[MALANG Hari Kedua] Jauhnya Perjalanan Menuju Pantai Bajul Mati dan Coban Pelangi
Pantai Bajul Mati - Coban Pelangi
Hari kedua diawali dengan
basahnya Kota Malang yang subuh hari turun hujan cukup deras, disempurnakan
dengan sarapan nasi pecel plus dendeng sapi enak di depan Hotel Santosa.
Sekitar pukul 8 pagi, kami pindah
menuju penginapan selanjutnya di daerah kampus Universitas Muhammadiyah Malang,
tepatnya di dalam Perumahan Istana Gajayana. Modelnya kali ini adalah guesthouse,
jadi jangan kaget ketika bentuknya adalah rumah selayaknya rumah pada umumnya.
Kami pun menitipkan tas ke pemilik guesthouse tersebut, karena
lagi-lagi memang waktu check-in baru bisa dilakukan sekitar
pukul 2 siang.
Kemudian, gue kembali ke arah
Kota Malang dan berniat menuju salah satu pantai yang ada di Malang. Jarak
tempuh dari Kota Malang sekitar 2 - 3 jam dengan track jalan
berliku, melewati hutan-hutan, dan perkampungan warga di sana. Gue awalnya memprediksi
jaraknya kurang lebih sama jika dari Jogja menuju pantai di daerah Gunung
Kidul. Ternyata salah besar, jaraknya lebih jauh dan selama perjalanan gue
merasa mengapa kami nggak sampai-sampai ke daerah pantainya, jauh banget suer
deh. Kekecewaan berlanjut ketika sudah tiba di salah satu pantai di Malang ini,
namanya Pantai Bajul Mati, hmmm apa ya.... Menurut gue pantainya biasa aja dan
masih lebih bagus pantai yang ada di daerah Gunung Kidul Jogja. Pantai Bajul
Mati adalah salah satu pantai yang gue kunjungi saat itu dan suasananya yang
mungkin tidak jauh berbeda dengan Pantai Parangtritis namun dengan pasir
berwarna putih.
sesungguhnya indah, tetapi air lautnya berwarna cokelat susu |
mulai ke tengah, air lautnya semakin biru |
perbuktian di sekitar Pantai Bajul Mati |
Area pantainya menurut gue udah
tertata rapi, selain itu ada beberapa warung makan yang buka di sini dan
harganya pun nggak dipatok mahal. Namun emang lagi-lagi sangat disayangkan masih
banyak wisatawan yang membuang sampahnya sembarangan di sini, padahal udah
banyak tempat sampah yang disediakan.
Gue nggak berlama-lama di Pantai
Bajul Mati dan lanjut kembali menuju Kota Malang. Namun, ketika di perjalanan
berangkat tadi, gue melihat ada plang petunjuk menuju Coban Pelangi. Nah
berhubung hari masih siang saat itu, gue pun mengikuti petunjuk menuju arah
Coban Pelangi tersebut. Gue pikir lokasinya nggak terlalu jauh dari jalan raya,
namun ternyata sama jauhnya seperti ke Coban Pelangi. Sekitar 20 menit perjalanan
jalurnya masih biasa aja dengan dominan perumahan warga dan sawah yang terlihat
sangat normal. Baru kemudian setelah 10 menit selanjutnya, jalurnya semakin
naik dan menanjak esktrem. Peradaban manusia pun semakin sedikit dan hanya ada
beberapa rumah warga aja yang bisa dihitung dengan jari. Kami pun sempat ragu
dan memutuskan untuk bertanya kepada warga di sekitar dan menurut warga di sana
memang ini adalah jalur yang harus ditempuh. Masih ada sekitar 5 km lagi
menurut warga yang kami tanyakan, dimana gue pikir 5 km tidaklah terlalu jauh.
Parahnya itu udara benar-benar seketika berubah menjadi dingin tak tertahankan,
awan gelap pun semakin menggelayuti langit-langit. Gue pun bergumam
sendiri;
"woi, ini kita mau ke mana sih? kok
semakin antah berantah gini"
Gue melewati padang ilalang yang luas dan nggak ada kehidupan sama sekali di sana. Sejauh mata memandang yang ada hanyalah hutan, hutan, dan hutan. Sampai kemudian di ujung bukit atau gunung ada seperti sebuah kampung atau desa yang kami memang harus sampai ke sana. Whaaaat!! Gue pun semakin cemas tak berujung karena memang sama sekali belum ada tanda-tanda petunjuk dari Coban Pelangi ini berada. Laju motor pun semakin pelan, pelan, dan pelan. Jalanan menanjak pun semakin tinggi nggak karuan dan ditambah suhu yang juga semakin dingin. Jaket tipis yang gue gunakan pun tak mampu menahan dinginnya suhu udara saat itu. Sampai pada akhirnya kami sampai di sebuah perkampungan yang di sana banyak terlihat mobil jeep-jeep besar. Ini jeep-jeep nya seperti yang banyak digunakan di kawasan Gunung Bromo dan juga banyak motor trail yang terparkir di depan rumah-rumahnya.
Pencerahan kedua datang setelah
melewati perkampungan tadi dan bertemu dengan penjaga tiket retribusi. Gue agak
sedikit kaget ketika melihat karcis retribusinya yang bertuliskan "Kawasan
Wisata Bromo dan Semeru", apaaaaah!! Bener
kan kata gue, ini jalur alternatif yang digunakan untuk menuju ke Gunung Bromo,
makannya nggak heran ketika tadi bertemu dengan banyak mobil jeep dan
motor trail. Jalanan setelah loket karcis retribusi ini
semakin ekstrem namun akan dibayar dengan pemandangan di kanan kiri yang luar
biasa indahnya. Sayangnya gue nggak sempet berhenti dan mengambil gambar,
karena emang kami udah kebingungan setengah mati untuk menuju ke sini. Track-nya
pun nggak beraspal seperti sebelumnya, melainkan tanah basah dan becek. Sampai
ada satu jalan yang dimana kami harus bergantian dengan motor lain untuk
melintasinya, sempit dan kanan kiri itu beneran jurang yang dalem banget, serem!
Kemudian, sampailah di Coban Pelangi, lega rasanya saat tiba di lokasi.
Walaupun jaraknya emang sangat jauh dari Kota Malang, ternyata di sini ramai
oleh pengunjung. Gue membayar tiket masuk sebesar 6.000 Rupiah dan harus
menuruni banyak anak tangga untuk mencapai ke air terjunnya. Terasa melelahkan emang,
tapi kalian akan dibayar dengan suguhan pemandangan air terjun yang luar biasa
indahnya.
jembatan kayu menuju Coban Pelangi |
bisa naik kuda juga di sini |
aliran sungai Coban Pelangi |
jalur tracking ke Coban Pelangi. adem banget! |
Pas lagi asyik-asyiknya menikmati
keindahan air terjun, gue bertanya-tanya dalam hati "kenapa air terjun ini dinamakan Coban
Pelangi?". Lalu, jawaban itu tiba-tiba datang secara alami, dimana
muncul matahari yang menyinari air terjun dan muncullah Pelangi di sana, kereeeen! Gue
bukannya norak atau apa ya nih maap-maap, tapi pemandangan yang gue lihat
langsung saat itu benar-benar bikin takjub dan kegirangan. Akhirnya, gue tau
mengapa air terjun ini dinamakan Coban Pelangi. Momen indah itu ternyata nggak
berlangsung lama, hanya sekitar 5 menian aja dan matahari pun kembali pergi
meninggalkan singgasananya.
indah bukan pemandangannya? |
can you see the rainbow? |
airnya cokelat karena di atas habis hujan deras |
Coban Pelangi ini udah dikelola
oleh pemerintah dengan baik, terbukti dengan adanya jembatan penyeberangan yang
dibangun dengan baik. Lalu, ketika gue kembali ke pos tiket, gue sempet ngobrol
dengan salah seorang petugas di sana, yang ternyata dibalik tingginya
pegunungan Coban Pelangi ini sudah masuk kawasan Gunung Bromo, tepatnya bukit
teletubbies-nya Bromo, aaaah!! Sayang
sekali saat itu gue tidak merencanakan untuk pergi ke Bromo, karena budget yang
pas-pasan, wkwkwk.
rumah-rumah warga yang saya bilang terlihat dari jauh di atas bukit |
jalanan menurun. dingin banget ini! |
REVIEW HOTEL:
Nama: Sandubaya Guest House
Reservasi: Pegipegi.com
Harga: Rp 175.000,-/malam (AC),
with Breakfast
PENGELUARAN:
Hotel:
Rp 175.000
Nasi
Pecel + Dendeng Sapi: Rp 20.000
Tiket
Masuk Pantai Banjul Mati: Rp 15.000
Mie
Ayam + Es Teh: Rp 15.000
Tiket
Retribusi Kawasan Wisata Bromo Semeru: Rp 2.500
Tiket
Masuk Coban Pelangi: Rp 6.000
Makan
Malem: Rp 27.000
TOTAL
: Rp 260.500
Comments
Post a Comment