Trip Report Hari Ketiga: Ahh..Uhh..Sakit! Kemudian Diketok Petugas Hotel di Beijing!



Hari ketiga benar-benar tumbang! Kaki sudah tau sakit dari semalam, tapi dipaksa buat jalan. Ya gimana, masa iya satu hari di Beijing skip, padahal liburan sedikit harinya. Dengan percaya diri gue berjalan kaki dari hotel ke ujung gang tapi dengan kondisi yang masih terpincang-pincang, karena belagu “masih kuat kok…masih kuat”, akhirnya pun tumbang di salah satu sudut jalan.

Dipijat di Pinggir Jalan Kota Beijing
Bagian kaki yang sakit kalau dibuat berpijak udah beneran nggak bisa di toleransi lagi sakitnya (suer sakit banget!), kaki kanan nggak bisa buat berjalan. Gue kebingungan, mau lanjut salah, tapi pulang ke penginapan juga salah.

Sampai gue menemukan arti dari traveling berdua, dengan baik hatinya teman menyuruh gue untuk duduk di pinggir jalan dan memijit kaki gue pakai balsem. Iya di pinggir jalan dan aroma balsemnya kemana-mana! Di hari senin dan di jam berangkat kerja yang super sibuk.

Hampir setengah jam gue dipijit kakinya sama teman dan merengek kesakitan, karena memang benar-benar sakit. Dilihat setiap orang yang lewat? Pasti. Bahkan ada yang tersenyum ke gue, mengambil hp-nya, dan merekam apa yang dilakukan teman ke kaki gue, haha malu cing!

Selama dipijit, gue bilang ke teman, kalau tetap melanjutkan agenda sesuai dengan itinerary tanpa gue, tapi dia nggak mau. Padahal gue nggak masalah jika harus pulang dan istirahat di penginapan. Nggak mau bukannya kasihan sama gue, tapi nggak mau jalan sendiri karena takut nyasar, haha.

Tapi kan keren tuh jadi punya tema sendiri “Lost in China”, ahay! Mulai dari sinil sampai dua minggu setelah pulang ke Indonesia, gue berjalan masih terpincang-pincang, nggak tau kenapa, entah keseleo, salah urat, atau putus urat, yang jelas sakit banget kalau dibuat jalan.  

Tetap Dipaksa Untuk Berjalan
Oke lanjut, kaki sudah agak mendingan enak untuk dibuat berjalan menuju stasiun subway.

Seperti yang gue bilang sebelumnya, pagi itu adalah hari Senin. Hari dan jam kerja yang pastinya super sibuk. Petugas keamanan yang berjaga di stasiun subway banyak banget, sampai gue sedikit miss komunikasi dengan salah satu petugas, karena untuk turis nggak perlu double check setelah scanning tas di mesin.

Gue yang mungkin dikira warga lokal (emang gue like a Chinese ya?), dipanggil oleh petugas dan gue nggak ngerti doi ngomong apaan. Langsung gue bilang aja “I’m a tourist” dan si petugas pun langsung mempersilahkan gue pergi “Oh, yes…yes..”. Lah kocak.

Menuju Tiananmen Square & Forbidden City
Destinasi wisata di hari kedua di Beijing adalah menuju Tiananmen Square dan Forbidden City. Masuk ke dalam gratis (nggak ada biaya tiket masuk sama sekali). Nah, sebenernya saat keluar dari penginapan rencananya mau mencari makan terlebih dahulu, tapi lagi-lagi nggak semudah yang dibayangkan. Sampai pada akhirnya dengan terpaksa daripada mati di China, gue makan di dalam komplek Forbidden City. Nama restorannya Tasty bla bla bla… karena pakai pinyin.

Di sini gue makan nasi daging yang kalau di Rupiah-kan harganya sekitar Rp 78.000-an dan minumnya Milk Tea seharga 8 CNY (Rp 18.000-an) Hahahaha… mahal kan! Tapi untungnya nih ditolong sama rasanya yang menurut gue enak. It’s okey lah..

ini restorannya, tuh gue cuma bisa baca kata 'tasty' di sana
enak sih tapi mahal
Luasnya Forbidden City & Mencoba Tanghulu
Setelah perut kenyang, lanjut jalan lagi ke bagian dalam dengan kondisi kaki masih terpincang-pincang dan masih kesakitan. Areanya benar-benar luas dan sayangnya gue nggak bisa masuk ke dalam museum-nya karena saat itu lagi di renovasi. Kalau nggak masuk ke museumnya, menurut gue juga nggak masalah sih, karena kita juga udah bisa masuk ke dalam sebagian area Forbidden City secara cuma-cuma alias gratis.

Ketika melewati pintu keluar, gue melihat ada yang menjual Tanghulu. Harga satu tangkai yang berisi 5 butir buah hawthorn berry harganya 6 CNY (Rp 13.000-an). Gue hanya mencoba satu, sisanya dimakan teman. Terlalu manis, takut sakit gigi.

Emak-Emak Berantem
Ketika mau keluar, gue melihat ada mobil yang pertama kali gue pikir itu buat muter keliling Forbidden City-nya, tetapi setelah naik ternyata itu adalah mobil buat keluar sampai menuju jalan raya besar, hahahaha… Yaudah karena sudah telanjur antre, naik aja deh.

Eh pas lagi antre, ada yang ribut-ribut. Ada grup wisata yang isinya emak-emak mau naik mobil. Mereka mau satu grup naik ke dalam mobil yang sama. Ada satu penumpang yang bukan grup turnya telanjur naik. Ibu itu nggak mau turun, dicas-cis-cusin sama Ibu-Ibu grup lama banget sampai penumpang yang bukan grupnya itu pindah mobil. Buset.

Tangan Kebas, Mati Rasa
Jadi memang dari dalam komplek sampai ke bagian luar lumayan jauh kalau berjalan kaki, apalagi suhu udaranya lagi dingin banget dan kaki masih cenat-cenut sakit. Bener aja, pas turun di dekat danau, gue merasakan titik paling menggigil selama di Beijing.

Tangan kebas buru-buru pakai sarung tangan, telinga sama bibir udah mati rasa, gue pakai deh itu syal nggak tau deh berbentuk apa.

Pas lagi ribet menutupi badan, ada aja yang nawarin buat ke Great Wall dan dia tau gue dari Indonesia. Dia langsung berkata “warm country, right?”, gue yang lagi sibuk ribet bilang no, no, thanks! Nggak gue gubris deh bodo amat, gue kedinginan.
mataharinya ngumpet-ngumpet malu
Dari pintu keluar yang ada Donghuamen Subway Stationgue jalan kaki menuju ke Wangfujing Street karena jaraknya nggak terlalu jauh. Sampai di lokasi, sempat takjub karena ini area khusus pejalan kaki, nggak ada kendaraan sama sekali.

Banyak toko-toko besar dari brand-brand ternama di sini, sampai street food pun juga ada. Gue mencoba banyak makanan di sini, eh nggak banyak deh, karena termasuk mahal-mahal.

Setelah perut terisi makanan yang nggak mengenyangkan, lanjut pulang ke penginapan buat check-in.
nah keluarnya lewat bangunan merah ini, sepertinya sih lagi renovasi gerbang masuk
banyak toko souvenir lucu sepanjang jalan
duh koh ci...
kapok nggak ya nginep di sini?
urusan makan semua nomor satu, rame banget!
sore hari di Beijing
Skandal di Hotel, Oh Crap!
Setelah sampai di penginapan dan check-in kelar, gue pun merebahkan badan dan kaki yang masih sakit. Teman berbaik hati mau memijit kaki gue lagi yang masih sakit menggunakan balsam. Gue yang dipijit malam itu, otomatis nggak bisa menahan rasa sakitnya. 

Aaah….uuuh....aaaah…awwww…nooo…that’s hurt! 

Sampai jam setengah 11 malam dan gue baru sadar kalau suara gue kenceng banget dan baru sadar juga ada tulisan tertempel di dinding tembok kamarnya “no pornography”.

Bener aja dong.. dong.. dong..!! Aneh banget, nggak berapa lama setelah gue selesai dipijit, pintu kamar gue ada yang ngetok. Iya jam 11 malam. Anjir, mampus!

Pas gue buka pintu dan ternyata si mas petugas receptionist yang memberikan kembalian uang hotel karena salah hitung ketika check-in. 

Wait, there is something wrong deh ini! Masuk akal nggak sih ngetok kamar tamu tengah malam? Logikanya gini, kenapa nggak besok pagi aja pas gue lewat depan meja receptionist-nya, kan udah ngerti gue masih menginap 3 malam di sini.

Aneh kan? Tanya kenapa?

tetep ya bawa Indomie!
Kalajengking: 20 CNY
Gurita: 20 CNY
Martabak: 10 CNY
Mochi: 28 CNY
Tempelan Kulkas 2 Pieces: 30 CNY
Pajangan Dinding: 59 CNY

Comments

Post a Comment