Happy New Year 2020 Guys! Akhirnya Nyobain LRT Juga!
Selamat tahun baru 2020! Semoga di tahun ini bisa jauh lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya ya. Amiiin.
Mohon maaf kalau baru bisa update sekarang, setelah hampir sebulan nggak nge-post apa-apa, karena biasanya memang seminggu sekali pasti gue usahakan ada content.
Jujur, di akhir tahun 2019 kemarin, gue memang lagi banyak kegiatan yang datangnya barengan, mulai dari jobdesk di kantor yang tiba-tiba banyak, masalah datang silih berganti, sampai harus selalu memantau buat mandorin proses renovasi rumah (kebetulan masih sampai sekarang).
Tapi gue mencoba ambil waktu buat update tulisan ini dan semoga bisa bermanfaat bagi temen-temen yang membacanya ya.
Kesan Mencoba LRT Jakarta Pertama Kali
Oke, jadi kemarin di tanggal 31 Desember 2019, sebelum musibah menyedihkan menimpa Jakarta di tanggal 1 Januari 2020-nya. Gue sempat pergi untuk makan enak akhir tahun di Kepiting Ngamprak, 21 Factory Gelato, sekaligus Light Rail Transit (LRT) Jakarta di Kelapa Gading.
Jadi, gue naik LRT dari Stasiun Boulevard Utara, persis berada di depan Mall Kelapa Gading. Jalur pejalan kaki-nya pun sudah terintegrasi dengan mall, jadi nyaman banget nih, apalagi yang nggak suka kepanasan.
ini pintu masuknya, oke lah ini! |
lumayan nih sampai setengah 12 malem |
Stasiun LRT yang 11-12 dengan Stasiun MRT Jakarta
Suasana ketika pertama kali berada di dalam Stasiun LRT Jakarta sangatlah nggak jauh berbeda dengan stasiun MRT yang posisinya berada di atas, bukan bawah tanah ya. Kalau di bawah tanah kan ada pendingin udara-nya (AC).
Loket penjualan tiket Single Trip pun ada di sini, tapi sayangnya LRT Jakarta belum ada tiket Multi Trip. Jadi alangkah lebih praktis kalau lo punya kartu pembayaran elektronik dari bank.
Biaya perjalanannya adalah Rp5.000, kalau beli tiket single trip kita akan ditagih deposit Rp15.000 yang bisa kita ambil lagi pas sampai di tujuan. Kalau kita pakai Flazz, e-Money, dll, kartu akan langsung memotong Rp5.000 aja tanpa deposit.
bangunannya terasa kokoh n solid, nice! |
ini loket pembelian tiketnya |
menurut gue, gate-nya lebih kokoh punya LRT, punya MRT udah sering rusak |
anak-anak dibawah 90cm gratis |
Rute LRT Jakarta Tahap 1
Rute LRT saat ini adalah Stasiun Velodrome – Stasiun Equestrian – Stasiun Pulomas – Stasiun Boulevard Selatan – Stasiun Boulevard Utara – Stasiun Pegangsaan Dua.
Tips dari gue, kalian bisa cobain naik LRT dan turun di stasiun yang sama saat kita naik tanpa harus kena dua kali biaya. Ketika sampai di stasiun tujuan, kalian nggak perlu keluar stasiun LRT dan tapping, tunggu aja di dalem gerbongnya atau sekadar lihat-lihat stasiun tujuan boleh, karena LRT akan kembali lagi berjalan dengan arah yang berlawanan.
Kenapa gue kasih tau, karena kalau di stasiun MRT itu kita nggak bisa tapping dua kali di stasiun yang sama saat kita naik. Kita harus turun, tapping keluar stasiun MRT tujuan, dan baru naik lagi. Otomatis biaya yang dikenakan dua kali, tapi nggak di stasiun LRT.
gue bisa foto ini dari jembatan penyeberangannya |
merah putih, cakep! |
Itu di bawah dulu muaceeet banget |
Apa yang Berbeda dengan MRT?
Mohon dimaklumi ya guys, karena Indonesia di tahun 2018-2019 memang baru memiliki dua moda transportasi massal ini, MRT dan LRT. Jadi mungkin agak sedikit norak dan sebenarnya ketinggalan zaman dari negara tetangga. Tapi kita perlu berbangga hati lho!
Jadi, kesan pertama gue naik LRT Jakarta yang gue langsung bandingkan dengan MRT Jakarta adalah:
1. Halus banget! Maksudnya gini, nggak ada hentakan ketika LRT Jakarta ini mulai jalan atau akan berhenti di stasiun. Smooth banget, jadi kalau berdiri tanpa pegangan pun kita bisa tetap stay cool.
Beda sama MRT Jakarta, apalagi Commuter Line. Di MRT Jakarta masih ada hentakan yang lumayan dan kadang-kadang bikin penumpangnya nggak nyaman, menurut gue ya ini.
2. Lebih terasa seperti naik kereta penghubung terminal bandara (SkyTrain) daripada naik moda transportasi umum. Which is nice!
Iya, LRT Jakarta hanya punya dua rangkaian gerbong, persis SkyTrain. Berbeda dengan MRT Jakarta yang punya 6 gerbong dan Commuter Line yang bisa mencapai 12 gerbong.
3. Ada petugas di dalam LRT Jakarta yang memberi tahu pemberhentian stasiun selanjutnya, padahal udah ada pengumuman otomatisnya, ini mirip TransJakarta.
Oke nih, jadi sebagai pengingat ketika kita nggak denger pengumuman otomatisnya.
Selebihnya, dari ketiga hal tadi sama saja kok antara LRT Jakarta dan MRT Jakarta. Sama-sama dikendalikan otomatis oleh sistem, sama nyamannya, sama cepatnya, sama kerennya.
sebuah perubahan besar, Jakarta punya kayak gini |
entah kenapa keren aja denger nama Velodrome |
ini rel-nya mentok di depan Mall Arion |
mirip di Bangkok ya? |
Ini juga keren denger nama Equestrian. Norak lu Ki! Hahaha.... |
rumah sape tu! |
nyamannya, congrats Jakarta! |
Jadi, selamat ya Jakarta yang sudah mulai memasuki peradaban baru yang lebih modern dan semoga kedepannya banyak orang yang suka juga naik transportasi massal umum ini.
Selamat mencoba!
sejujurnya aku gak bisa bedain LRT, MRT atau bahkan KRL.. kayanya sama2 aja,, beda mungkin di kenyamanan seperti yang dijabarin di artikel. Kalau kuanalogikan ke mobil, mungkin seperti bedanya naik avanza, innova dan voxy.. hehe..
ReplyDelete-Traveler Paruh Waktu
Awalnya begitu, saya jg Mas Bara. Tapi setelah naik, baru mengerti perbedaannya.
DeleteBetul, analoginya seperti jenis2 mobil. KRL ibarat Avanza, MRT ibarat Innova, LRT ibarat Voxy, menurut saya.