Take a Break! I'm Down!
Hello guys,
Sepertinya dalam kurun waktu satu
bulan ke depan gue akan menyicil dalam post
artikel. Banyak yang tertunda, seperti Trip Pengalengan dan Trip Beijing
kemarin. Ditambah dengan banyaknya draft berbagai artikel yang
juga menumpuk untuk di edit dan dibaca ulang sebelum di publish.
Semenjak pulang dari Beijing di
akhir bulan Januari kemarin, kondisi badan menurun dan masih belum fit sampai
gue membuat artikel ini. Pertama kali berobat ke Klinik di BSD dan nihil
hasilnya, kedua berobat ke dokter di Rumah Sakit Islam Jakarta ternyata juga
nihil hasilnya.
Saat itu, pekerjaan kantor pun gue
tidak bisa atasi, hampir 2 minggu tidak masuk kerja. Gue sempat masuk ke kantor
satu minggu dalam keadaan badan yang lumayan membaik, tapi ternyata gue drop
lagi.
Hari Selasa 20 Februari kemarin, gue
pergi berobat ke Rumah Sakit Mitra Keluarga di Bekasi. Pada awalnya disarankan dokter
untuk dirawat inap, tetapi gue menolak, gue meminta pemeriksaan tes darah
lengkap dan melihat hasilnya hari itu juga. Kalau pun memang hasilnya buruk, gue
bersedia untuk dirawat inap saat itu.
Lalu, apa hasilnya? Dari 11 pemeriksaan laboratorium;
- Darah Rutin (Typus, DBD, dll)
- LED (Trombosit, Hemoglobin, Leukosit, dll)
- SGPT (Fungsi Hati/Liver)
- Ureum (Fungsi Ginjal)
- Creatinin (Fungsi Ginjal)
- Gula Darah Sewaktu
- Cholesterol Total
- Elektrolit
- Urin Lengkap
- Asam Urat
- Albumin (Protein Dalam Darah)
Tekanan darah normal dan hampir
semua hasilnya bagus, bahkan sempat kaget sekaligus senang saat dijelaskan oleh
dokter kalau kadar Gula Darah dan Kolesterol gue normal bahkan katanya
cenderung baik.
Tapi setelah itu dokter
menjelaskan kalau ada yang buruk dalam diri gue yaitu pada hasil lab nomor 3
yaitu SGPT (Fungsi Hati/Liver). Kadar normalnya di dalam tubuh manusia adalah
0-41 U/L, tetapi hasilnya 74 U/L.
Dokter menjelaskan kalau kadar
naiknya masih termasuk sedikit (bisa ada yang sampai 200-300) dan ini masih
bisa disembuhkan, tapi bukan dengan medis, melainkan merubah pola hidup sehat,
penyakit ini disebut fatty liver (steatosis).
Ya, gue langsung teringat saat
dulu SD karena pernah dirawat satu bulan lebih di Rumah Sakit, di diagnosa
dokter terkena penyakit Hepatitis B (virus yang menjangkiti hati/liver). Nggak
jauh-jauh dari masalah hati.
Setelah mencari tahu lebih lanjut
tentang penyakit fatty liver di internet, jadi ini merupakan
gejala ketika hati/liver sudah tertutup lemak lebih dari 5% dari total berat
hati. Ya, nggak lain nggak bukan penyebabnya adalah berat badan yang berlebih
dan asupan makan yang salah. Terlalu sering makan makanan berminyak, berlemak,
dan bersantan.
Nah, kesimpulannya, sakit seperti
ini harus benar-benar ditangani oleh dokter spesialis penyakit dalam, bukan
dokter umum. Kenapa? karena di klinik dan dokter umum, mereka salah mendiagnosa
penyakit gue ini, banyak yang mengira kalau gue sakit maag. Karena memang gejala penyakit fatty liver ini
sama seperti gejala penyakit maag atau asam lambung.
Apa saja gejala penyakit fatty liver yang mirip penyakit maag atau asam lambung ini?
- Mual dan muntah
- Pusing
- Rasa sakit pada perut bagian atas
- Nggak nafsu makan
- Penurunan berat badan drastis
- Mudah lelah dan pegal
- Mudah mengantuk
Ya, semuanya benar dan terjadi pada
diri gue. Hampir satu bulan terus-terusan mual dan nggak nafsu makan. Melihat
makanan atau foto makanan di Instagram, gue langsung mual, akhirnya unfollow semua
akun-akun tersebut.
Makan hanya bisa 2-3 suap,
setelah itu perut sudah mual kembali. Berat badan pun turun drastis secara nggak
normal, hanya dalam satu minggu saya kehilangan 8kg. Kepala terkadang
nyut-nyutan dan berat untuk berpikir sesuatu hal. Satu lagi yang paling terasa
adalah mudah lelah dan pegal, itu terjadi ketika bangun tidur. Mulai dari ujung
kaki sampai ke pundak, semua terasa sakit untuk digerakkan.
Akhirnya, membuat gue harus
beristirahat total dalam waktu yang cukup lama. Berbekal resep obat yang diberikan
dokter, gue bisa rawat jalan dan harus kontrol kembali satu minggu setelahnya.
Makanan pun harus gue pilah mana yang baik dan mana yang buruk untuk kesehatan
saya.
Sakit itu nggak enak bro/sist,
selain menghambat aktivitas tetapi juga menguras kantong untuk biaya berobat.
Terhitung mulai dari berobat di klinik, dokter umum, sampai dokter spesialis, gue
menghabiskan biaya sekitar 2,5 juta. Beruntungnya sekitar 1,5 juta bisa di
cover oleh asuransi dari perusahaan, 1 jutanya lagi dibayar sendiri.
Oke, jadi gue cuma bisa
mengingatkan kalau jangan terlena dengan semua makanan enak, seperti gorengan,
makanan bersantan, berlemak, fast food, dll. Gue nggak bilang
jangan makan semua itu, boleh, asal harus di kontrol dan jangan terlampau
sering.
Akibatnya nggak datang langsung,
tetapi akan tiba di kemudian hari, entah itu di umur 30, 40, atau 50-an. Gue
masih bersyukur karena diperingatkan dan diberi sakit di usia 26 ini untuk bisa
merubah pola makan hidup sehat setelahnya. Habis uang 2,5 juta untuk makanan
sehat lebih baik bukan daripada untuk membeli obat-obatan?
Keep healthy felas!
sumber image: https://wallpaper.wiki/
Comments
Post a Comment