HaloJae, Dago Atas - Lembang: Tempat Makan Antah Berantah
Sebelum gue bahas, ada yang selalu menjadi pertanyaan besar ketika gue mencari dan datang ke sebuah kafe atau tempat nongkrong di Bandung, khususnya di daerah Dago Atas.
“Kenapa tempatnya ada di pelosok?”
“Ini aksesnya bener-bener deh, perjuangan banget!”
“Kenapa rame yang dateng padahal di antah berantah?”
Pertanyaan-pertanyaan itu kembali terlontar ketika gue diajak teman pergi ke salah satu tempat makan di daerah Dago Atas, Bandung, namanya HaloJae.
Perjalanan Meragukan Menuju HaloJae
nah ini sebagian kecil suasana menuju HaloJae |
Berangkat dari arah Lembang melewati jalan kecil yang tembus sampai ke Dago Dreampark. Kita akan melewati jalan desa yang berliku, sempit, dan naik turun. Ketika sudah dekat Dago Dreampark, bertemu dengan kemacetan adalah hal wajar ketika weekend. Saran gue, menggunakan motor adalah solusi yang tepat!
Sekitar 1-2 km setelah melewati Dago Dreampark, ada sebuah persimpangan jalan yang hmm… gimana ya jelasinnya. Persimpangan jalan ini nggak terlalu terlihat, karena posisinya menyerong dan jalannya lebih kecil lagi. Kebayang nggak? Maaf nggak sempet ambil fotonya, soalnya di persimpangan ini lalu lintasnya chaos banget.
Setelah belok ke dalam gang kecil ini, suasana seketika berubah. Di mana yang tadinya banyak kendaraan, banyak orang berjualan, banyak rumah-rumah warga, tapi kini kita akan bertemu dengan hutan di kanan-kiri dan bahkan jurang. Serius Ki?
saking curamnya tanjakan, itu anak-anak pada main papan seluncuran |
Ciyuss, gue malah berpikir kalau ini nyasar. Ya gimana nggak punya pikiran nyasar, wong sepi banget jalannya. Sama sekali nggak mencerminkan jalan yang sedang gue lewati untuk menuju ke sebuah tempat makan. Malah lebih mirip mau ke ke desa di balik bukit. Oh iya, jalan menuju HaloJae ada beberapa tanjakan dan turunan yang lumayan curam, jadi pastikan kendaraan harus bener-bener fit. Tinggi cuy!
Semakin dalam berkendara, suasana semakin sepi, bahkan suara tonggeret mulai muncul dan sahut-sahutan. “Ini gue mau kemanaaa siiih!!” Sampai kemudian bertemu dengan jalan bercabang dua, yang satu naik dan yang satu turun. Papan plang HaloJae ada di sana yang menunjukkan ke arah atas. Okesip! Akhirnya, sampai!
Bangunan Modern Minimalis HaloJae
sampai di TKP, sempet mikir "ada juga yang ke sini" |
area parkirnya cukup, gak luas gak sempit |
Kagetnya, ketika sampai di HaloJae, ternyata udah banyak kendaraan yang terparkir, buset!
Gue disambut oleh bapak satpam yang ramah sore itu dan ternyata halaman parkir HaloJae nggak bisa dibilang luas, tapi nggak sempit, cukup. Desain modern minimalis dari bangunan HaloJae bakal langsung terlihat menarik dari fasad depannya dan rasa ingin foto-foto cukup tinggi di sini. Hehe..
Konsep areanya HaloJae menurut gue unik dan nyeleneh, karena letak kafenya nggak berada di depan, kita harus masuk menyusuri jalan yang sudah disediakan hingga sampai ke area paling belakang, barulah kita bertemu dengan tempat makannya. Lho kenapa kok nggak di depan? Iya karena di area depan difungsikan sebagai penginapan dan sebuah ruang pertemuan.
kalau masuk ke dalem, kita bakal melewati sebuah bangunan kaca ini, unik! |
ini salah satu kamar penginapannya |
adem banget kan ini... duh duh... suka! |
nah ada yang lesehan juga tuh di depan |
ini pintu ke dalam ruangan dan kasir |
ruangan indoor-nya kece juga kok |
numpang narsis ya gpp.. hehe.. |
Entah kenapa gue suka konsep tempatnya HaloJae, suasananya nggak terlalu ramai dan padat orang. Paling gue suka adalah banyaknya pepohonan di sini, adem banget. Area HaloJae terbagi dalam beberapa bagian, pertama kita bisa duduk di beanbag, ada ruangan indoor, dan outdoor dengan meja kursi biasa.
Makanan dan Minuman di HaloJae
ini menu makan dan minumnya... kelihatan nggak? |
ini teh tubruk panas sama kopi susu |
ini mi titi-nya, terlihat kan kentalnya kuah.. |
pisang goreng sama gehu pedasnya, enak. |
Ada yang unik dari menu makanan di HaloJae. Menunya sedikit tapi di sejumlah main course-nya ada makanan-makanan khas Makassar. Ada Mi Titi, ada Coto Makssar, ada Sop Konro juga. Curiga sih pemiliknya orang Makassar nih. Hmm...
Nah, karena waktu gue traveling ke Makassar nggak kesampaian makan Mi Titi di sana, jadi memutuskan pesan Mi Titi di sini. Jadi Mi Titi itu bentuknya mirip Mi Ongklok khas Wonosobo ya? Hehe.. Mi-nya kecil dan punya kuah kental. Tapi entah kenapa rasanya kok biasa aja ya? Padahal udah gue tambahin sambelnya juga. Apa emang begini?
Minumnya gue pesan Teh Tawar Tubruk Panas dan gue juga pesan Gehu Pedas Jae. Minum Teh Tubruk Panas-nya juga sama seperti kebanyakan teh lainnya, biasa aja. Agak spesial justru dari Gehu Pedas atau tahu isi gorengnya, satu porsi isinya 5 tahu yang ukurannya besar dan isinya banyak. Okelah.
Kesimpulannya
pokoknya adeem deh di sini... |
ini depannya HaloJae, bener-bener kayak di desa kan? haha... nice! |
Jadi, hal yang gue sukai dari HaloJae di Dago Atas ini adalah suasananya, adem, nyaman, sepi, dan menyatu dengan alam. Melihat pemandangan bukit dan pepohonan hijau di sini sungguh menyenangkan hati. Buat makanan dan minumannya, gue nggak bisa berkomentar banyak, karena baru mencoba beberapa menunya aja yang “okelah nggak apa-apa”.
Mi Titi : Rp47.500 (7/10)
Gehu Pedas Jae : Rp20.000 (8/10)
Teh Tubruk Panas : Rp10.000 (7/10)
Comments
Post a Comment