satu dan daerah yang lain, satu akun yang posting gambar,
komentar pun berdatangan dengan cc mereka ke teman-temannya.
Dan keesokan harinya mereka berbondong-bondong datang demi mendapatkan foto
yang menarik untuk dipasang di akun sosial media mereka.
Tetapi
hal inilah yang sebenarnya menjadi polemik dan obrolan di forum-forum traveler. Banyak dari mereka para traveler
wannabe yang tidak bertanggung jawab pada saat datang ke lokasi wisata
tersebut. Mencoret-coret aset wisata, merusaknya, membuang sampah sembarangan,
dll.
Banyak Kasus Perusakan Tempat Wisata
Kasus
yang baru-baru ini heboh adalah kebun bunga amaryllis di Gunung Kidul,
Yogyakarta yang hancur lebur karena kelakuan para pengunjung yang datang hanya
demi mendapatkan foto yang bagus namun dengan cara yang salah. Tidak hanya
kasus itu saja, banyak kasus-kasus lainnya seperti di Danau Air Tawar
Ranukumbolo dan Pulau Sempu di Malang yang saat ini rusak karena banyaknya
sampah hasil peninggalan para “traveler wannabe”
itu.
Kebun Bunga Amaryllis, Gunung Kidul Yogyakarta http://www.sapujagat.com/wp-content/uploads/2015/11/bunga-lily.jpg |
Tumpukan sampah di Danau Ranukumbolo, Bromo Tengger Semeru http://panduanwisata.id/files/2015/05/Sampah-di-Danau-Rinjani-wisatagunung.jpg |
Sampah di Pulau Sempu, Malang http://sg.image-static.hipwee.com/wp-content/uploads/2015/04/pc270048-750x477.jpg?b75e97 |
Gue nggak jarang melihat hal-hal seperti
itu, miris dan sedih rasanya. Saat berada di telaga warna Dieng sekumpulan
keluarga dengan asyiknya
makan kacang tanpa mengumpukan kulitnya dan membuang begitu saja di tanah
beserta bungkusnya.
Saat
berada di Puncak Suroloyo, Kulon Progo di pos pemantauannya banyak sekali
coretan-coretan pilok dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Ya, banyak lagi hal-hal seperti itu yang
tidak mungkin gue
sebutkan satu per satu. Tidak habis pikir memang dan sangat disesalkan mengapa
kita tidak bisa sadar akan kebersihan.
Tidak
masalah sebenarnya adanya tayangan traveling
dan aplikasi berbagi foto yang populer saat ini, gue justru mendukungnya karena hal ini akan
memajukan pariwisata di Indonesia itu sendiri. Namun, kembali ke pribadi
masing-masing yang di mana
sebagian besar masyarakat di Indonesia ini tampaknya kurang paham atau memang
tidak peduli akan arti kebersihan dan dampaknya di kemudian hari.
Be A Smart Traveler Guys!
Itulah Indonesia,,, hehehe Sebenarnya negara kita ini kaya dan sangat indah jika di bandingkan dengan negara lain, tetapi sebagai kunci dari penampilan suasana lingkungan adalah "Kesadaran" warganya sebagai penghuni rumah bersama yang Maha besar ini. Kalau sudah begini, kapan Indonesia maju dan saling menjaga kelestarian lingkungan? Hah,,, sebel juga melihat kelakuan mereka, semoga cepat sadar mereka yang tidak sadar!!
ReplyDeleteKalau urusan Alam, Indonesia the best!
Deleteyang sangat disayangkan adalah SDM nya yang payah dan tidak bertanggung jawab.
Maka dari itu menjadi tugas kita yang mungkin masih melek akan kesadaran alam dan kebersihan di tempat wisata/dimanapun kita berada.
Saya tertarik dengan artikel yang ada di website anda yang berjudul " Dilema dan Ironisnya Promosi Pariwisata di Media Sosial dan Televisi ".
ReplyDeleteSaya juga mempunyai jurnal yang sejenis yang bisa anda kunjungi di Pariwisata Indonesia
Wah dijadikan penelitian. Salut!
DeleteDengan keberadaan 76 juta netizen itu, kita bisa bayangkan bagaimana sesaknya perbincangan di jejaring sosial, seperti Facebook, WhatsApp, Twitter, Instagram dan YouTube. Dengan sekali klik, tanpa berfikir panjang, artikel atau gambar-gambar hoax itu diproduksi demi menaikkan peringkat situs tertentu, atau sengaja dibuat untuk menjatuhkan orang dan kelompok tertentu. Ironisnya, https://www.itsme.id/media-sosial-dan-ironi-literasi-kita/
ReplyDelete